Chapter 54

862 107 98
                                    

Petra perlahan-lahan membuka matanya. Setelah terbangun ia tak mendapati siapapun di ruangannya.

Dimana aku? batin Petra.

Cklek!

Suara pintu terbuka membuat Petra memandang ke arah pintu.

"Kau sudah sadar?" ujar Mikasa memasuki ruangan Petra dan membiarkan pintunya terbuka.

"Mi-ka-sa?"

Mikasa masuk dan meletakan sekeranjang buah di meja yang terletak di samping tempat tidur Petra.

"Berhentilah membuat orang khawatir," tegur Mikasa menatap mata Petra dengan tajam.

Seketika Petra terkejut dengan pernyataan serta tatapan mata Mikasa.

"Ma-maafkan aku," balas Petra sembari menundukkan kepalanya.

"Mikasa, jika kak Petra su—" ucapan Eren yang memasuki ruangan Petra terpotong karena terkejut mendapati Petra telah sadar.

"Ah kak Petra sudah sadar? Syukurlah? Bagaimana tubuh kakak?" tambah Eren mendekat ke kasur Petra.

"Oh Eren, a-aku baik-baik saja kok. Ma-maaf membuat kalian repot," jawab Petra.

"Tidak, tidak, tidak apa-apa. Ah benar kapten sedang mengurus biaya rumah sakitnya, sebentar lagi juga kembali," ucap Eren.

"Ah be-begitu y-yah," balas Petra sembari berusaha tersenyum.

Ap-apa aku melakukan sesuatu yang salah? Mikasa terus saja menatapku dengan tatapan menakutkan, batin Petra sembari berusaha tetap tenang.

"Eren, bukankah kau tadi ingin pulang?" tanya Mikasa mengalihkan pandangannya dari Petra pada Eren.

"Tidak deh, aku akan pulang dengan kak Petra saja," balas Eren tanpa melihat Mikasa membuat Mikasa lagi-lagi menatap Petra dengan tatapan tajamnya.

"E-Eren, le-lebih baik kau pulang du-duluan saja," ujar Petra.

"Memang kenapa kak? Apa kakak setelah ini ada urusan lain dengan kapten?"

"Ti-tidak sih, a-aku...," ucapan Petra tertahan.

Eren pulanglah, kau tak tahu betapa menyeramkannya dia menatapku dari tadi?! batin Petra lalu menelan ludahnya.

"Eren, kau belum pulang dari kemarin jad—"

"Mikasa! Aku bukan anak kecil jadi itu tak masalah! Bahkan kapten pun dari lusa belum pulang!" potong Eren sembari menatap Mikasa.

Mikasa menundukkan kepalanya sedih.

"Eren kau tak perlu seperti itu, Mikasa hanya khawatir padamu," tegur Petra terkejut dengan pernyataan Eren.

Pantas saja Mikasa terlihat seperti membenciku. Berapa lama aku pingsan memangnya? batin Petra lalu menatap Mikasa.

"Eren, lebih baik kau dengarkan ucapan Mikasa," sela Levi dari depan pintu ruangan Petra yang terbuka.

"Ka-kapten? Tapi Anda ...,"

"Tenang saja, dia akan pulang nanti siang jad—" ucapan Levi terpotong Eren.

"Kalau begitu aku akan menunggu sampai si—"

"Eren aku ingin pulang berdua dengan kapten, aku mohon," pinta Petra memotong pernyataan Eren sembari tersenyum.

Petra menyadari bahwa Mikasa sangat khawatir dengan Eren.

"B-baiklah kalau itu mau kakak," jawab Eren lalu keluar dari ruangan dengan wajah sedih.

"Maaf yah Mikasa, tolong temani Eren," pinta Petra.

First Feeling 【END】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang