Chapter 32: Most Important

235 45 10
                                    

-Luna-

Sinar matahari menyinari sela-sela jendela kayu. Aku terduduk di sudut gubuk kecil. Mencoba membangunkan diriku sendiri. Gubuk ini terlihat kuat walaupun tua. Aroma rumput dan jerami mengelilingi gubuk kecil ini. Baru saja semalam kami sampai di sini. Tuan Hamid sepertinya sangat mudah membiasakan diri dengan tempat ini tapi aku masih kesulitan mencerna situasi setiap pagi datang.

Aku melangkah perlahan, membuka pintu dan keluar dari gubuk. Aku melihat tuan Mathieu sedang berbincang dengan pemilik peternakan ini. Mereka terlihat akrab. Dia melihat ke arahku dan berdiri. Aku menghampirinya dan dia menunduk. "Selamat pagi, Lady Luna. Perkenalkan, ini adik iparku, Gilbert," sapa tuan Mathieu.

"Mohon maaf untuk kekurangan tempat ini." Pria sedikit lebih muda dibandingkan tuan Mathieu. Aku bisa melihat kemiripan antaranya dengan nyonya Mathieu.

"Justru aku yang harusnya meminta maaf telah menganggu ketenanganmu. Terima kasih telah menerima kami di sini. Ini sangat lebih dari cukup." Aku tidak melihat satu pun Griffin di sekitar kami. Mungkin tuan Hamid telah mengirim mereka kembali.

"Kalau boleh saya tahu. Apa rencana anda selanjutnya, nona? Saya harus memastikan apakah daerah ini aman dari para Calormen," tanya tuan Gilbert.

"Calormen?"

Dia mengangguk. "Saya yakin anda pernah mendengar atau bertemu salah satu dari mereka."

"Aku pernah melihat ambassador mereka waktu pesta dan mendengar beberapa cerita tentang mereka dari Raja Edmund. Tapi aku baru tahu kalau mereka juga terlibat."

Dia menunduk dan berusaha untuk tersenyum. "Saya yakin dunia ini masih terasa asing untuk anda, nona Luna. Masih banyak yang harus anda ketahui. Terakhir saya pergi ke pusat pedesaan, masih belum ada tanda-tanda invansi. Kemungkinan besar desa ini akan menjadi desa terakhir yang terkena dampak Calormen dan sekutunya, Voronin... tapi, nona. Berita tentangmu dan kakakmu sudah menyebar beberapa tahun lalu saat kalian meninggalkan Narnia."

Tuan Hamid menghampiri. "Itu berarti kau punya kesempatan untuk menunjukkan siapa dirimu sebenarnya."

Aku terdiam sejenak dan berpikir bahwa aku tahu apa yang harus aku lakukan. Semua orang menyangka aku tidak tahu apa pun, tapi... "Siapa diriku sebenarnya? Apa istimewanya aku ini?" tanyaku kepada mereka.

Tuan Hamid menarik nafas dan berusaha menghelanya selembut mungkin tapi aku bisa merasakan kalau sebenarnya dia kaget. "Ratu masa depan Narnia."

"Aku bukan siapa-siapa. Akan lebih baik kalau tidak banyak orang yang tahu siapa aku."

"Maafkan aku, nona... tapi... suatu hari, seluruh dunia harus tahu siapa kau. Jujur, misi ini adalah misi pencurian. Dari namanya saja, kita tahu orang akan berpikir seperti apa. Maka dari itu, suatu hari mereka harus tahu alasan di baliknya," jawab tuan Mathieu.

Aku tidak akan pernah terbiasa dengan perhatian seperti ini... Aku yakin itu...

Mereka membungkuk dan melanjutkan apa pun yang sedang mereka kerjakan. Aku melihat ke arah jalan utama dan mulai mengikuti jalur telapak kaki kuda. Aku bisa lihat sebuah pedesaan tak jauh dari sini. Aku menaikan tudung jubahku dan berlari kecil. Sesampainya di sana, aku disambut dengan suasana pasar yang ramai.

Tidak begitu berbeda dengan pasar yang ada di Narnia tapi semua yang ada di sini adalah manusia biasa. Tidak ada centaurus, faun, atau kaum lainnya. Aku penasaran, apa tempat ini memang belum terjamah bangsa Calormen. Apa orang-orang ini tahu apa yang terjadi di perbatasan mereka?

Aku berjalan ke arah seorang pedagang buah, dan aku disambut dengan senyum hangat seorang wanita paruh baya yang menawarkanku dagangan buahnya. Aku memutuskan untuk membeli salah satu apelnya, membayarnya dengan koin Archenland yang Phil berikan padaku dari hasil kerjanya lalu duduk di samping wanita itu sambil mulai memakan apel yang baru saja aku beli darinya. "Apa tempat ini selalu seperti ini?"

Lost In Time: Martyrs (BOOK 2 - 2024 Revision On Progress)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang