06. An Adventure

6.7K 514 9
                                    

*Minta taburan bintangnya ya*

"Let me try to smoke." (biarkan akan mencoba merokok).

"W-what?" (a-apa?) Tanya Alexander terbata-bata dan melanjutkan. "What do you need a smoke for?" (untuk apa kau merokok?).

"An adventure." Ya. Kata-kata itu sangat tepat menggambarkan semua daftar keinginan yang dia tulis di dalam selembar kertas. Petualangan.

"Oh, God. Dan, jika Dexton tahu dia tidak akan menyukainya."

"Alex, you just said...." (alex, kau bilang....)

"I've changed my mind." (aku merubah pikiranku).

Dia menghela napas. "If you're not helping me, i'll find someone else to do so." (jika kau tidak menolongku, aku akan mencari orang lain untuk melakukannya).

Mata Alexander menyipit. "That's blackmail." (itu sebuah pemerasan).

Dia tersenyum manis dihadapan suami adiknya yang  sudah dia anggap sebagai sahabatnya sendiri. "I think it would be nice, when a brother helps his sister to have an adventure." (aku pikir itu sangat baik, jika kakak membantu adiknya untuk memiliki sebuah petualangan).

"You're not my sister." Ucap Alexander cepat.

"You're Daisy's husband, it means you're my brother too" (kau adalah suami dari Daisy, itu berarti kau adalah kakakku juga). dia menjawab dengan lancar. "Aku rasa dengan kau mengajakku berbicara saat ini, itu membuktikan bahwa kau setuju dengan ucapanku."

Alexander meliriknya sedikit kesal, dia tahu bahwa perkataan yang dia ucapkan telah disetujui oleh pria itu.

"Aku pikir kau terlalu memiliki ekspektasi tinggi dengan merokok." ucap Alexander menarik napas.

"I just wanna try, Alex." (aku hanya ingin mencoba Alex). Dia memperlihatkan pandangan memohon pada Alexander.

"Aku lebih suka jika Dexton yang melakukannya dibanding aku." Alexander terlihat masih menimbang-nimbang. "Saat mereka tahu kau belajar merokok dariku, aku yakin bukan hanya Dexton yang akan memukulku tapi juga istriku akan mengusirku dari kamar."

Dan ucapan Alexander membuatnya tertawa kecil, membayangkan Dexton akan memukul pria itu dan Daisy akan mengusir pria itu dari kamar mereka. Dia menang.

Alexander memberikan rokok yang tadi di hisap kepadanya. Dengan perasaan sedikit pusing karena jantungnya bergemuruh, dia meraih rokok itu. Tentu saja dia memegang batang rokok yang kecil itu di sela-sela jarinya, seperti yang dia lihat pada Alexander.

Dia tidak tahu bagaimana melanjutkannya, lalu tatapannya bertemu dengan tatapan geli Alexander melalui asap yang terlepas dari rokok yang dipegangnya.

"Now what?" (sekarang apa?). Tanyanya bingung.

"Now you smoke it." (sekarang kamu mulai merokok). Ucap Alexander yang menahan tawa.

"Like this?" (seperti ini?). Tanyanya, dengan hati-hati membawa rokok ke bibirnya dan menarik napas dalam-dalam.

Dia melihat mata Alexander melebar saat dia melakukannya dan itu hal terakhir yang dia ingat sebelum dia terbatuk. Batuk yang mengerikan seperti menyedot semua kekuatannya.

Samar-samar menyadari bawah Alexander mengambil rokok di tangannya dan membuangnya di tong sampah, kemudian batuk itu masih terus datang dan dia terusmenepuk-nepuk dadanya sendiri.

Putus asa karena membutuhkan udara segar, dia menarik napas dalam-dalam yang hanya menyebabkan dia batuk yang lebih banyak. Membuat Alexander memukul punggungnya dengan sangat keras sampai dia merasakan sakit di tulang belakangnya, kemudian dia melambaikan tangannya untuk membuat Alexander berhenti.

In The Eyes Of YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang