25. Maling?

4.1K 316 93
                                    

YOO WASSAP GAES HEHE

AKU UPDATE NIH, LAMA GAK??

HAPPY READING YAA...

°°°°

Rio Alvares

"Rio." Aku tercekat ketika mendengar suara tidak asing itu.

Tanpa mau penasaran aku menoleh pada sang pemilik suara, sontak mataku membulat sempurna ketika bersitatap dengannya. Jadi ini orang yang dimaksud Shinta? Temanku katanya? Bahkan menyebutnya teman saja aku tidak sudi. Dia tidak lebih dari Tom si pria licik dan pengkhianat.

Tanpa basa-basi aku langsung meraih lengan Aluna yang berdiri disampingku.

"Kita pergi Luna." Aku menariknya pergi dari sana.

"Rio! Tunggu!" Cegah orang itu berteriak.

Tanpa menggubris aku terus berjalan sambil menggegam erat tangan Aluna, aku dapat merasakan Aluna menoleh kebelakang sekilas lalu kembali menatap kedepan sambil menunduk.

"Temuin aja Mas," saran Aluna membuatku menghentikan langkah.

Aku menoleh menatap tepat manik mata milik Aluna. "Saya gak bisa."

"Masalah gak akan pernah selesai kalau Mas Rio terus menghindar," katanya menasihati.

Gadis ini memang benar-benar, bagaimana gadis cerewet ini bisa menjadi sedewasa ini.

Ia terus menatapku meyakinkan, aku hanya menatapnya ragu, sejujurnya aku masih tidak ingin menemui Tom si brengsek itu, rasanya amarahku selalu naik ketika melihat wajahnya, namun tatapan Aluna yang terkesan lembut dapat sedikit meredamkan amarahku.

Aluna meraih tanganku lalu tersenyum. "Ayo Mas, gak ada salahnya coba dengerin penjelasannya Mas Tom."

Aku beralih menatap Tom yang tengah berdiri tidak jauh dariku sambil melambaikan tangannya, aku kembali menatap Aluna penuh keraguan.

Aluna menganggukan kepalanya meyakinkanku.

"Kamu tunggu dimobil, nanti saya nyusul," ucapku akhirnya.

"Oke, Mas semangat!!" Setelah mengatakan itu Aluna berjalan pergi meninggalkanku.

Sedangkan aku melihat Tom sekarang tengah berjalan menghampiriku dengan senyum miringnya.

"Mau apa lo?" Tanyaku langsung walaupun aku tau dia ingin membicarakan perihal kejadian ia mencium Rebecca beberapa bulan lalu.

"Kayaknya lo masih marah banget sama gue, mau rokok?" Tawarnya sembari menyodorkan kotak rokok kearahku.

"Lo tau gue gak suka basa-basi."

Tom tergelak kecil. "Chill man. Gue rasa tempat ini terlalu berisik, jadi gimana kalo kita sambil ngopi?"

Aku memalingkan wajahku. "Disini atau gak sama sekali."

"Wow, lo bahkan masih semarah itu setelah kemarin lo puas-puasin nonjok gue?"

Aku menatapnya tidak peduli. Memang benar, ketika aku tahu dia mengkhianatiku aku langsung menghampirinya dan menghabisnya saat itu juga, namun itu hanya pelampiasan amarahku, bagaimanapun juga aku tidak bisa memaafkan pengkhianat seperti dirinya.

"Gue rasa lo salah paham soal kejadian kemarin." Tom membakar ujung rokoknya dengan korek.

Aku terdiam, mencoba menunggu ucapan Tom selanjutnya.

ONE STEP CLOSER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang