6. Tamu

4.9K 393 216
                                    

(Sorry for typo)

HAPPY READING~

°°°

Paginya, setelah kemarin aku menciduki Mas Rio selingkuh dengan seorang Tante-Tante, aku memilih memasak sarapan dengan porsi satu orang. Peduli amat jika nanti akan dibilang istri durhaka, Mas Rio jauh lebih durhaka dibandingkan diriku.

Aku memasak nasi goreng spesial, khusus untukku. Aku juga sedikit tenang karena Mas Rio belum keluar kamar artinya aku bisa sarapan tanpa melihat wajahnya yang merasa tidak bersalah itu, setauku wanita pelakor itu sudah pulang diantar oleh Mas Rio kemarin malam, karena aku sempat menigintip dari jendela, biasalah kepo sedikit.

Aku mulai menyuapkan nasi goreng kedalam mulutku. Rasanya pagi ini aku sangat lapar, energiku terkuras kemarin malam wajar saja jika sekarang aku merasa begitu lapar.

Begitu sarapanku hampir habis, aku melihat Mas Rio berjalan menghampiri dapur, dia melirikku sekilas lalu beralih melirik meja makan, seperti mencari-cari makanan, cari aja sampe mampus!

Mas Rio kembali berjalan kearah kulkas dengan gaya sok cueknya, mengambil air minum dari sana dan meminumnya. Aku hanya sibuk dengan sarapanku tanpa memperdulikan Mas Rio.

"Kenikmatan apa yang kau dustakan," Gumamku sembari menyuap nasi dengan dramatis. Sengaja biar Mas Rio kepengen.

Aku tau Mas Rio lapar, buktinya di membongkar-bongkar lemari mencari makanan, atau mungkin mie instant? Biarkan saja Mas Rio berusaha cari makanan, biar dia tau kalau kehadiran aku itu penting, eaaa.

Aku mencuri-curi pandang kearah Mas Rio yang tengah berkutik didapur, sepertinya dia sudah menemukan Mie instant nya, aku melihatnya mulai memanaskan air, lalu dia mengeluarkan mangkuk dari rak piring dengan heboh. Mau buat mie saja rusuhnya minta ampun, tidak lupa disertai ekspresi tidak bersahabatnya.

Aku meneguk segelas susu yang aku buat sampai habis, lalu beralih mencuci semua piring dan gelas yang tadi aku pakai. Aku dapat melihat Mas Rio tengah bersandar dimeja dapur sembari melihat kearah jam tangannya, menunggu rebusan Mie kali.

Setelah selesai mencuci, aku dapat melihat rebusan Mie yang dimasak Mas Rio sudah mendidih, tapi Mas Rio tak kunjung mematikannya, mau sampai selembek apa coba?

"Masak Mie aja gak bisa," Sindirku pelan sambil berlalu dari sana.

Aku mengelap area meja makan yang sudah agak kotor karena sedari kemarin belum aku bersihkan, lalu kembali kedapur untuk mengecek Mas Rio, heran kenapa lama sekali didapur.

Aku melihat dia masih merebus Mienya, bahkan air rebusannya sudah mulai sedikit karena terlalu lama direbus, bodoh banget, belum dimatiin juga, mau bakar rumah kali ya?

Dengan segera aku mematikan kompornya, "Mas dimatiin dong kompernya, kok cuman diliatin sih?!"

Mas Rio menoleh padaku, "Memang sudah masak? Kan belum."

Ini Mas Rio sotoy banget sih, udah lembek gini belum masak katanya? Wahh bener-bener pria sensitive ini begonya gak ketulungan.

"Ya udah masak dong Mas, kalo udah mendidih ya udah masak, 5 menit direbus juga udah cukup." Omelku kesal.

"Ya saya gak tau, kok kamu marah-marah sih?!" Balasnya ikut marah.

"Ya gimana gak marah, kalo tadi seandainya saya gak datang bisa-bisa rumah ini kebakaran?" Maaf-maaf saja aku emosian, kalo menghadapi pria sensitive satu ini bawaannya pengen marah-marah, apalagi setelah kejadian kemarin.

ONE STEP CLOSER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang