35. Bulan Madu

4K 230 1
                                    

Jangan lupa vomment ya guys^^

Happy reading~

○○○○

H

ari ini aku dan Mas Rio tengah duduk di kursi bandara menunggu panggilan pesawat kami datang, tadi sebelumnya kami sempat berpamitan dengan Papah Robert terlebih dahulu dan sekarang aku sedang sibuk menggigiti jemariku merasa gugup karena ini pertama kalinya aku naik pesawat.

Tolong jangan hujat aku.

"Luna?" Panggil Mas Rio yang baru saja mengalihkan perhatian dari ponselnya.

"Apa, Mas?" Sahutku berusaha setenang mungkin.

"Kamu kenapa? Kok pucet? Sakit?" Mas Rio mencoba menempelkan punggung tangannya di dahiku. "Gak panas kok."

Aku mencoba menurunkan tangan Mas Rio dari dahiku. "Aku gak apa-apa, Mas Rio. Ini emang karena aku gak pake make up aja."

Mas Rio menatapku heran, tangannya beralih menggenggam tanganku. "Astaga, Luna. Tangan kamu dingin banget, jujur sama aku, kamu gak enak badan?"

Aku menggeleng. "Bukan gitu, Mas Rio. Aku itu...." Aku bingung bagaimana menjelaskannya.

"Kenapa? Kamu itu kenapa?"

"Aku itu sebenernya...takut Mas," cicitku sembari menunduk.

"Takut? Emangnya ada yang mau nyakitin kamu? Siapa? Bilang sama aku."

Aku langsung memukul bahu Mas Rio. "Ih Mas Rio, aku itu takut naik pesawat. Masa itu aja gak ngerti!"

Ekspresi Mas Rio yang tadinya penuh kekhwatiran berubah kaget. "Serius kamu?"

"Gak. Aku cuman bercanda!" Sebalku.

Mas Rio lalu terkekeh. "Astaga, Luna. Kamu lucu."

"Ishh kok malah di bilang lucu? orang lagi takut juga!"

"Aku baru pertama kali lho liat kamu takut," katanya.

Aku menatapnya kesal. "Terus aku gak boleh takut? Gitu?"

"Bukan gitu. Aku kira kamu gak punya rasa takut, kamu perempuan paling berani yang pernah aku temuin."

Aku kembali mengingat lagi. "Tapi waktu dulu aku pernah numpang ke kamar Mas Rio lho, soalnya mati lampu, Mas Rio gak inget?"

"Inget, tapi menurut aku kamu berani, cewek mana yang berani nyamperin kamar aku karena mati lampu, padahal jelas-jelas saat itu aku masih suka galakin kamu."

"Soalnya aku masih lebih takut hantu daripada kamu," jelasku sambil terkekeh.

Mas Rio ikut terkekeh lalu mengusak rambutku gemas. Aku jadi sedikit melupakan rasa takutku karena Mas Rio terus mengajakku berbicara, sampai akhirnya panggilan untuk pesawat kita pun terdengar.

Mas Rio berdiri sambil menarik tanganku, namun aku menahannya.

Mas Rio berbalik menatapku penuh tanya. "Kok diem?"

Aku kemudian menunduk. "Takut, Mas Rio."

Mas Rio tersenyum lalu ia berongkok di hadapanku. Tangannya terangkat untuk mengelus rambutku lembut. "Aluna, dengerin aku..."

Aku mendongak menatap kedua manik mata coklatnya itu.

"Apapun yang terjadi percayalah semuanya bakal baik-baik aja. Aku bakal ada di samping kamu, jadi kamu gak usah khawatirin apapun. Selama perjalanan kamu cukup tidur, nanti aku bangunin kalo udah sampe. Oke?"

ONE STEP CLOSER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang