02. He's Not A Boy. She's Is A Woman

9.9K 608 9
                                    

*Minta taburan bintangnya ya*

"Apa kau yakin dengan apa yang akan kau lakukan?" Tanya Sandra padanya untuk yang ketiga kalinya, namun tangannya tetap melakukan pekerjaan.

"Sandra, aku sangat. Amat. Yakin." Ucapnya menatap lelah pelayannya itu.

Sandra  melilit badannya berulang-ulang kali memastikan payudaranya rata, tidak terlihat seperti laki-laki. "Jika Tuan Dexton tahu dan Mrs Sephiroth tahu...."

"Mereka tidak akan mengetahuinya jika kau tidak mengatakan apapun." Dia mengatakannya dengan menggebu-gebu.

Ada kekuatan yang keluar dalam dirinya, seolah dirinya dapat melakukan apa saja. Seolah-olah hidupnya akan begitu berubah dan jiwa petualang dalam dirinya membuncah.

"Lalu apa kau akan menyetir sendiri?" Tanya Sandra bingung.

"Tidak. Siapapun bisa melacak mobil yang kugunakan, aku akan menaiki taxi." Dia merasa lilitannya sudah cukup, lalu mengacungkan jempol ke arah Sandra.

Kepala Sandra menggeleng-geleng melihat ke arahnya, wanita itu berjalan ke arah walking closet untuk menganbil jas dan celana panjang yang maskulin miliknya. "Kenapa kau membuat jas ini? Ini tidak terlihat anggun sama sekali." Ucap Sandra padanya.

"Aku memerlukan jas seperti itu untuk meeting menemani Dad, kadang kala kita memang harus terlihat maskulin saat berbisnis, Sandra." Ucapnya sedih saat mengingat ayahnya kembali, membuat matanya terpejam.

Dia tidak ingin menangis lagi, di rumah sakit dia telah mengeluarkan semua air matanya dan saat di gereja dia berjanji untuk tetap kuat menjaga ibu dan adik-adiknya. Dia anak pertama dan rasa tanggung jawab itu seakan sudah bertumpuk di pundaknya sejak lama.

"Miss Daniella." Bisik Sandra membuatnya membuka mata dan menatap wanita itu. "Are you ok?" (apa kau baik-baik saja?).

Dia mengangguk dan tersenyum sedikit. "I just miss him." (aku hanya merindukannya).

"I miss him too, Miss." (aku juga merindukannya, nona). Ucap Sandra mengangguk mengetahui apa yang dia rasakan.

Semua yang pernah bekerja dengan ayahnya merasakan kedekatan yang seperti keluarga. Ayahnya adalah orang yang begitu ramah, dia tidak pernah membeda-bedakan dalam memperlakukan orang lain.

"Sandra, aku sudah berulang kali memintamu untuk memanggilku dengan namaku." Ucapnya mengalihkan pembicaraan agar tidak membuat mereka sedih, dia memutar kedua bola matanya. "Paling tidak saat berdua denganku, setelah ini kau juga hanya akan mengurusku. Tidak ada Daisy, jadi bisakah kita lebih akrab?"

Sandra tersenyum tipis melihatnya. "Kurasa kau harus segera mengganti bajumu, Daniella."

Daniella tersenyum padanya dan mengambil baju yang Sandra ambilkan, membuka gaun hitamnya, meloloskan dari tubuhnya yang membentuk awan hitam di kakinya.

Dia mengenakan kemeja putih dengan perlahan takut membuat lilitannya lepas dan Sandra harus mengerjakannya lagi, kemudian dia mengenakan jas berwarna abu-abu dengan garis hitam tipis yang menghiasi sisinya, celana panjang bahan yang senada dengan jas yang dia gunakan. Tak lupa dia meminta Sandra untuk memakaikannya dasi berwarna hitam agar lebih terlihat seperti pria.

Tubuhnya memutar di depan kaca, Sandra melihatnya dengan senyum tersungging di bibir tipis wanita itu. "Apa aku sudah terlihat seperti pria?" Tanyanya pada Sandra untuk memastikan.

In The Eyes Of YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang