42. I Don't Have Anything Left Either

5.9K 535 59
                                    

*Minta taburan bintangnya ya*

"Shit! Shit!" Berulang kali dia mengatakan hal itu sambil menatap telepon genggamnya. "Kenapa telepon rumah tidak bisa dihubungi?! Kenapa semua orang seakan tidak memiliki hp?"

"Aku juga sudah mencoba menghubungi Ameer, Adrian, Hans, dan yang lainnya, tidak ada yang mengangkat." Ucap Maxi menatap tajam layar hp nya.

"Sandra bahkan tidak juga menjawab!" Teriaknya frustasi.

"Kemana semua orang yang ada dirumah?" Tanya Maxi heran.

Hugo terus fokus menyetir dengan kecepatan diatas rata-rata sehingga mereka dengan segera dapat sampai di depan rumahnya.

Ketika mobil ada didepan, tak ada satupun orang yang menyambutnya.

"Kemana orang-orang bodoh itu?!" Teriaknya dengan cepat turun dari mobil. "Hugo! Kumpulkan semua pegawai bodoh itu dan bilang pada mereka untuk siap-siap mencari pekerjaan baru!" Perintahnya pada Hugo.

Pesan dari istrinya membuat bulu kuduknya berdiri, darah seakan menjadi lava mengalir di setiap sisi tubuhnya. Dia begitu marah. Dia harap istrinya akan baik-baik saja. Siapapun yang melakukan hal ini pada istrinya akan mendapat ganjarannya. Dia akan pastikan itu.

"Oh God, Please." (Ya Tuhan, tolong). Tanpa sadar kata-kata itu lolos dari bibirnya.

Kakinya berlari untuk menaiki tangga dengan secepat kilat untuk menuju kamarnya. Tangannya mendorong pintu kamar yang sudah terbuka sedikit, sekitar dua atau tiga kaki,  dan apa yang dia temukan membuatnya begitu takut hingga tidak dapat bernafas.

Daniella.

Dia berlari ke sisi Daniella. "Daniella." Dia mengguncang lengan istrinya itu dengan lembut. "Daniella." Panggilnya lagi.

Tidak ada jawaban. Tidak ada pergerakan atau respon apapun. Istrinya tidak bergerak. Saat dia mengangkat badan atas Daniella, kepala istrinya itu terkulai ke belakang. Bibir istrinya yang merah muda berganti warna menjadi semburat kebiruan. Perasaan sakit menghantam perutnya.

"No." Dia mengguncang dengan kasar pada istrinya namun tidak berhasil. "No. No. No." Ini tidak mungkin terjadi. Tidak sekarang. Tuhan tidak boleh mengambil istrinya darinya. Dia baru saja mendapat kebahagiaan. Hidupnya baru saja terasa begitu sempurna.

Dia membuka kelopak mata istrinya dengan ujung telunjuk dan ibu jarinya, lalu mengarahkan pipinya ke bibir istrinya yang pucat.

Daniella bernapas. Dan ketika dia menekan tangan ke tenggorokan istrinya, dia menemukan jantung istrinya berdetak dengan cepat. Ini belum terlambat.

"I will kill who did this to you, Dan." (aku akan membunuh orang yang melakukan hal ini padamu, Dan).

Suara derap langkah cepat terdengar menaiki tangga. Maxi berlari untuk bergabung dengannya di lantai. "Aku akan membantumu untuk memindahkan Daniella ketempat tidur, Lucas." Ucap Maxi

"Don't touch her. No one else touches her." (jangan sentuh dia, tidak ada yang boleh menyenthnya). Dia akan menjadi satu-satunya orang yang akan memindahkan istrinya, memeluk istrinya, dan membawa istrinya ke tempat tidur mereka. Merapikan rambut tipis yang menutupi wajah cantik istrinya ke belakang telinga.

"Panggil dokter dengan segera dan cari tahu siapapun yang memberikan bunga sialan itu!" Dia nyaris berteriak, tidak dapat menahan suaranya.

Maxi mengangguk. "Aku akan menyuruh Hugo untuk mencari dokter dan aku akan menyelidiki hal ini sendiri."

In The Eyes Of YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang