2. Meet

7.6K 486 116
                                    

Malam ini tepatnya pukul 07.34, aku tengah duduk dimeja Restoran yang cukup mewah menunggu kedatangan Rio Alvares yang katanya sedang dijalan.

Aku menggunakan Dress putih dibawah lutut, sebenarnya aku jarang menggunakan Dress tapi kali ini Mamah yang menyuruhnya.

Ketika aku berbicara soal aku yang diminta menikah dengan anak Pak Robert pada kedua orang tua, mereka malah dengan senang hati menerimanya, memberikanku pada Pak Robert dengan mudah seolah-olah aku tidak ada harganya, aku tau yang mereka pikirkan, mereka pasti berpikir kalo aku menikah dengan orang kaya, maka mereka juga akan mendapatkan jatahnya.

Ya begitulah orang tuaku, yang dipikirannya hanya uang, uang, uang, kalo sudah dapat malah dipakai untuk berfoya-foya, untung aku gak seperti mereka.

Lamunanku buyar ketika mendengar suara kursi berdecit pelan, anak Pak Robert sudah sampai dihadapanku.

"Aluna Oktaviani?" Tanya pria itu padaku.

Aku langsung mengangguk saja, ternyata anak Pak Robert jauh lebih tampan kalo dilihat aslinya, genetik Pak Robert gak main-main sih.

"Saya Rio Alvares, anak Pak Robert," Katanya dengan ekspresi terkesan datar dan jutek.

"Ohh iya, saya udah tau," Jawabku karena sedikit jengkel sama ekspresinya yang seperti terpaksa.

Dia yang awalnya menunduk melihat buku menu kembali mendongakan kepala untuk melihat wajahku, kenapa? Gak enakan dijutekin?

Mas Rio kembali melihat buku menu berusaha buat acuh tak acuh padaku, kelihatannya Mas Rio juga sedikit jengkel, baru awal ketemu saja hawa-hawanya sudah tidak enak.

Setelah itu aku dan Mas Rio memanggil salah seorang pelayan lalu menyebutkan beberapa pesanan yang kami inginkan, setelahnya kita berdua kembali hening, aku gak ngomong dia juga gak ngomong.

"Kamu kerja diperusahaan Ayah saya?" Tanya Mas Rio akhirnya, apa dia berusaha buat buka topik?

"Iya, saya kerja dibagian HRD perusahaan." Jawabku seadanya.

Dia hanya meresponnya dengan mengangguk-angguk terkesan dibuat-buat, apa dia ingin keliatan tertarik sama topiknya? Kalo gak tertarik ngapain harus dipaksa keliatan suka. Heran deh sama manusia satu ini.

"Kalo Mas sendiri, kerja apa?" Tanyaku berbasa-basi.

"Saya fotografer, kadang saya suka buka pameran kok, kalo kamu tertarik kamu bisa mampir." Sahutnya dengan ekspresi agak ramah.

Oke, mungkin aku sedikit salah mengira, Mas Rio tidak seburuk itu, tapi ya bisa saja dia cuman pasang topeng kan? Tapi aku harap dia gak benar-benar seperti yang Pak Robert katakan, katanya dingin? Apatis? Agak kasar? Masih belum menemukan hal itu sih, kecuali kalo sedikit jutek.

"Fotografer? Wah keren sih, tapi apa Mas gak tertarik buat nerusin perusahaan Pak Robert?" Tanyaku hati-hati.

Dia terlihat sedang berpikir, "Jelas tertarik, tapi untuk sekarang saya mau fokus sama fotografer dulu."

Aku hanya mengangguk mengerti, karena setelahnya pesanan kami berdua datang. Kami berdua pun makan dengan hikmat, tidak ada sama sekali topik yang kita buka selama makan, lagian tidak bagus juga makan sambil berbicara.

Setelah makan, aku mengambil sehelai tisu untuk membersihkan mulutku yang sedikit kotor, aku ingin terlihat sedikit anggun di pertemuan pertama, setidaknya pertemuan pertama, tidak tahu kalo pertemuan kedua atau ketiga. Hehe.

"Ngomong-ngomong kenapa kamu setuju untuk menikah sama saya?" Tanyanya tiba-tiba.

Aku yang tidak siap dengan pertanyaan ini jadi gelisah sendiri, "Saya pikir gak ada salahnya menikah, maksud saya diumur saya sekarang memang sudah waktunya menikah."

ONE STEP CLOSER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang