Aluna Oktaviani
Semalaman aku benar-benar tidak bisa tidur, memikirkan kejadian kemarin berhasil membuat diriku hampir gila. Aku tidak mengerti kenapa tiba-tiba Mas Rio menciumku, apa dia sudah membuka hatinya untukku atau mungkin hanya bentuk pelampiasannya dari Rebecca?
Aku harap yang benar adalah opsi yang pertama. Aku tidak bisa menahan untuk tidak tersenyum, bahkan jantungku masih terus berdetak kencang seperti semalam.
Tanpa menunda-nunda lagi aku langsung meraih ponselku diatas nakas samping ranjang, mencoba membuka google dan mengetikkan sesuatu dikolom pencarian.
'Apa artinya jika pria mencium bibir seorang wanita'
Lalu muncul berbagai macam artikel seputar itu, mataku langsung terpaku pada salah satu judul artikel yang berhasil menarik perhatianku.
'Kamu Perlu Tahu! Ini Alasan Pria Mencium Bibir Wanita!'
Tanpa basa-basi aku langsung membuka artikel itu, mataku bergulir membaca kata demi kata yang berhasil membuat jantungku berpacu semakin cepat.
Mataku membulat seketika saat membaca kalimat yang berhasil membuat jantung berpacu semakin cepat.
"Pria biasanya akan menyatakan cintanya setelah berciuman," gumamku pelan nyaris tak terdengar.
Aku mengerjap-ngerjap membayangkan Mas Rio menyatakan perasaannya padaku, apa sebentar lagi Mas Rio akan menyatakan perasaannya?
Sejak Mas Rio menciumku, aku benar-benar berdiam diri dikamar untuk menghindarinya, bahkan sekarang ketika sudah menunjukan pukul 06.00 pagi aku masih ragu untuk keluar kamar.
Aku melirik pintu kamarku yang masih terkunci rapat, mau tidak mau aku harus keluar untuk membuat sarapan. Mencoba untuk mengatur napasku sebentar lalu dengan berani aku beranjak membuka pintu, berjalan menuju dapur dengan gugup.
Jam segini Mas Rio pasti masih tidur, jadi aku masih punya waktu untuk memasak sampai jam tujuh tanpa harus bertemu dengan Mas Rio. Aku benar-benar belum siap jika Mas Rio menyatakan perasaannya.
Setelah selesai membuat sarapan seperti biasa, aku langsung membawa dua piring nasi goreng ke meja makan. Dan seperti biasa aku akan sarapan lebih dulu tanpa menunggu Mas Rio bangun. Tau sendiri Mas Rio paling susah dibangunin, lagipula aku juga belum siap bertatap muka dengan Mas Rio.
🍂🍂🍂
Rio Alvares
Aku merenggangkan otot-ototku yang kaku sembari melenguh pelan, perut laparku berhasil membangunkanku dari tidur nyenyakku, semalam aku tidak sempat makan alhasil sekarang aku begitu merasa kelaparan.
Dengan cepat aku menyibak selimutku dan beranjak keluar kamar menuju meja makan berharap menemukan sarapan yang akan menuntaskan rasa laparku.
Namun aku malah menemukan Aluna yang tengah sibuk makan sambil menatap lurus pada piring seolah-olah pikirannya tengah dipenuhi oleh banyak hal, berusaha tidak peduli aku menarik kursi dihadapannya membuat Aluna terkesiap kaget melihat kedatanganku.
Aku menatap Aluna heran, ia seolah-olah menghindari kontak mata dariku dan mencoba kembali sibuk dengan makanannya.
Aku menggindikan bahu pelan berusaha tidak peduli lalu menarik piring yang sudah terisi dengan nasi goreng itu kearahku. Dengan hikmat aku mulai melahapnya.
Cukup heran ketika melihat Aluna yang makan dengan terburu-buru, bahkan sedari tadi aku tidak mendengar ocehannya yang menyebalkan, setidaknya mengomel singkat seperti biasa tapi kali ini Luna benar-benar diam. Ini momen langka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE STEP CLOSER [END]
Romance"Cewek itu siapa Mas?" "Kekasih saya," jawab Mas Rio sambil menatapku. Aku tergelak singkat, "Terus saya?" "Kamu? Kamu juga kekasih saya," balasnya enteng. °°°° Aluna Oktaviani terpaksa harus menikah dengan se...