32. Dating

5.7K 457 9
                                    

*Minta taburan bintangnya ya*

Jantungnya bertalu-talu melihat pistol yang ada di tangan Maxi di arahkan padanya, dia merasakan keningnya di taburi dengan bintik-bintik keringat. Apakah Maxi akan menembaknya?

Dan kemudian dia melihat jari telunjuk Maxi menekan pelatuk sambil tersenyum miring."Say goodbye, Dan."

DOR! DOR!

Suara benda jatuh di belakangnya membuatnya berpaling. Burung. Sial!

Pandangannya beralih pada Maxi. "Maxi! Aku hampir mengira kau akan membunuhku!!!"

Maxi terkekeh pelan. "aku bahkan menahan tawa karena melihat wajah ketakutanmu."

"Kau gila! Aku bisa laporkan pada Lucas!"

"Ya Tuhan, Daniella! Aku minta maaf jika mengejutkanmu, aku hanya melihat burung itu berada di belakangmu."

"Kau sengaja untuk menakuti-ku!" Teriak Daniella berlari untuk memukul laki-laki itu.

Maxi tertawa kencang. "Aku tidak mungkin membuat adik-ku kehilangan dirimu, dia sudah cukup menderita, Daniella."

"I know. I'll always make him happy. I promise."

Maxi tersenyum tulus, kemudian dia melihat Mirell memperhatikannya dari jauh, membuat dia mengerutkan kening. Wanita itu sepertinya ingin berbicara padanya, namun dia dapat melihat keraguan dari gerak gerik Mirell.

Mata mereka bertatapan, dia sangat yakin Mirell ingin mengatakan sesuatu padanya, dia mengalihkan perhatian pada Maxi. "Kita sudahi tembak menembak ini, aku mau istirahat." Ucapnya.

Maxi memanggil pelayan dan mengambil pistol dari tangannya untuk diberikan pada pelayan yang dia ingat bernama Ferry. "Aku akan mengantarkanmu ke kamar." Ucap Maxi padanya.

"Ya Tuhan, aku tidak akan kabur dari rumah ini. Kenapa kau terus menerus mengikutiku?"

"Aku lebih takut dibunuh Lucas daripada amukanmu saat ini."

Dia mendengus pelan. "Apa sih yang suami-ku pikirkan untuk menjadikan kakaknya bodyguard-ku?!" Ucapnya kesal, lalu menatap Maxi dengan lelah. "Ikuti aku dari jauh, aku tidak mau kau terus membututiku atau mendengar apa yang ku bicarakan. Aku ingin menemui Mirell."

"Mirell?" Tanya Maxi bingung.

"Jangan tengokkan kepalamu! Aku yakin Mirell ingin membicarakan sesuatu yang penting kepadaku, aku ingin menemuinya."

"Apa aku harus pura-pura tidak tahu?"

"Ya dan jangan sekali-kali menguping pembicaraanku dengannya." Ujarnya meninggalkan Maxi ke dalam rumah.

Mirell sudah tidak ada di tempat wanita itu berdiri tadi, dia melihat ke sekeliling dan tidak menemukan wanita itu. Maka dia putuskan untuk kembali ke kamar dan kemudian dia terkejut melihat Mirell yang sudah menunggunya di depan kamar.

"Mirell." Panggilnya pelan.

Mirell menatapnya lurus, dia melihat dalam mata itu ada ketakutan, kesedihan, dan kebingungan. Dia tidak mengerti apa yang terjadi pada Mirell. "Kau mau berbicara denganku?" Tanyanya lembut.

Kepala wanita di depannya mengangguk cepat, dia tidak bersuara, kemudian dia membuka pintu kamar dan mempersilahkan Mirell masuk. "Ku kira kau membutuhkan privasi untuk berbicara hanya berdua denganku." Ucapnya.

In The Eyes Of YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang