33. Milikku?

5K 301 40
                                    

Jangan lupa vote ya guyss^^...
Klo klian baca ini offline biar gada iklan, vote jg oke? Bisa kok di vote pas offline hehe.

Makasih guys^^

Happy reading;)

°°°°

Aluna Oktaviani

Selama enam bulan sejak aku menikah dengan Mas Rio, entah sejak kapan Mas Rio ikut membalas perasaanku. Aku sangat teramat bersyukur bisa merasakan pernikahan ini meski jalan awalnya harus menyakitkan.

Mas Rio selalu memperlakukanku dengan baik akhir-akhir ini. Bahkan setelah kucari tau, Mas Rio adalah orang yang melunasi hutang Ayahku. Dia sama sekali tidak memberitahuku soal ini, aku kesal namun juga sangat berterima kasih.

Aku menyisir rambut cokelat Mas Rio dengan jari-jariku, ia kini tengah tetidur pulas diatas pahaku didalam kantornya.

Aku terus mengamati setiap inchi wajah Mas Rio yang terlihat dari samping, wajahnya menghadap ke perutku dengan tangan yang setia memeluk pinggangku erat. Tangan kananku terus mengelus-elus rambut hitamnya lembut, membiarkan Mas Rio tertidur lebih nyenyak di alam bawah sadarnya.

Mas Rio sepertinya sangat kelelahan. Sedari tadi Mas Rio terus di sibukkan oleh pekerjaannya, ia harus menyelesaikan semua pekerjaannya agar bisa berbulan madu bersamaku.

Saat tadi dirumah ia terus memaksaku untuk ikut ke kantor, katanya ia butuh seseorang disampingnya. Entah itu hanya bualan atau memang benar adanya.

"Mas Rio kalo tidur gak keliatan juteknya," gumamku sambil tersenyum melihat wajah tampannya.

"Makasih Mas Rio," lanjutku sembari mengecup pipinya pelan.

Mas Rio menggeliat di pangkuanku ketika merasa terganggu dengan kecupan singkat yang kuberikan tadi.

Ia perlahan melonggarkan pelukannya, kepalanya bergerak melihat ke arahku, matanya perlahan terbuka memandangku.

Mas Rio lalu tersenyum.

Rasanya salah tingkah melihat senyumnya. "Kenapa senyum-senyum?"

Mas Rio tidak menjawab, ia malah bangkit dari posisi tidurnya, menarik tubuhku lebih dekat, lalu dengan tiba-tiba ia mengecup dahiku cepat.

Cup.

Aku membulatkan mataku, sedikit kaget dengan tindakannya yang tiba-tiba.

"Hukuman karena udah cium orang pas lagi tidur," jelas Mas Rio membuatku menatapnya tidak percaya.

"Kok tau? Mas Rio tadi udah bangun?" Tanyaku masih tidak percaya.

Mas Rio menggeleng. "Aku sensitif kalo lagi tidur."

Aku tertunduk malu merasa tertangkap basah, karena sejujurnya aku sangat jarang mencium Mas Rio lebih dulu. Gengsi lah.

Aku mendengar tawa renyah dari mulut Mas Rio, tanpa diduga Mas Rio menarikku dan mengangkatku untuk duduk diatas pangkuannya. Aku yang tidak siap spontan berpegangan pada kedua bahunya, sedangkan kedua tangan Mas Rio bertengger manis di kedua sisi pinggangku, menarikku untuk semakin dekat dengannya.

Ia memandangku dengan intens. "Kalo mau cium aku bilang aja. Gak usah malu."

Aku menahan napas mendengar ucapannya itu, jantungku terus berdetak cepat sedari tadi, saking kencangnya aku takut Mas Rio akan mendengarnya.

Mas Rio menyelipkan rambutku ke belakang telinga. "Kamu bisa cium aku sepuasnya, Aluna."

"Aku milik kamu," lanjutnya dengan lembut. "Selamanya cuman jadi milik kamu."

ONE STEP CLOSER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang