"Jadi, kali ini, waktu Narnia berjalan lebih lambat tapi juga lebih cepat? Aku masih tidak mengerti," tanya Halvor masih sambil menunggangi kudanya.
"Menurut Alistaire Mathieu, lima tahun sudah berlalu di sini setelah kami kembali ke 'bumi'. Sejak awal, kami memang dari waktu dan tempat yang berbeda. Aku dan Lucy kembali ke London tahun 1946, Luna dan Phil kembali ke Roma tahun 1949 tapi kali ini kami masuk ke Narnia dari waktu dan dari tempat yang sama," jelas Edmund.
Halvor mengangguk mengerti. "Dari pelabuhan New York tahun 1951."
Lucy yang masih bertanya-tanya di kepalanya akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. "Siapa orang yang membuat kerusuhan di pelabuhan? Aku masih belum mengerti."
Edmund menatap Phil yang berkuda tepat di bagian kiri belakang. "Bapak-bapak itu orang gila."
Phil mengangguk setuju. "Dia menyekap kami. Dia sinting."
Sudah berjam-jam dalam perjalanan, beberapa kali terhenti namun untungnya Kastil Telmar sudah terlihat di horizon. Mereka mempercepat gerakan supaya bisa sampai ke Kastil sebelum gelap. Saat mereka sampai ke pintu masuk ibu kota
Saat beberapa penjaga dan masyarakat melihat siapa segerombolan orang yang masuk ke area mereka, rakyat yang tinggal di kota mulai saling memberikan kabar bahwa Raja dan Ratu tertinggi mereka sudah kembali. Mereka mulai memenuhi jalan utama dan memanggil-manggil Raja dan Ratu mereka. Begitu ramai sampai para prajurit harus membuka jalan, membimbing mereka untuk menyingkir dan memastikan tidak ada yang terdorong atau terinjak. Luna merasa sedikit lebih lega mengetahui setidaknya sebagian besar orang-orang ini tidak akan mencoba menculiknya. Luna menatap Edmund yang kelihatan lebih tenang dari sebelumnya setelah sepanjang jalan, Edmund lebih sering melamun atau cemberut tapi bahkan Luna pun masih bertanya-tanya, kenapa mereka bisa ada di Narnia lagi? Apa dia harus terlibat perang lagi atau Aslan membuka jalan untuk mereka hanya untuk menyelamatkan mereka dari orang-orang yang mengejar mereka? Tapi apa pun itu, untuk sekarang, dia hanya ingin menikmati sambutan yang meriah. Meskipun dia pikir bahwa sambutan ini bukan untuknya, setidaknya untuk saat ini, semuanya aman dan terkendali.
Jembatan kayu yang menghubungkan kota dengan area Kastil Telmar sudah diturunkan, pintu besinya terbuka memberikan jalan masuk. Saat mereka sampai, mereka melihat Caspian sudah menunggu gelisah di depan pintu masuk bangunan dan melihat teman-teman lamanya sampai dengan selamat, dia tidak bisa menyembunyikan rasa leganya.
Caspian langsung berjalan cepat ke arah kuda terdepan milik Edmund dan Luna. Caspian membantu Luna turun dan memeluknya, lalu beralih ke arah Lucy dan melakukan hal serupa. Edmund juga menghampiri Edmund dan Phil dan menyambut mereka dengan rasa senang. Caspian menghampiri para prajurit, Glenstorm dan Halvor sambil menjabat tangan mereka dan berkali-kali mengucapkan terima kasih.
Lima tahun terakhir cukup berat untuknya. Dia dinobatkan menjadi Raja Narnia memicu perdebatan dengan daerah-daerah yang tidak setuju atas kepemimpinannya meskipun rakyat Narnia, sisa rakyat Telmar dan Aslan sendiri menobatkannya menjadi Raja.
Di awal-awal masa jabatannya, Caspian sudah harus memimpin pasukannya untuk mengalahkan para Raksasa dari utara yang berusaha menghancurkan Narnia. Mengorganisir susunan kedutaannya yang baru, meyakinkan rakyatnya bahwa Edmund dan Lucy akan kembali dan berhak menempatkan diri di kursi tertinggi pemerintahan. Untuk pria muda yang saat itu berumur sembilan belas tahun menjalankan pemerintahan sendirian adalah hal yang menakjubkan. Ia masih harus waspada dan mencari tahu siapa teman dan pengikut yang setia atau tanpa memiliki seorang wanita di sampingnya untuk meredam amarah dan egonya, juga memberi rasa cinta dan rasa tenang untuk menyembunyikan kepanikannya tidaklah mudah.
Sekarang, Caspian sudah sudah dewasa dan lebih bijaksana, tapi bahkan untuk pria berumur dua puluh tiga tahun, mendapat kesempatan untuk bertemu teman yang membantunya menyelamatkan rakyat dan nyawanya lagi adalah hal yang paling menyenangkan.
Caspian meminta beberapa pelayan menyiapkan kamar-kamar dan pakaian-pakaian bersih. Caspian membimbing mereka ke ruang makan untuk 'jamuan makan malam bangsawan' nya, tapi alih-alih melihat meja makan dengan makanan tersusun rapi dan lengkap di atasnya, mereka disambut oleh satu dari tiga nampan roti panggang sudah habis setengahnya, apel yang menggelinding jatuh ke lantai dan Eustace yang kelaparan. Dia melahap sepotong roti panggang di mulutnya dan menggenggam dua di tangannya dengan semangat. Itu membuat Lucy teringat saat Edmund makan roti panggang dengan lahap setelah dia berhasil dibebaskan dari pasukan Penyihir Putih, Jadis. "Narnia tidak akan kehabisan roti panggang, Eustace," sindir Lucy sambil tertawa seperti yang dia katakan pada Edmund dulu. Edmund menyadari itu dan memberikan Lucy tatapan 'sepertinya aku ingat sesuatu.'
"Narnia punya roti panggang terbaik sejagat raya." Eustace bergumam masih sambil mengunyah roti. Salah satu pelayan wanita di belakangnya hanya tersenyum. "Itu hanya roti panggang biasa, tuan."
Luna dan Phil mengalihkan pandangan mereka ke arah sebalok keju utuh dengan panjang sekitar setengah hasta. Phil tidak mengalihkan pandangannya. "Kau tahu, ayahku bilang kalau gigitan pertama adalah yang terbaik... apalagi dari potongan pertama sebuah keju," jelas Phil kepada siapa pun yang ada di sekitarnya.
Luna menjawab, "Ayahku juga bilang begitu. Sebuah ungkapan bijak dari negeri Cina katanya... 'The First Bite is the Banquet.' aku kira itu maksudnya bukan soal keju, tapi kata-kata bijak soal ujian dan pengalaman dalam hidup," jelasnya sambil mengangguk-ngangguk.
Caspian tertawa heran. "Kalian boleh langsung memakan apa pun yang kalian mau, silahkan duduk, tapi... Luna, Phil... kalian punya ayah yang sama."
Luna menepuk bahu Caspian. "Itu kenapa terkadang aku tertantang untuk jadi anak ayahku yang paling baik dan penurut. Kali ini aku akan menuruti kata-katanya," Lalu beralih ke arah salah satu pelayan. "Bisa tolong sajikan satu potong untukku?"
"Hei... aku yang melihatnya duluan... aku yang berhak mendapatkannya," keluh Phil sambil berpura-pura mencoba menunjukkan siapa yang lebih berhak mendapatkan 'keju terbaik'nya.
Luna mengejek, "Oh, benarkah?" Ia langsung berjalan menuju salah satu kursi. "Potongan itu milikku."
Edmund menggelengkan kepala. "Kawan-kawan, itu hanya sebuah keju."
Luna menbela diri. "Aku jarang makan keju."
Edmund bertanya, "Aku kira kau bekerja di sebuah kedai makan yang daftar makanannya penuh dengan keju? Phil bercerita soal kedai penuh menu keju saat kami ditahan." Edmund mengernyitkan dahinya. "Bukan pilihan topik yang tepat saat kau sedang disekap."
Luna tersenyum semanis mungkin. "Ed, sayangku. Aku menjual makanan dengan keju dan mengantarkannya untuk dimakan orang, tapi aku tidak memakannya. Jadi... jangan hentikan aku." Lalu mulai menikmati potongan keju di atas pisin di hadapannya. Semua orang menghampiri meja makan dan mulai mencari apa yang dia ingin makan.
Phil menarik nafas panjang sebelum terduduk sambil berkata, "Aku membencimu, Luna."
Luna hanya melambaikan tangan dari sisi ujung meja lain sambil tersenyum. "Aku menyayangimu juga, Phil. Selamat makan." Lalu melanjutkan makan malamnya.
Caspian sudah tidak peduli dengan tata krama meja makan dan siapa yang harus duduk dan makan pertama, begitu juga yang lain. Caspian merasa banyak sekali yang berubah dari teman-teman lamanya itu, meski begitu, ia merasa sangat senang bisa bertemu mereka lagi. Mereka tidak peduli lagi, mereka hanya ingin menikmati ketenangan yang mungkin tak akan bertahan begitu lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost In Time: Martyrs (BOOK 2 - 2024 Revision On Progress)
Fiksi PenggemarCOMPLETED (with old format). Buku ke-2 dari seri Lost In Time. Sejak perjalanan terakhir di Narnia, mereka tahu waktu akan menjadi musuh terbesar dalam hidup mereka. Perjalanan baru dimulai, mengungkapkan apa yang hilang dari sejarah dunia Narnia da...