29. Pergi

7.7K 389 48
                                    

Semoga Chapter ini bisa menemani kesendirian kalian, eaaa.

MAKASI BNYK YG KEMAREN UDH VOTE DAN KOMEN, GAGARA KALIAN AKU JDI SEMANGAT HEHE~

HAPPY READING YAAA^^

°°°°

Saat dia menyuruhku untuk pergi, aku benar-benar melakukannya, tepat setelah Mas Rio meninggalkanku sendiri.

Aku langsung meninggalkan rumah dengan barang seadanya untuk menginap di rumah Livia. Seperti sekarang, aku sedang duduk diatas ranjang bersama dengan Livia yang duduk dihadapanku mendengarkan semua keluh kesahku.

"Lun, gue ikut sedih sama apa yang terjadi sama lo, tapi–" Livia menghela napas. "Lo gak boleh lari berhari-hari dari masalah lo."

Aku mengangguk mengerti. "Gue nginep disini cuman sehari kok, pikiran gue masih kalut, gue belum siap menghadapi Mas Rio."

"Terus lo gimana, Lun? Lo udah ada keputusan kalo seandainya ketemu Pak Rio."

Aku menunduk sendu. "Dari awal tujuan Mas Rio menikah sama gue cuman buat jadi pewaris perusahaan, kalo sudah 6 bulan kita cerai." Lalu aku mendongak menatap Livia dengan nanar. "Mungkin emang ini akhir dari hubungan gue."

"Tapi apa lo gak mau dengerin penjelasan Pak Rio dulu?"

"Buat apa, udah jelas-jelas dia mau minta cerai, gue merasa bodoh banget."

Livia memegang kedua pundakku. "Mungkin Pak Rio mau menyampaikan maksud lain, gue bukan mau sok tau, tapi gue rasa Pak Rio udah agak berubah deh."

Ucapan Livia berhasil membuatku mendongak menatapnya. "Berubah?"

"Lo tau kan Shinta sekretaris Pak Rio?"

Aku mengangguk. "Tau."

"Sejak lo resign dari perusahaan, gue sama Shinta jadi temen deket. Dia akhir-akhir ini selalu ceritain soal Pak Rio ke gue."

Aku menatapnya takut, aku takut kalimat yang keluar dari mulut Livia tidak sesuai dengan harapanku, Shinta merupakan gadis yang paling aku cemburui diantara yang lain, terlebih Shinta merupakan sekretarisnya, sudah pasti Mas Rio akan menghabiskan banyak waktu dengannya.

"Katanya Pak Rio itu super duper jutek, bahkan dibeberapa situasi Pak Rio kayak membangun batas sama Shinta, pokoknya Pak Rio jaga jarak banget sama semua cewek. Terus ada momen dimana Shinta gak sengaja jatuh terus malah pegangan ke Pak Rio, lo tau gak Pak Rio ngomong apa waktu itu?"

Aku menatapnya penasaran. "Mas Rio ngomong apa?"

"Pak Rio bilang 'tolong jangan terlalu dekat dengan saya, istri saya bisa salah paham.' Udah ngomong gitu Pak Rio ngeliatin Shinta sinis banget. Ngeri banget kan?"

Aku terdiam tidak tau harus bereaksi seperti apa, bingung harus bahagia atau sedih. Aku tidak tahu Mas Rio sampai segitunya untuk menjaga perasaanku, apa Mas Rio memang benar-benar tulus selama ini?

Sejujurnya aku cukup merasa bersalah ketika Mas Rio menatapku dengan tatapan kecewa, tapi hatiku sangat sakit ketika Mas Rio mengusirku dengan kata-kata yang cukup menyakitkan.

Apa aku salah?

Apa aku terlalu cepat mengambil keputusan?

Namun kesalahan Mas Rio dimasa lalu membuatku sulit untuk percaya sepenuhnya, terlebih dia pernah berselingkuh tanpa malu didepan mataku.

"Jadi menurut lo gue harus gimana, Liv?" Kataku akhirnya.

"Gue gak tau sih, tapi yang pasti lo harus omongin ini semua ke Pak Rio, lo harus coba denger penjelasan Pak Rio, karena kunci dari sebuah hubungan itu adalah kepercayaan, mau bagaimana pun coba selesaikan masalah ini secara dewasa." Livia tersenyum tipis.

ONE STEP CLOSER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang