Jika kau adik ku, maka aku adalah kakak mu.
- Zain Ali"Zain apa kau sudah sampai?"
"Sudah aku sedang di kantor penyihir ini, sedang mengambil beberapa berkas yang ingin kubawa."
"Zain jangan katakan kakak ku penyihir,"
"Baik tidak lagi. Kau tunggu saja dirumah aku akan segera kembali."
"Baiklah, hati-hati dijalan Zain."
"Tuhan menjagamu."
Tok tok tok
"Masuk."
"Tuan, nona Aamirila memanggil mu keruangan nya sekarang."
"Bisakah nanti aku sedang sibuk."
"Datang lah sekarang tuan atau dia akan membuat mu tidak bisa kembali ke Bengkulu untuk menyelesaikan proyek mu."
"Baik aku akan kesana, katakan 5 menit lagi."
"Saya permisi tuan."
"Baiklah."
Setelah membereskan berkas yang akan dia bawa Zain langsung menuju ruangan bos besar nya itu.
Tanpa mengetuk pintu lagi Zain memasuki ruangan yang sangat sunyi itu, tidak papa jika bos besar ini marah.
"Apa kau tidak punya sopan santun?" tanya nya sarkas.
"Maaf, cepat katakan kenapa kau memanggilku?"
"Duduk,"
Zain menurut dia duduk di sofa yang menghubungkan antara meja kerja dan tempat dia sekarang duduk.
"Jangan berikan dia jus alpukat,"
Zain terkejut bisa-bisanya wanita didepannya ini hanya mengatakan hal yang tidak berguna sama sekali seharusnya dia bisa mengatakan lewat ponsel saja. "Baiklah itu urusan mudah, penyihir kenapa tidak kau berikan SMS saja ke ponsel ku."
"Saya tidak suka kau menjawab sebelum saya selesai bicara,"
Kata 'saya' jika sudah menyebutkan saya artinya masih banyak yang ingin penyihir ini sampaikan. "Katakan," ujar Zain sambil menunggu.
"Berikan dia makan tepat waktu, jangan biarkan dia tidur diatas jam 10, terakhir jangan berikan dia jus alpukat berikan saja es jeruk. Kau paham?" tanya Aamirila.
"Paham penyihir... apa aku bisa pergi sekarang?" tanya Zain.
Aamirila hanya mengangguk kan kepalanya pertanda dia menyetujui nya. Berbasa-basi dengan seorang Zain Ali akan membuat nya naik darah.
"Selamat siang penyihir, Tuhan menjagamu." pamit Zain kemudian benar-benar menghilang dari balik pintu.
"Tuhan menjagamu." gumam Aamirila pelan.
***
Perjalan menuju Haider Villa membutuhkan waktu sekitar 30 menit diperjalanan Zain asik mengemudi ditemani dengan obrolan dengan sang adik. Bagi Zain Aamirita adalah adiknya, tempat nya sangat bahagia, Aamirita adalah sosok periang berbanding terbalik dengan penyihir yang tadi ia temui di kantor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Par(End)s [SELESAI]
Fiksi Remajamencintailah dengan cara sederhana, maka akan ku beritahukan satu hal. Bahwa pembunuh memiliki cara terbaik untuk menyingkirkan lawan nya. Mari bermain, selesaikan dengan baik hingga mendapatkan titik akhir. Antara emosi atau ambisi? Antara luka ata...