Chapter 51: The Golden Eagle

142 33 6
                                    

Di Aslan's How, para prajurit secara bergantian terjaga namun Edmund belum bisa menenangkan diri untuk beristirahat meskipun ia sudah mendengar dengkuran Damien cukup lama. Sesekali ia menengok ke arah Damien hanya untuk melihat Damien tertidur dengan posisi terduduk sejak dengkuran pertamanya. Edmund berdiri dari duduknya untuk membangunkan Damien dan kembali ke dalam Aslan's How. Sebelum ia sempat berkata apa pun, suara elang terdengar menggema dari langit. Damien terbangun dan beberapa prajurit pun keluar dari gua untuk melihat apa yang sedang terjadi. Suara elang itu begitu keras sampai mereka yakin bahwa sesuatu yang buruk sedang terjadi.

Sang elang terbang berputar-putar di atas Aslan's How sampai dari kejauhan, Edmund bisa melihat beberapa penunggang datang dengan kuda-kuda mereka. Edmund pikir mereka terlihat mencoba mengejar sang elang namun terhenti dan terus melaju ke arah perkemahan Voronin setelah melihat Edmund menatap tajam ke arah mereka.

Elang yang sempat berputar-putar di atas Aslan's How akhirnya mendarat di antara bebatuan dekat Edmund. Tuan Mathieu berlari kecil ke arah Edmund dari lantai dasar, "Semua prajurit terbangun dengan suara elang. Edmund tahu elang itu bisa berbicara karena selama ini, elang yang sama membantu para penjaga menara kastil untuk berjaga. Ia adalah elang Narnia.

"Katakan padaku kawan, apa yang terjadi?" Edmund bertanya kepada elang itu.

Elang itu menggerakan salah satu kakinya untuk menunjukkan gulungan kertas yang dibawanya. "Hal yang buruk terjadi di kastil Telmar, Yang Mulia. Aku di sini untuk menyampaikan pesan dari nona Luna melalui nona Valencia. Pasukan musuh berjaga setiap beberapa kilometer jalur kastil Telmar ke Aslan's How. Aku salah satu elang tercepat yang Narnia miliki, namun mereka bergantian mengejarku sampai ke sini disetiap pos-pos mereka."

Edmund mengambil dan membaca secarik kertas itu. Matanya terbelalak menyimpan cemas dan amarah. Elang itu menjelaskan apa yang ia saksikan sebelum ia pergi. Ia berkata, "Mereka mengkhianati kita. Tidak ada gencatan senjata. Nona Luna berusaha menahan mereka dengan damai, namun hal terakhir yang aku lihat, pihak Voronin menyerang kastil, mereka berhasil menghancurkan pagar besi pertama. Tapi, terpujilah Archenland. Aku melihat tuan Montreal membawa pasukannya dari selatan menuju ke kastil."

Edmund tergesa-gesa meminta mereka berdua untuk mengikutinya ke bawah kepada para prajurit, meninggalkan Damien yang masih belum bangun sepenuhnya.

Saat ia sampai ke bawah, ia menghela nafas dengan berat dan mengumumkan apa yang telah ia baca dan dengar. "Kawan-kawanku... kita mendapatkan kabar buruk dari kastil. Salahku meremehkan Voronin. Mereka mengirim pasukan untuk mengambil alih kastil. Perang sudah terjadi sebelum kita menyadarinya-"

"Bagaimana dengan adikku? Apa itu surat darinya?" Phil menerobos kerumunan prajurit untuk menghampiri Edmund melihat ada kertas ditangannya.

Edmund mengangguk. "Luna memimpin penjagaan. Para pemuda desa terpaksa ikut melawan. Keajaiban bagiku, tuan Montreal membawa Archenland kepada mereka. Archenland ada di pihak kita."

"Bagaimana dengan istri dan anak-anakku?" bisik tuan Mathieu pada dirinya sendiri namun cukup keras untuk terdengar yang lain.

"Para ibu dan anak diungsikan ke bawah tanah. Surat ini bilang mereka sempat membuat rencana. Mereka juga bilang kita mendapatkan peringatan dari nona Lucille Voronin."

"Maksudmu, saudariku berpindah pihak?" tanya Phil heran dan panas mendengar nama itu.

Sang elang membela, "Percayalah, tuanku. Itulah yang terjadi. Jika nona Voronin tidak datang kepada kami, mungkin kami sudah mati dalam tidur kami. Para wanita pemberani itu, tuanku. Nona Luna, nona Lucille, dan nona Valencia. Mereka bertahan di antara pasukan, menolak untuk diungsikan."

"Oh, anakku... apa yang kau lakukan? Celakalah aku jika aku membiarkannya terluka." Tuan Mathieu dan Phil terlihat cemas. Tentu saja Edmund paham betul apa yang mereka rasakan. Meski nama 'Lucille' masih membuatnya risih, namun jika benar apa yang elang itu katakan, maka ia tidak punya pilihan lain selain berharap bahwa ia benar-benar berubah.

Tentu saja amarah meluap di antara mereka yang bahkan baru terbangun dari tidurnya.

"Aku harus ke sana," ujar Phil sambil mengambil sabuk pedang di tempatnya berbaring sebelumnya.

Edmund menghentikan Phil dan menenangkannya. "Tidak. Kita tidak tahu situasi mereka seperti apa. Voronin harus tahu seorang Di Ilios ada di sini."

Phil menatapnya tajam dan bergumam, "Jika aku akan menjadi Raja Archenland seperti apa yang ibuku harapkan, aku harus berada di sana bersama pasukan Montreal. Mereka seharusnya menjadi tanggung jawabku. Aku tidak bisa diam di sini sementara orang Archenland menumpahkan darah untuk orang yang mencoba 'merebut' takhta mereka."

"Tuan Phil, di antara para pemimpin pasukan, Constance Voronin-lah perebut takhtanya, begitu juga Tisroc Nazaam dari Calormen. Kau masih memiliki hak untuk takhta itu." Bancroft mencoba meyakinkan Phil.

Lalu di antara keheningan orang-orang yang sedang meratapi nasibnya, suara langkah kaki terdengar menginjak bebatuan dari lantai dua, "Dan sepertinya tuan Montreal akan setuju, tuan Phylarchus." Damien berusaha mengatakan sesuatu, semua orang membalikan badannya untuk mendengarkan apa yang ia pikirkan. "Jika ia tidak mempercayaimu, ia tidak akan berkeliling Archenland untuk membelamu dan meyakinkan orang-orang itu untuk bertarung di sisimu."

"Apa maksudmu, Damien?" tanya Phil.

"Tuan Montreal mencoba mengumpulkan pengikut untukmu bahkan sebelum Raja Edmund memintanya. Ia sengaja merubah rencana pengambilan buku sejarah Archenland dan bertahan di sana supaya nona Luna tidak dianggap sebagai pencuri dan mungkin, ia berhasil. Itu kenapa ia berada di kastil Telmar sekarang. Sebagai orang yang tumbuh di Archenland, ia lebih tahu kelicikan orang-orang Calormen. Ia tahu penyerangan kastil sangat mungkin terjadi. Aku sarankan, kirimlah siapa pun yang kau percaya, tapi kau harus ada di sini. Tuan Montreal akan mengerti. Sisa musuh kita masih berdiri di seberang lapangan ini. Kita tidak boleh memalingkan wajah dari mereka," jelasnya.

Phil sadar bocah lima belas tahun itu jauh lebih cerdas daripada yang ia kira selama ini. Damien menyaksikan lebih banyak hal yang terjadi di antara rakyat Archenland dibanding dirinya.

Mungkin jika memang takdirku menjadi Raja Archenland, anak ini harus ada di antara dewan-dewanku, pikir Phil. "Kalau begitu, kita bertahan di sini."

"Sekarang... apa yang akan kita lakukan dengan Voronin?" tanya Bancroft.

Edmund hanya berkata, "Duel."

Untuk terakhir kalinya Phil meminta kepada Edmund, "Biarkan aku yang berduel dengan Voronin. Biarkan aku berdiri untuk Narnia dan Archenland. Ini adalah peperangku."

Lost In Time: Martyrs (BOOK 2 - 2024 Revision On Progress)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang