07|| Kesepian

47 7 0
                                    

Lebih baik seperti ini daripada dituntut untuk selalu terbiasa.

"Aamirila apa kau tidak ingin makan?" tanya bibi Ann.

Aamirila hanya menggeleng, dia baru saja pulang dari kantor dan ingin langsung pergi mandi.

"Baiklah, apa perlu bibi antar ke kamar mu?" tanya nya sekali lagi.

Sekali lagi Aamirila menggeleng kuat yang artinya dia tidak ingin makan bahkan diantar sekalipun.

"Selamat malam." pamit Aamirila kemudian beranjak dari tempatnya berdiri.

"Selamat malam."

Tuhan jaga Aamirila beberapa hari ini dia tidak makan sama sekali, entah apa yang sekarang dipikirkan oleh nya. Batin nya pelan.

Aamirila sempat menoleh sebentar saat dipikiran nya masih ada seseorang dibelakang nya, benar sekali seorang wanita paruh baya yang selalu adiknya sayang itu masih menatap nya dengan pandangan lekat. Buru-buru Aamirila membalikkan badan nya kembali, dan benar-benar menghilang dari sana.

Aamirila mengambil ponsel nya dan memberikan panggilan kepada pengacara nya.

"Ada apa nona?"

"Apa yang Zain katakan?"

"Apanya?"

Aamirila mendelik kesal, "dasar bodoh! Apa saya meminta kamu bertanya kembali."

"Bicaralah dengan Zain langsung saya tidak mengerti apa yang anda maksud."

"Penyihir apakah kau merindukan ku?" tanya Zain menyela pembicaraan.

Aamirila menatap ponsel nya dengan wajah marah, pengacaranya ini benar-benar bodoh dan tidak tahu diri.

"Pergi dari sana!"

"Pergi kemana nona?"

"Jika kau masih berada di dekat Zain maka saya akan segera mengirim kamu ke neraka."

"Zain tunggu saja disini pertandingan akan dimulai, saya kedepan dulu." pamit Ryan yang suaranya masih bisa didengar oleh Aamirila.

Makhluk bodoh, batin Aamirila.

"Apa yang Zain katakan?"

"Tidak ada nona... saat saya bertanya kapan rapat akan dimulai dia hanya mengatakan dua hari lagi, dia tidak menolak jika saya ikut dengan nya."

"Bagus... saya minta dapatkan tanda tangan itu dua hari lagi, jika tidak kau tahu sendiri tuan Ryan Pamungkas saya bisa melakukan apa saja." ujar Aamirila mematikan sambungan.

"Sebentar lagi kau akan mengalami kerugian yang sangat luar biasa tuan sombong." gumam Aamirila sambil menuju ruang kerja nya.

Aamirila mengotak-atik tablet yang ada dihadapannya, sejak dia pulang sama sekali belum merebahkan tubuh di kasur empuk miliknya. Aamirila sangat suka bekerja, apapun akan dia lakukan untuk mendapatkan semuanya. Entah itu harta ataupun sebuah kerja keras yang harus di balas dengan jutaan kebaikan.

Par(End)s [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang