*Minta taburan bintangnya ya*
Lucas turun dari kudanya, kakinya melangkah memasuki gereja yang ada di dekat rumahnya, udara dingin berhembus di atas kulitnya terasa sampai ketulang, namun, dia tetap tidak mempercepat langkahnya.
Tidak pernah lagi dia menginjakkan kaki disini, kecuali untuk menikah, setelah dia mempertanyakan adanya Tuhan atau tidak. Dia menghela nafas dengan berat, seakan memori masa lalu yang terekam di kepalanya berputar kembali seperti kaset.
Pendeta Piero tersenyum hangat padanya, seakan berkata long time no see, happy to see you here. (lama tidak bertemu, senang bisa melihatmu disini). Dia hanya melewati Pendeta Piero, tidak membalas senyum ramah itu, kakinya terus melangkah ke tempat kursi keras yang biasanya digunakan untuk berdoa.
Teringat akan masa lalunya saat dia kanak-kanak, dia menggigil berlari melewati hujan dari rumahnya ke gereja dengan susah payah setelah Padre-nya berkali-kali menghukumnya, mencambuknya, memukulnya, membiarkannya kelaparan dan tak ada satupun orang yang berani mendekatinya karena Padre-nya melarang.
Dia masih dapat merasakan sakit diperutnya saat dia berusaha mati-matian memfokuskan pemikirannya pada hal-hal yang indah untuk melupakan rasa lapar yang menggerogoti perutnya.
Dan hanya disinilah dia bisa menangis, berteriak, tidak terkendali marah pada Padre-nya, pada Madre-nya yang tidak mengajaknya ikut ke surga.
Bertanya-tanya pada Pendeta Piero, penebusan dosa apa yang bisa dia lakukan agar dapat memperbaiki hidupnya. Kemudian Pendeta Piero menemaninya berkata bahwa Tuhan pasti akan menolong, Tuhan pasti akan memberikan jalan pada umatnya, dan sejak saat itu dia tidak percaya bahwa Tuhan itu ada.
Karena setelah itu, hidupnya tidak juga lebih baik.
Dan kali ini.... Pria dewasa yang telah merasakan sedikit kebahagiaan itu bertanya lagi dengan pertanyaan yang sama seperti bocah laki-laki beberapa dekade yang lalu. Apakah Engkau ada? Mengapa Engkau tidak membantuku?
"Aku juga bukan orang bodoh." Ucap Nicole dengan pandangan sembunyi padanya. "Aku bisa melihat dengan cukup mudah bahwa kau menginginkan iblis kecil itu. Tapi Don Lucas tidak menginginkannya. Jika Don Lucas menginginkannya pasti yang akan datang kesini adalah dia dan bukan kau. Kau tidak bisa mencuri anak perempuan itu dariku, karena aku pasti akan membuat keributan dan kupastikan Don Lucas akan mendengarnya. Tidak ada satu orangpun di Italia yang dapat membantumu karena mereka takut pada Don Lucas."
"Aku bukan hanya satu satunya yang memiliki masalah, Nona." Ucapnya dingin. "Ketika Lucas tahu bahwa kau dengan sengaja membiarkan Alice berkeliaran, dia tidak akan segan-segan padamu. Kau harus pergi ke Scotland atau mungkin dia akan memberhentikan uang bulananmu."
"Aku mungkin memang harus pergi ke Scotland, karena tidak ada yang dapat menghentikan perintah Don Lucas bukan? Tapi aku memiliki anak itu dan aku akan menggunakannya dengan cara apapun agar mendapatkan keuntungan."
"Pemikiran yang bijaksana." Ucapnya menahan ngeri membayangkan Alice kecil berkeliaran di Scotland kelaparan. "Namun, setelah bertemu denganku kau pasti tahu, bahwa kau tidak perlu pergi dengan tangan kosong bukan?"
"Ampuni aku, jika kau dapat membaca dengan jelas apa yang ada di kepalaku, Signora." Senyum yang ditunjukkan Nicole begitu tulus. Wanita itu jelas seseorang yang suka bernegosiasi, wanita itu terlihat sangat senang dengan tantangan lawan yang tangguh.
"Aku tidak ingin membuatmu terburu-buru memikirkan apa yang kau inginkan." Ucapnya sambil tersenyum miring. "Mungkin kau dapat menjelaskan keinginanmu dalam mata uang."
"Oh jauh lebih sederhana dari itu." Kata Nicole. "Kau hanya harus memberikan lukisan itu."
"Lukisan?" Dia terkejut mendengar apa yang diucapkan oleh Nicole.
KAMU SEDANG MEMBACA
In The Eyes Of Yours
RomanceMATURE CONTENT. HARAP BIJAK DALAM MEMBAJACA [+21] ------ Daniella Sephiroth: Bagaimana bisa seorang penjahat di dalam cerita orang lain menjadi seorang pahlawan di dalam ceritanya? Lucas Salvestro: "Aku akan memenuhi semua petualangan yang kau tulis...