*Minta taburan bintangnya ya*
Daniella menatap jendela kamar yang mengarah langsung pada pemandangan taman belakang rumah Sofia, temannya. Apa yang terjadi tadi siang berkecamuk di kepalanya. Dalam hati kecilnya dia yakin bahwa dia akan bertemu dengan Lucas pada saat Alexander mengatakan bahwa Lucas tinggal di Italia. Dia tahu bahwa kedatangannya di Italia akan mempertemukannya dengan pria itu lagi, dan tanpa dia sadari bahwa hatinya berharap akan hal itu.
Semua informasi yang telah dia dapatkan dari Alexander mengenai Lucas Salvestro cukup mengguncangnya, namun, tak dapat dia pungkiri. Pria itu adalah pria yang dia tunggu, dia cari, bahkan menemani mimpi setiap malam. Pria yang mencuri ciuman pertamanya, pria yang membuatnya seakan mendapat kekuatan baru setelah ayahnya meninggal.
Dia tahu bahwa dia akan bertemu dengan Lucas saat menginjakkan kaki di Italia. Tapi tidak secepat ini, dia begitu terkejut. Melihat wajah pria itu yang sama terkejutnya dengannya. Tidak mengerti apa yang harus dia bicarakan dia memilih untuk pergi. Namun, tanpa dia sangka pria itu datang menghampirinya menatapnya dengan penuh tanda tanya.
Kemudian semua menjadi jelas saat dia melihat kedalam mata abu-abu yang begitu indah milik Lucas. Dadanya terasa sesak mengingat Alexander mengatakan bahwa Lucas hampir memperkosa Daisy, memburu Daisy, terobsesi pada Daisy dan yang membuatnya lebih sedih adalah bahwa Lucas mengetahui bahwa dia adalah kakak dari Daisy saat menciumnya.
Kemudian dia menyadari bahwa Lucas mungkin membayangkan dia adalah Daisy saat mereka berciuman. Dan sekali lagi, dia tidak pernah lepas dari bayang-bayang adik cantiknya.
'Plak.'
Bunyi dari tangannya saat menampar wajah pria itu menggema di kepalanya. Panas yang dirasakan pada telapak tangannya seakan kembali lagi. Dia memejamkan mata memikirkan alasan apa yang sebenarnya mendasari tamparan itu. Saat tadi siang dia bilang bahwa itu untuk Daisy, tapi hatinya merasa tamparan itu adalah untuknya. Karena Lucas telah menciumnya dan mungkin pria itu membayangkan adiknya adalah dirinya. Kemudian itu membuat hatinya terluka. Sakit.
"Are you ok?" (apa kau baik-baik saja?). Tanya Sandra yang sedang menyisir rambutnya dengan lembut.
Dia mengangguk pelan, lalu memeluk dirinya sendiri sambil memandangi ke arah luar jendela lagi. "Kau butuh obat atau teh hangat?" Tanya Sandra lagi.
Dia menggeleng. "I just need a rest, jet lag." (aku hanya butuh istirahat. Sakit kepala yang dirasakan setelah menaiki pesawat terbang.) Ucapnya senyum pada Sandra.
"Aku tidak pernah melihatmu begitu terpengaruh dengan seorang laki-laki." Sandra berhenti sebentar. "Tidak pernah, bahkan pada saat ayahmu meninggal atau kau di culik." Bisik Sandra menghentikan sisiran di rambutnya, lalu melanjutkan. "Kau selalu tampak tersenyum dan ceria. Walau aku tau itu hanya pura-pura."
"I'm happy, Sandra." Dia menatap pelayannya yang sudah dia anggap seperti saudara sendiri. "Bagaimana aku tidak happy saat aku berada di Italia."
"He's that man?" (dia adalah pria itu). Tanya Sandra padanya, sekarang wanita itu menaruh sisir di meja rias dan menata rambutnya dengan tangan.
"Who?" Tanyanya bingung berbalik untuk menatap Sandra.
"The man who met you at the club a year ago?" (laki-laki yang bertemu denganmu di klub satu tahun yang lalu?).
"You're a clever girl, Sandra." (kau gadis pintar, Sandra). Dia tersenyum mengangguk pada pelayannya itu.
"You're affected by him again." (kau terpengaruh dengannya lagi).
KAMU SEDANG MEMBACA
In The Eyes Of Yours
RomanceMATURE CONTENT. HARAP BIJAK DALAM MEMBAJACA [+21] ------ Daniella Sephiroth: Bagaimana bisa seorang penjahat di dalam cerita orang lain menjadi seorang pahlawan di dalam ceritanya? Lucas Salvestro: "Aku akan memenuhi semua petualangan yang kau tulis...