30. Menyerah?

9.3K 407 72
                                    

Maap guys, aku lama update hehe
Semogaa sukaa chapter hari ini

HAPPY READING^^

°°°°

Aluna Oktaviani

Aku menyalakan ponselku karena sempat ku matikan semalaman. Entah kenapa aku masih belum siap mendengar suara Mas Rio.

Aku terkejut ketika melihat 123 panggilan masuk yang tidak terjawab, semakin terkejut lagi ketika sebanyak 50 pesan tak terbaca, astaga Mas Rio benar-benar berusaha menghubungiku semalaman.

Dia menghubungiku setelah mengusirku, sebenarnya apa yang dia inginkan?

Sejujurnya aku takut ia akan mengatakan sesuatu yang menyakiti hatiku lagi.

Praduga buruk terus saja berdatangan kedalam pikiranku.

"ALUNAA!!" Heboh Livia yang baru masuk kamar mengejutkanku.

"Kenapa?" Tanyaku menatap Livia heran.

"Lo tau gak, kemaren suami lo gak masuk kerja, dia juga gak menghadiri rapat penting, padahal ini udah jelas rapat bareng kolega penting," jelas Livia membuatku menatapnya tidak percaya.

"Serius?" Livia mengangguk menjawabku. "Ck! Gak profesional!"

"Lo buruan pulang deh, Pak Rio udah kelimpungan nyari lo."

"Iya, ini gue mau pulang," kesalku sembari membenahkan tas kecilku.

Aku hanya membawa tas kecil saja, karena aku tahu tak mungkin aku kabur berhari-hari, satu hari aku pergi dari rumah saja Mas Rio sudah seperti itu, bagaimana jika aku kabur berhari-hari, mungkin Mas Rio akan melaporkannya ke polisi sebagai laporan orang hilang.

"Gue bukannya ngusir lo, Lun. Gue takutnya masalah lo makin besar," tutur Livia sembari duduk dipinggir ranjang.

Aku tersenyum tipis pada Livia. "Gue ngerti kok, makasih ya Liv!" Kataku sembari bangkit berdiri dengan tas ditanganku.

"Udah selesai?"

Aku mengangguk. "Udah, gue pulang ya."

Livia mengantarkanku sampai depan, membantuku untuk memberhentikan Taxi yang lewat.

"Hati-hati ya, Lun. Semoga masalah lo cepet selesai." Livia melambai ketika aku mulai memasuki mobil.

"Makasih banyak, Liv. Gue pulang." Aku ikut melambai seiring mobil Taxi yang kunaiki mulai melaju.

Aku hanya menunduk selama perjalanan, memikirkan apa yang harus kulakukan jika bertemu dengan Mas Rio, apa aku harus meminta maaf? Ah, tapi aku tidak sepenuhnya salah.

Apa Mas Rio akan marah padaku? Atau mungkin ia mengkhawatirkan ku?

"Udah sampai, Mba." Supir Taxi menghentikan mobilnya didepan rumahku dan Mas Rio.

"Ah, iya, makasih Pak." Aku menyodorkan selembaran uang pada supir Taxi.

Aku berdiri didepan pintu rumahku dengan gugup, aku tidak tahu Mas Rio ada dirumah atau tidak, namun melihat mobil Mas Rio tidak ada, kemungkinan Mas Rio sedang keluar, semoga begitu, aku masih belum siap untuk bertemu.

Ketika aku mengetuk pintu, Bi Lilis membukakan pintunya untukku, membuatku menghembuskan napas legah, Bi Lilis menatap tidak percaya melihatku.

"Non Luna?! Alhamdulillah, Non Luna darimana? Pak Rio nyariin dari kemarin." Bi Lilis memegang kedua bahuku khawatir.

Aku tersenyum kikuk. "Dari rumah temen, Bi. Jangan kasih tau Mas Rio kalo saya udah pulang ya, Bi."

Bi Lilis mengangguk. "Yaudah Non masuk, Pak Rio nya juga lagi keluar nyariin Non Luna."

ONE STEP CLOSER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang