Petra pun berlari dengan cepat ke luar kampus.
Dimana restoran yang di maksud Eren? batin Petra sembari berjalan menelusuri jalan depan kampusnya sembari melihat satu persatu bangunan yang ada.
Saat Petra sudah sampai di bangunan terakhir ia langsung berlari lalu berdiri di depan bangunan itu.
Apa restoran ini yang di maksud Eren? Rose family? batin Petra lalu melangkahkan kaki nya masuk ke dalam bangunan itu.
Ah benar aku harus mengabari kapten, aku tak ingin dia kha—, batin Petra terhenti saat melihat layar ponsel nya terdapat pesan masuk dari Levi.
"Aku akan telat menjemputmu," Petra membaca pesan singkat suaminya itu.
Kalau begitu aku tak perlu meng—, batin Petra terhenti saat hendak memasukkan ponsel nya ke dalam tas dan mendapati Armin sedang duduk dengan seseorang.
Petra pun tidak jadi memasukkan ponsel nya lalu berjalan ke arah Armin, saat Petra hendak memanggil nama Armin ia tak sengaja mendengar namanya di sebut ia pun berhenti dan menyadari bahwa orang yang ada di hadapan Armin adalah suaminya.
"Kapten!! Kak Petra berhak tahu siapa pembunuh ayahnya itu! Kenapa kapten tak mengerti?!" ucap Armin yang membuat Petra yang sudah tak jauh dari tempatnya duduk berhenti melangkahkan kakinya serta mengurungkan niatnya untuk memanggil Armin.
"Aku pembunuh nya, itu sudah dapat di mengerti."
"Tapi aku melihat semua nya kapten. Aku sudah berada di sana saat obrolan kalian selesai, kapten yang menyadari bahwa orang itu akan menembak ayah kak Petra, kapten langsung mengeluarkan pistol dan hendak menembakkan nya untuk orang itu, bukan? Tapi ayah kak Petra melarang mu dan berkata 'Dia juga punya keluarga.' itu adalah kata-kata terakhir nya ka—"
Tuk!
Ucapan Armin terhenti saat Petra tanpa sengaja menjatuhkan ponsel nya karena terkejut dengan ucapan Armin. Seketika Levi dan Armin pun mengalihkan pandangan serta terkejut mendapati Petra yang sudah berdiri tak jauh dari tempat duduk mereka.
Air mata Petra tiba-tiba jatuh dengan sendirinya, kaki nya pun sudah tak mampu menahan berat tubuhnya. Ia menjatuhkan tubuhnya di lantai dengan posisi terduduk menatap wajah suaminya yang terlihat sangat terkejut mendapati keberadaannya di sana.
"Ka-kak Petra? Ap-apa yang kakak lakukan di sini?" tanya Armin lalu dengan cepat bangkit dan menghampiri Petra.
Levi tak dapat mengatakan apapun setelah mendapati istrinya yang mendengar semua kebenaran yang selama ini ia sembunyikan. Levi kemudian menundukkan kepalanya setelah melihat istrinya terjatuh dengan air mata yang sudah membajiri wajahnya.
Seorang pelayan restoran tersebut pun menghampiri Petra karna khawatir.
"Ada apa nona? Apa nona baik-baik saja?" tanya pelayan tersebut.
"Dia tak apa-apa, maafkan kami. Saya akan membawanya ke meja kami," jawab Armin lalu membantu Petra berjalan ke meja nya dan mendudukannya tepat di hadapan Levi.
"Ma-maaf," kata yang terucap dari bibir Petra yang masih sedikit gemetar.
Levi mengangkat wajahnya menatap istri yang sudah ada di hadapannya.
"Kapten pasti tidak ingin aku mendengar hal ini, bukan? Tapi aku...," tambah Petra tertahan.
"Aku hanya berpikir ini bukan hal penting," balas Levi lalu mengalihkan pandangannya dari Petra.
"Mungkin menurut kapten seperti itu tapi untukku tidak, kapten. Setiap malam aku selalu meyakinkan diriku bahwa bukan kapten yang membunuh ayahku, aku pun berpikir bahwa aku ini naif karena aku tidak pernah bisa mempercayai bahwa kapten yang membunuh ayahku. Bukankah jika seperti itu aku seperti orang egois yang di butakan karena aku mencintai, kapten? Aku selalu berpikir untuk menanyakan hal itu langsung pada kapten tapi aku sangat takut mendengar kenyataan yang tidak ku harapkan jadi aku mengurungkan niat ku," jelas Petra lalu menatap mata Levi.
"Aku juga tak ingin membuat mu selalu merasa bersalah, jadi maafkan aku karna aku sedikit meragukan mu," tambah Petra lalu menundukkan kepalanya.
"Tapi memang pada dasarnya aku yang membunuh ayahmu, karna aku di hadapannya tapi aku bahkan tak bisa melindunginya. Jadi lebih baik kau tidak mengetahui ini," balas Levi lalu menatap Petra.
"Apapun yang aku katakan pasti kapten tidak akan menerimanya, jadi karna aku sudah mengetahui apa yang terjadi sebenarnya, aku merasa lega." Petra kemudian mengangkat wajahnya dan tersenyum menatap mata Levi.
Tringg!
Saat suasana sudah sedikit tenang, ponsel Armin berbunyi. Armin pun dengan segera mengambil ponsel dari sakunya.
"Siapa, Armin?" tanya Petra mengalihkan pandangannya pada Armin.
"Ah Eren, aku akan—"
"Apakah itu penting? Kalau tidak kenapa tidak kau angkat disini?" potong Petra.
"Eh apakah tidak apa-apa?" Armin lalu melirik ke arah Levi.
Rasanya canggung jika Armin meninggalkan kami berdua di sini, batin Petra lalu menghela nafasnya dan juga melirik Levi.
"Tidak masalah," jawab singkat Levi.
Setelah mendengar jawaban Levi, Armin pun mengangkat telepon dari Eren
"Halo Er—"
"Hey Armin! Bagaimana? Apa kau sudah bersenang-senang dengan kekasihmu?"
"Hah apa yang kau ka- eh tunggu kau mabuk yah, Ren?
"Hah mabuk? Siapa? Aku mana mungkin mabuk."
"Bodoh! Suaramu sangat berbeda, cepat beritahu aku, kau dimana?"
"Kau tak peduli padaku, kan? Sudahlah tenang saja aku baru minum dua gelas, dua gelas lagi juga tak apa-apa."
"Bodoh! Jangan minum terlalu banyak! Kau bisa pingsan di sana!"
"Tidak, tidak akan. Bye Armin, bersenang-senanglah jangan khawatirkan aku."
"Hey kau dimana, Er—"
Tut, tut, tut...
"Anak itu...!" ucap Armin kesal.
"Kenapa dia?" tanya Levi.
"Dia mabuk kapten, bagaimana ini? Padahal masih sore seperti ini, apa sih yang dia pikirkan?!"
"Ah kalau tidak salah tadi aku dengar dia menggerutu katanya dia sedang patah hati," tutur Petra.
"Eh patah hati? Bukannya kemarin kejutannya berhasil yah?"
"Yang penting kita harus mencarinya sebelum dia buat masalah," ucap Levi lalu bangkit.
"Lalu kak Petra bagaimana?"
"Kita akan mengantar Petra setelah it—"
"Tidak perlu kapten, aku akan ikut," sela Petra.
"Kau gila? Kau sedang hamil untuk apa ke bar?" Levi melirik istrinya itu.
"Aku akan menunggu di mobil, itu tak masalahkan? Lagi pula kelamaan jika kapten mengantarku dulu, jika Eren nanti buat masalah bagaimana?"
"Tapi kan kak, kita tak tahu pasti bar mana yang Eren masuki, jadi mungkin kita harus berhenti di beberapa bar," ucap Armin.
"Tenang saja, dia hanya tahu satu bar, dia pasti ke sana," ujar Levi lalu berjalan ke kasir untuk membayar minuman yang telah mereka pesan sebelumnya.
Setelah itu mereka pun berjalan ke mobil yang Levi letakkan di halaman kampus.
Aku bahkan tak menyadari mobil kapten di sini? batin Petra setelah masuk ke dalam mobil Levi lalu menghela nafasnya.
☆ THANKS FOR READING ☆
Sudah ga ada lagi kan yang belum terungkap wkwk ...
Makasih banyak yang masih terus dukung aku sampai bisa sebanyak ini chapter nya 🤗
#RianiAckerman2307
KAMU SEDANG MEMBACA
First Feeling 【END】
FanficTokoh Utama : 1. Levi Ackerman 2. Petra Rall Sinopsis : "Bagaimana mungkin aku melupakan perasaan sepenting ini?" gumam seorang gadis cantik dengan rambut pendek lurus yang tanpa ia sadari meneteskan air mata menatap seorang yang dulu sangat ingin d...