Aluna Oktaviani
Aku menyandarkan tubuhku di kepala ranjang kelelahan, padahal aku hanya baru bergerak ke kamar mandi untuk buang air kecil, tapi rasanya seperti habis keliling tujuh putaran. Melelahkan sekali permisa.
Akibat kondisi perutku yang kian membesar, membuatku jadi sulit bergerak dan mudah kelelahan, bahkan dokter bilang bayiku memiliki ukuran yang cukup besar, sehingga aku harus mengurangi konsumsi es krim ataupun makanan yang manis-manis.
Memikirkan ukuran bayiku menjadi ketakutan tersendiri bagiku, bagaimanapun ini kelahiran pertama bagiku, aku takut itu akan mempersulit jalur lahiranku, namun di sisi lain aku cukup bersyukur mengetahui bahwa bayiku tidak kekurangan gizi dan dalam keadaan sehat, Mas Rio juga sering menegurku untuk tidak memikirkan hal yang buruk.
Aku mendongak ketika merasakan kehadiran seseorang di kamar ini, kulihat Mas Rio berjalan mengahampiriku masih dengan jas kerja yang terbalut di tubuh tegapnya.
Sejak aku hamil besar, Mas Rio jadi pulang lebih cepat, katanya ia sangat khawatir, ia takut jika tiba-tiba aku melahirkan atau terjadi sesuatu, apalagi mengingat prediksi dokter yang mengatakan perkiraan melahirkanku adalah dua minggu lagi, Mas Rio benar-benar memantauku seharian, ia bahkan terus mengirimiku pesan selama Mas Rio pergi bekerja.
"Aku pulang," katanya sembari duduk di pinggir ranjang disampingku.
Cup
Ia mengecup puncuk kepalaku disusul dengan tanganya yang mengelus lembut rambutku penuh sayang.
Aku tersenyum menatapnya, lalu memeluk manja tubuh Mas Rio meski tubuhnya di penuhi keringat, selama ini Mas Rio tidak pernah bau, itu masih menjadi misteri untukku yang bahkan sudah tinggal bersamanya hampir dua tahun.
"Capek gak? Mau makan sesuatu? Hmm?" Tanya Mas Rio dalam pelukan.
Aku melepas pelukanku dari Mas Rio. "Harusnya aku yang tanya gitu, Mas Rio pasti capek habis pulang kerja."
Kulihat Mas Rio tersenyum tipis. "Biasa aja, capeknya ilang pas liat kamu."
Aku terkekeh sembari mendorong dadanya malu, meski aku sering kali mendengar perkataan manis dari mulut Mas Rio, namun rasanya masih sama, seperti pertama kali jatuh cinta.
Mas Rio beralih melirik kakiku yang terlihat agak bengkak. "Kakinya masih sakit gak?"
Semenjak hamil besar kakiku memang jadi ikut membengkak, akibat bobot bayi yang cukup besar, sedangkan ukuran kakiku yang kecil tidak cukup kuat untuk menahannya.
Aku mengangguk jujur. "Lumayan, tapi lebih ke pegel si, Mas."
"Sini, biar aku pijitin." Mas Rio langsung menggeser posisinya mendekat pada kakiku.
"Mas Rio ganti baju dulu deh, pasti gerah kan habis pulang kantor?" Kataku sedikit merasa kasihan melihat guratan lelah di wajahnya.
Mas Rio menggeleng. "Aku pijitin kamu dulu pokoknya."
Aku hanya memajukan bibirku kesal, aku senang Mas Rio memperhatikanku, tapi jadi agak jengkel melihatnya yang mengabaikan kesehatannya sendiri, padahal aku tau betul dia kelelahan, karena dari yang aku dengar Mas Rio benar-benar menekan dirinya di kantor agar ia bisa cepat-cepat pulang untuk melihatku.
Mas Rio memijat kakiku dengan telaten, bahkan ia tidak terlihat seperti kelelahan meski sudah memijat kakiku dalam 30 menit.
Aku menghembuskan napas. "Mas Rio makan dulu deh, aku yakin Mas Rio belum makan."
Mas Rio malah terkekeh. "Kamu cenayang yaa?"
"Tuhkan belom makan! Nanti kalo Mas Rio sakit siapa yang urusin?" Omelku kesal. "Pokoknya Mas Rio makan dulu, ganti baju! Abis itu baru kesini lagi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE STEP CLOSER [END]
Romance"Cewek itu siapa Mas?" "Kekasih saya," jawab Mas Rio sambil menatapku. Aku tergelak singkat, "Terus saya?" "Kamu? Kamu juga kekasih saya," balasnya enteng. °°°° Aluna Oktaviani terpaksa harus menikah dengan se...