Ini adalah hari kedua aku tinggal dirumah megah milik Mas Rio tepatmya rumah kita, aku masih belum bisa menyebutnya sebagai rumah kita karena aku hanya merasa bebas apabila aku didalam kamar. Bagaimana tidak? Seharian aku dan Mas Rio hanya berbicara sekalimat atau dua kalimat, bahkan bisa tidak berbicara sama sekali, aku kan kesal.
Aku itu tipe orang yang tidak bisa berdiam diri lama-lama, butuh temen bicara tapi ya Mas Rio nya aja ansos alias anti sosial, gimana mau memulai pembicaraan belum mulai ngomong aja ekspresinya udah menyebalkan.
Aku memilih berjalan menuju ruang tengah untuk menonton TV, tau sendiri aku itu orangnya parno jika berada dirumah semegah ini sendirian, Mas Rio masih belum pulang-pulang dari tadi siang dan sekarang sudah pukul 11.00 malam.
Ya bukannya mau sok jadi istri mulia yang nungguin suaminya semalaman, tapi ya selama aku sendirian dirumah ini aku gak tenang, gimana kalau misalnya aku tidur duluan terus tiba-tiba ada maling menyelinap, no, no, no! Aku masih mau hidup.
Aku mulai mencari-cari stasiun TV secara random, menonton apa sajalah asal menarik dan gak buat aku memikirkan hal yang aneh-aneh.
Aku mulai fokus menonton acara komedian, setidaknya dapat mengalihkan fokusku dari pikiran parnoku.
Ketika sedang fokus menonton, aku mendengar suara orang yang tengah membuka pagar halaman rumah, dengan cepat aku mengintip keluar lewat jendela, memastikan orang yang membuka pagar adalah Mas Rio.
"Fyuuhh, untung deh Mas Rio." Aku menghela napas lega ketika melihat yang membuka pagar adalah Mas Rio.
Setelah Mas Rio membuka pagar aku melihat Mas Rio kembali masuk ke mobilnya dan mulai memasukan mobilnya kedalam bagasi, dengan cepat aku segera mematikan TV dan bergegas masuk kedalam kamar, aku tidak mau diliat seperti sedang menunggu kepulangan Mas Rio, gengsi lah.
Aku menguping dibalik pintu kamarku, Mas Rio sepertinya tidak pulang seorang diri, karena aku dapat mendengar Mas Rio tengah berbincang dengan seseorang.
"Istri kamu itu dimana?" Terdengar suara seseorang yang jika dari suaranya terdengar seperti wanita.
"Gak tau, ngapain juga diurusin." Jawab Mas Rio cuek.
"Cantikan mana dia sama aku?" Tanya wanita itu dengan suara penuh kemanjaan.
"Kamu ini nanyanya aneh-aneh, ngapain nanyain pertanyaan yang udah jelas jawabannya."
Tunggu, tunggu, tunggu! Ini apa-apaan sih? Siapa cewek itu, kok dari cara bicaranya kayak yang manja-manja gitu sih? Aku berusaha untuk menguping lagi tapi kini suara mereka sudah terdengar samar-samar, aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas.
"Mas Rio bawa siapa sih?" Gumamku bermonolog.
Daripada aku penasaran aku memilih keluar dari kamar, lalu mengintip dari balik tembok melihat Mas Rio dan wanita yang aku tidak ketahui identitasnya sedang duduk bersebalahan disofa yang tadi aku gunakan untuk menonton TV.
Perlahan aku dapat melihat wanita itu merangkul manja lengan Mas Rio, aku tidak melihat Mas Rio melakukan perlawanan, Mas Rio terlihat nyaman dengan posisi itu. Posisi mereka membelakangiku, jadi aku bisa mengintipi mereka dengan sedikit leluasa.
Selanjutnya wanita itu mulai menyandarkan kepalanya dibahu tegap Mas Rio, apa-apaan ini?! Apa wanita itu adalah kekasihnya Mas Rio??
"Mas aku boleh ya nginep disini?" Wanita menyebalkan itu memohon.
"Gak bisa sayang, masa iya kamu mau nginep disini." Jawab Mas Rio yang membuat ku yakin bahwa wanita itu memang pacarnya.
"Yahh masa gak boleh? Kamu takut istri kamu tau ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE STEP CLOSER [END]
Romance"Cewek itu siapa Mas?" "Kekasih saya," jawab Mas Rio sambil menatapku. Aku tergelak singkat, "Terus saya?" "Kamu? Kamu juga kekasih saya," balasnya enteng. °°°° Aluna Oktaviani terpaksa harus menikah dengan se...