40. Mood Swing

5.9K 489 15
                                    

*Minta taburan bintangnya ya*

Setelah dag-dig-dug di part sebelumnya, mari kita santai sejenak dan senyum-senyum dulu ya.

Lucas berjalan menyusuri koridor rumahnya, dia tidak menemukan istrinya di kamarnya dan dia telah mencari istrinya di setiap titik rumahnya, namun tetap tidak menemukan istrinya itu. Hanya satu tempat yang belum dia datangi, ruang kerja yang baru saja direnovasi oleh istrinya. Ruangan terkutuk yang tidak ingin dia buka pintunya.

Rasanya tiap kali membuka pintu ruangan itu, seakan suara teriakan Padre menggema di telinganya, bekas luka di kulitnya seakan meremang sakit karena cambukan Padre yang diterimanya dan hatinya bergemuruh terasa begitu.... ketakutan.

Dia mungkin tidak pernah mengatakan hal itu pada siapapun, tidak menunjukkan bahwa apa yang dilakukan oleh Padre dulu berdampak begitu besar padanya hingga saat ini.

Hatinya mengatakan bahwa istrinya berada di ruangan itu dan kali ini demi istrinya.... Oh Tuhan.... apapun yang dia lakukan di hidupnya semenjak kedatangan Daniella adalah demi istrinya itu.

Daniella, perlahan tapi pasti mengubah seluruh hidupnya yang kelam seakan menjadi berwarna. Daniella, yang selalu membuat dia dapat merasakan menjadi manusia yang seutuhnya lagi setelah kecelakaan itu hampir membuatnya terbunuh. Daniella, satu-satunya orang yang membuatnya memiliki harapan bahwa hidupnya bisa sama seperti orang lain.

Tangannya sedikit bergetar memegang gagang pintu berwarna emas, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Namun bayangan wajah Daniella yang menyambut dirinya dengan hangat seakan kembali menyadarkannya. Bahwa apapun itu dia akan melalui hanya demi istrinya.

Dia membuka pintu perlahan tanpa membuat suara, istrinya sedang berdiri di depan meja kerja berbicara dengan serius bersama Maxi. Sangat serius. Sampai mereka tidak menyadari keberadaannya.

Sengatan amarah terpampang di mata keduanya, seperti aliran listrik saat menatap satu sama lain. Maxi mengepalkan tangan tanda bahwa kakaknya itu sangat marah dan istrinya menggelengkan kepala dengan pelan. Dia tak dapat mendengar jelas apa yang mereka katakan.

"Don't, Max!" (jangan, Max!). Ucap istrinya dengan nada tinggi.

"Apa yang jangan?" Tanyanya membuat istrinya dan kakaknya begifu terkejut, sampai mereka berdua memegang dada masing-masing.

"Demi Tuhan, kau mengagetkanku!" Ucap istrinya masih memegang dada dan mengatur nafas. "Sejak kapan kau disitu?"

"Kalian sedang membicarakan apa?" Tanyanya lagi.

Istrinya ingin membuka suara, namun Maxi segera berkata. "Tidak ada apapun. Aku hanya bercerita mengenai masalah percintaan."

Dia menaikkan sebelah alisnya yang memperlihatkan bahwa dia tahu Maxi berbohong. "Percintaan?" Ucapnya sambil menatap istrinya meminta penjelasan. "Is that true, Dan?" (apakah itu benar, Dan?).

"Yes." Ucap istrinya cepat, sambil menarik senyum palsu dan menatap ke arah Maxi. "It's complicated.... Max's lovelife." (sangat rumit.... Kisah cinta Max).

Dia masih menatap istrinya, berharap istrinya memberi jawaban yang sebenarnya. Namun istrinya tidak membuka mulut lagi, kemudian dia berdehem untuk membersihkan tenggorokannya sambil mencoba bersabar, menahan diri. Dia yakin istrinya akan memberitahu apapun itu cepat atau lambat. "Aku mencarimu dimana-mana, Dan."

In The Eyes Of YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang