7. Berkunjung

4.6K 361 124
                                    

Haii gaess, comeback nih.
Semoga sukaa:))

Sorry for typo😅

HAPPY READING...

Aku masuk kedalam rumah setelah tadi pagi berolahraga keliling komplek sendirian, Pak Robert yang menyuruhku berhenti bekerja dan fokus dengan kewajiban menjadi istri membuatku bosan berdiam diri dirumah, apalagi tinggal bersama pria sensitive itu, ih gelayy deh.

Aku berjalan masuk keruang tengah sembari bersenandung pelan, namun spontan aku berhenti ketika melihat Mas Rio yang sudah rapih dengan pakaiannya tengah menggulung baju lengannya dengan telaten, dia mendongak kearahku ketika sadar akan kehadiranku.

Aku berusaha tidak peduli lalu lanjut berjalan menuju kamar, tapi baru saja aku berjalan beberapa langkah, suara Mas Rio menghentikanku.

"Luna." Panggil Mas Rio datar.

Aku menoleh malas, "Apa?"

"Cepat siap-siap pake baju yang rapih," Titahnya tidak jelas.

"Lah emang mau kemana?"

"Hari ini kita bakal keluar." Balasnya tidak memberi jawaban.

"Ya keluar kemana Mas?" Tanyaku berusaha sabar.

"Siap-siap sana, gak usah banyak tanya." Sahutnya jutek.

Tinggal jawab aja apa susahnya sih? Rese banget jadi cowok. Apa jangan-jangan dia mau bawa aku ke suatu tempat yang sepi terus bunuh aku gitu? Kan gak menutup kemungkinan Mas Rio bisa gitu, banyak kan kasus seperti itu diberita-berita, ish jadi ngeri deh.

"Kok masih diem? Saya gak mau nunggu lama, cepetan!" Titahnya lagi.

Aku berkacak pinggang, "Mau kemana dulu Mas? Saya gak mau ikut kalo Mas gak kasih tau mau kemana."

Mas Rio berdecak kesal, "Kita mau ke rumah Papah!"

"Nah gitu dong dari tadi, tinggal jawab aja susah banget!" Cibirku lalu berjalan masuk kamar.

Aku hanya bersiap-siap seadanya, setelah mandi singkat aku mulai memilih baju, aku memang tidak punya baju yang bagus-bagus banget, palingan baju itu-itu lagi yang kupakai, yang penting sopan dan enak dipandang. Aku mencoba memilih baju yang agak kalem seperti warna Mocca atau warna soft lainnya.

Setelah itu seperti biasa aku memoles wajahku dengan sedikit pelembab wajah lalu bedak, tidak lupa memoleskan pelembab bibir berwarna dibibirku.

Ketika aku tengah menyemprotkan parfume ke sekitar tubuhku, aku dikejutkan dengan suara ketukan pintu yang tidak sabaran. Seperti ingin mengajak tauran.

"Luna bisa cepet gak?! Saya gak suka nunggu lama!" Pekiknya masih mengetuk pintu dengan keras. Itu ngetok apa mau ngerusak pintu sih?

Dengan kesal aku membuka pintunya, lalu menatap nyalang wajah Mas Rio yang merasa tidak bersalah.

"Sabar dikit napa Mas!" Tekanku kesal.

"Cepet!" Mas Rio lalu melengos dari hadapanku tidak peduli akan apa yang kukatakan, sedangkan aku hanya mengikutinya dari belakang.

Langkah Mas Rio begitu besar sehingga aku tertinggal cukup jauh darinya.

Mas Rio menoleh singkat padaku, "Jangan lelet jalannya, sore ini saya ada jadwal pemotretan."

"Ini saya udah cepet tau Mas, Mas nya tuh yang kecepetan." Balasku.

"Kayak siput!" Cibirnya pelan, tapi tentu saja dapat aku dengar.

ONE STEP CLOSER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang