Dengan Caspian pergi memimpin ekspedisi, Edmund selalu tinggal di kastil untuk mengurus Narnia dari pusatnya, berulang kali bertukar pesan dengan Erwin Montreal, berusaha meyakinkannya bahwa Phil sedang bergerak untuk menjatuhkan klaim Voronin terhadap takhta Archenland, berharap Montreal akan mencari pendukung di sana pula, sedangkan Phil, ditemani oleh pergi ke berbagai desa di Narnia dan tempat-tempat dipenuhi imigran Archenland untuk mencari pendukung. Sukarelawan perang. Mereka membawa buku sejarah itu sebagai bukti kelayakan Phil untuk menduduki takhta.
Luna berdiri di dekat singgasana, memperhatikan setiap orang yang menghadap kepada Edmund untuk meminta bantuan. Kebanyakan dewan akan menolaknya untuk ikut campur masalah politik atau perang, namun Edmund berusaha membuatku terlibat sebanyak mungkin.
Narnia sekarang jauh lebih banyak dihuni manusia dibandingkan yang lainnya. Tidak seperti apa yang Edmund ceritakan padanya mengenai masa keemasan Narnia yang dahulu dan manusia-manusia ini adalah orang Telmar. Para Telmarine ini masih suka berpikir kalau wanita lebih baik duduk diam di sudut ruangan dan bersikap lemah lembut. Menjauhkan tangan wanita dari senjata yang tidak perlu jika tidak benar-benar terdesak meski para Ratu Narnia cukup jauh dari bayangan itu. Luna selalu berpikir, kalau saja mereka paham rasanya jadi wanita tak bersenjata yang tak tahu apa-apa, tersesat di tengah hutan, diculik dan disekap, diikat, dan diceburkan ke sungai, sepertinya mereka akan berubah pikiran.
Setelah beberapa orang menghadap dan tidak ada lagi eluhan lain yang diajukan. Akhirnya para penjaga menutup pintu kastil bahkan sebelum matahari berada di titik tertingginya.
"Ketenangan ini justru membuatku khawatir." Edmund bangkit dari singgasananya dan berjalan ke arah Luna. "Mungkin aku harus menyusul Phil."
"Phil sudah punya Bancroft dan tuan Mathieu di sisinya. Banyak rakyat Narnia yang mempercayai Bancroft. Aku yakin mereka akan baik-baik saja," jawab Luna mencoba menenangkannya.
Semuanya terasa baik-baik saja sebelum salah satu penjaga berlari ke arah mereka, "Yang Mulia, nona Luna. Aku menemukan sesuatu."
Ia mengajak Luna dan Edmund naik ke salah satu menara penjaga dan menyodorkan mereka dua teropong monocular. Asap hitam mengepul di balik bukit di ujung horizon, "Apa mungkin itu Calormen?" tanya penjaga itu.
Edmund merendahkan teropongnya dan menjawab, "Calormen... Dan Voronin."
"Menurutmu apa sumber asap itu? Mesin uap atau penempaan senjata dalam jumlah besar?" tanya Luna
"Aku tidak yakin mereka bisa membuat mesin uap di sini, tapi penempaan senjata jumlah besar pun sama buruknya," jawab Edmund mengingat-ngingat kembali isi buku sejarah Archenland itu.
Jauh di ujung horizon, seorang wanita terduduk menyendiri di atas kursi di bawah sebuah tenda. Tidak ada yang bisa aku lakukan di sekitar sini? Apa yang salah dengan mereka? Akulah yang memimpin misi penyerangan Di Ilios bersaudara itu dan hanya karena aku gagal sekali, mereka menyimpanku di garis tenda kecil ini? Sialan. Pikirnya.
"Nona Voronin... Tisroc kami menginginkan anda mengunjungi tendanya," pinta salah satu penjaga berbaju zirah dan bersorban merah menyampaikan perintah Tisroc Nazaam. Tentu saja Lucille tidak bisa menolak permintaan calon suaminya itu.
Ia masuk ke tenda abu besar setelah berjalan melewati beberapa tenda-tenda kecil. Tisroc Nazaam melihat ke arah jalan masuk dan meminta penjaga untuk pergi. Lucille seharusnya merasa takut berada di satu tempat sendirian dengan seseorang yang ayahnya paksa ia nikahi, tapi ia tidak merasakan apa pun selain rasa kehilangan arah sejak ia berada di perkemahan itu.
"Kau ingin menemuiku, Yang Mulia?" tanya Lucille.
Nazaam memintanya duduk di salah satu kursinya sembari ia terus bergerak hilir mudik dari satu meja kayu penuh buku ke meja lainnya. "Hentikkan formalitas itu. Tidak ada orang lain di sekitar sini."
Meski dengan perintah itu, Lucille tidak bisa menyangkal bahwa ia masih belum merasa nyaman berada di dekat Nazaam. Ia terduduk tegang walau bersandar. Setelah keheningan menyelimuti mereka selama beberapa menit, Nazaam bertanya, "Kau tahu di mana ayahmu?" tanyanya.
"Terakhir aku melihatnya mengurusi penempaan senjata," jawab Lucille dingin.
"Hmm... lalu, bagaimana dengan rencana penyerangan terbaru? Apa kau yakin rencana itu akan berhasil?" Nazaam memandangi Lucille dengan tajam.
"Aku juga tidak yakin, tapi aku berhenti meragukan ayahku masalah itu sejak ia meledakkan kastil Di Ilios di Italia tiga bulan yang lalu. Ia akan melakukan apa pun demi tujuannya, ia mungkin sudah berusaha meledakkan kastil Telmar jika ia punya bom di sini," jawab Lucille.
"Apa Archontas Di Ilios mati?" Nazaam terkekeh sambil terduduk di kursi lain.
Aku mengangkat bahu. "Mungkin... entahlah. Mereka tidak sempat menemukan tubuhnya di balik fondasi batu kastil kecil itu sebelum warga desa datang... tapi ayahku yakin tidak ada yang sanggup menyelamatkan diri dari ledakan dan runtuhan seperti itu."
"Dan kau... apa yang sudah kau capai selama ini, Lucille?" Nazaam menyandarkan tubuhnya ke kursi dan melemahkan penjagaannya.
"Sejujurnya. Kekuatan terbesar wanita sepertiku ada di balik kemampuan kami memanipulasi pria.. tapi aku harus akui. Aku belum cukup kuat memanipulasi pria yang ayahku incar."
Nazaam menyodorkanku keranjang apel. "Edmund Pevensie. Bocah bodoh yang mencampakanmu untuk gadis yang baru ia kenali."
"Ah... dia tidak pernah jadi milikku. Aku hanya berpikir kalau suatu hari, dia akan berada di genggaman tanganku. Seumur hidupku aku habiskan untuk percaya kalau membuatnya jadi milikku akan sangat membantu ayahku menemukan jalan kembali ke sini dan mengambil takhta Archenland. Aku seharusnya jadi seorang putri. Bocah-bocah Di Ilios itu bahkan tidak tahu siapa mereka sebenarnya. Aku? Aku tahu semuanya," keluh Lucille.
Nazaam menunjukkan senyum liciknya. "Itu kenapa aku berani mengambil risiko untuk mendukung klaim kalian untuk takhta Archenland. Jangan sia-siakan semua usahaku."
Lucille tidak tersenyum meski telah membagikan sisi tergelapnya kepada seseorang. Ia hanya menjawab, "Tentu saja... Nazaam..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost In Time: Martyrs (BOOK 2 - 2024 Revision On Progress)
FanfictionCOMPLETED (with old format). Buku ke-2 dari seri Lost In Time. Sejak perjalanan terakhir di Narnia, mereka tahu waktu akan menjadi musuh terbesar dalam hidup mereka. Perjalanan baru dimulai, mengungkapkan apa yang hilang dari sejarah dunia Narnia da...