3. Menikah?

6.3K 438 144
                                    

Pagi ini acara akad akan segera dimulai. Dua bulan kurang setelah pertemuan pertamaku dengan Rio, sekarang aku akan menikah dengannya. Sesuai dengan keputusan Pak Robert yang ingin kami menikah dalam waktu yang cepat.

Aku juga gak nyangka hari ini akan menjadi hari dimana aku melepas masa lajangku, setelah sekian lama aku yang memutuskan untuk tidak menjalin hubungan apapun dengan pria, tapi pada akhirnya aku menikah juga dengan cara tak terduga.

Aku sudah bersiap dengan kebaya putih yang cantik, juga polesan make up yang tidak terkesan menor sehingga menambah kesan anggun, aku menatap pantulan diriku dicermin. Aku merasa hari ini aku cantik banget, jarang-jarang aku menggunakan make up seperti ini.

Cklek

Aku spontan menoleh kebelakang, melihat Mamahku yang baru saja membuka pintu.

"Yaampun anak Mamah cantik banget," Puji Mamah sembari mendekat ke arahku.

"Aku emang cantik, Mah." Jawabku dengan nada bercanda.

"Iya kan Mamah cantik, ya jelas anaknya juga cantik." Guyon Mamahku sembari menepuk pelan pundakku.

Aku tersenyum tipis, sudah sangat lama aku dan Mamah tidak bercanda seperti ini, walaupun cuman candaan singkat, tapi rasanya aku sangat rindu, Mamah yang menyenangkan bukan Mamah yang hanya mikir soal uang.

"Oh iya, nanti kalo kamu udah sah, kamu harus patuh sama suami kamu, jadi istri yang manis, yang sopan, yang nurut juga, Lun." Nasihat Mamahku.

Aku hanya mengangguk singkat, "Iya, makasih Mah," Aku menoleh ke arah Mamah, "Ayah mana?"

"Ouh dia lagi ngobrol sama Pak Robert diluar."

"Ohh."

"Kalo nanti sudah menikah, jangan lupa sama Mamah juga sama Ayah, kamu harus tetep kasih kita uang, apalagi nanti kamu menikah sama Rio, pasti kita bakal jadi kaya raya." Ucap Mamahku pelan. Oke mulai lagi deh Mamahku, aku bisa liat matanya udah berubah jadi hijau.

"Iya." Hanya itu yang bisa kujawab, lagipula aku tidak mau berdebat dihari pernikahanku.

"Yuk keluar, udah ditungguin diluar Mbak," Kata salah seorang perias yang baru saja menyembulkan kepalanya dipintu.

Mamah sambil tersenyum senang menuntunku keluar menuju tempat dimana Mas Rio tengah duduk dengan jas hitam gagah, kali ini Mas Rio terlihat berkali-kali lebih tampan, pantas saja banyak wanita diluar sama yang tergila-gila dengannya. Tapi tetap tidak bisa kupungkiri, ekspresinya yang jutek masih tercetak jelas diwajahnya. Aku duduk disampingnya dengan kaku.

Begitu duduk disampingnya, rasa gugup langsung melingkupi hatiku, jadi begini rasanya grogi dihari pernikahan? Rasanya mau pamit ke kamar mandi.

Ayah mulai menjabat tangan Mas Rio, lalu dengan lantang dan tegas Ayahku mulai mengucapkan Janji sucinya, "Saudara Rio Alvares bin Robert Alvares, bersama ini saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan Aluna Oktaviani binti Wisnu Pramesta dengan maskawin berupa emas 500 gram dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Aluna Oktaviani binti Wisnu Pramesta dengan maskawin berupa emas 500 gram dibayar tunai." Lanjut Rio dengan lancar.

Lalu selanjutnya terdengar kata 'Sah' dari para saksi. Penghulu mulai membimbing doa untuk aku dan Mas Rio.

Mas Rio mulai menyematkan cincin dijari manisku, begitu pula denganku yang menyematkan cincin dijari manisnya. Aku menyalami punggung tangan Mas Rio dengan perlahan, dilanjut dengan Mas Rio yang mengecup dahiku lembut.

Aku sungguh tidak menyangka dengan hari ini, aku benar-benar sudah Sah dengan Mas Rio, rasanya tangaku dingin, rasa gugup itu masih menggerogotiku.

ONE STEP CLOSER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang