Keesokan harinya para rakyat pun menyiapkan pesta mereka sendiri di alun-alun kota untuk di adakan tepat di waktu yang sama dengan pesta topeng kerajaan. Selama seminggu Luna mempelajari banyak hal dari Lucy. Ia juga belajar bagaimana cara menarikan tarian kerajaan yang ada Narnia. Semua persiapan sudah selesai, hari sudah mulai gelap, tamu mulai berdatangan. Karena Caspian harus membuka acara, dia terpaksa harus naik ke panggung untuk berbicara dan orang pasti akan tahu identitasnya tapi Edmund sudah memutuskan untuk tidak membuka identitas sampai pertengahan acara, Lucy pun mengikuti. Luna dan beberapa dayang lain sudah membantu Lucy bersiap tapi karena Luna belum memakai gaun pestanya, dia masuk ke ruang pesta sedikit terlambat.
Saat Luna sedang bersiap dibantu tiga pelayan perempuan, seseorang mengetuk pintu. Salah satu pelayan membukanya dan melihat Raja Edmund ada di depannya, dia langsung menunduk. "Yang Mulia."
"Selamat sore nona. Apa nona Luna ada di dalam?" tanya Edmund.
Pelayan itu melihat ke arah Luna yang sedang ada di meja rias masih menunggu para pelayan membawakan gaunnya. Luna mengangguk dan si pelayan mempersilahkan Edmund masuk.
"Ada apa, Ed?" tanya Luna. Para pelayan melanjutkan pekerjaan mereka.
"Apa kau gugup?" Edmund berjalan ke arah Luna dan berdiri di belakangnya sambil terus melihat Luna melalu cermin rias di depan mereka.
Luna bertanya, "Sedikit... kau?"
Edmund mencium kepala Luna. "Sangat gugup... rasanya seperti... aku bisa muntah kapan pun."
"Jangan melakukan itu di kepalaku, Ed." Luna tertawa menyondongkan badannya ke depan seperti berusaha untuk menghindar membuat Edmund tertawa.
"Tentu saja tidak..."
"Lalu untuk apa kau ke sini?" tanya Luna sambil memegang tangan Edmund yang sedang memegang pundaknya.
"Hemmm... jadi... kemarin aku berkeliling di pemukiman dengan Phil dan kami menghampiri toko-toko karena bosan. Dan saat aku sedang melihat-lihat etalase, aku menemukan sesuatu yang mungkin kau suka." Edmund mengambil kursi dan duduk disebelah Luna lalu mengeluarkan sebuah kantung kain kecil berwarna merah marun dari kantung celananya lalu memberikannya kepada Luna. Luna mengeluarkan isinya. Sebuah jepit rambut berbentuk bulan dengan kristal kecil terkait dengannya. "Hadiah kecil untuk kekasihku," bisik Edmund.
Membuat pipi Luna memerah tapi dia terlihat sangat senang. "Aku kira orang di Narnia tidak menjual barang seperti ini."
"Tadinya... tapi banyak hal berubah. Sepertinya mereka sudah tahu cara membuat perhiasan yang jauh lebih sederhana dari yang berukuran sebesar emas batangan dengan rantai. Dan pesta topeng juga sesuatu yang baru mereka... 'temukan'," ungkap Edmund sambil terkekeh. "Apa kau suka?"
Luna mengangguk dan meraba jepit rambutnya. "Tentu saja. Terima kasih. Ini sangat cantik."
"Tidak secantik dirimu." jawabanya cukup keras untuk didengar seisi ruangan, Edmund membuat seisi ruangan hening dan membuat siapa pun yang lewat di depan kamar tiba-tiba berhenti berjalan dan mengintip penasaran.
AHAHAHAHAHA
Luna dan Edmund tiba-tiba tertawa. Entah karena reaksi para pelayan atau karena mereka geli dengan reaksi mereka sendiri karena tidak terbiasa memiliki pasangan yang romantis. "Aku tidak percaya kalau orang sepertimu bisa punya kekasih. Aku punya alasan lain untuk membencimu, Edmund Pevensie," keluh salah satu orang yang mengintip dari lowong pintu yang terbuka lebar yang ternyata adalah Eustace. Eustace langsung pergi sambil bergumam tidak jelas.
Edmund menepuk jidat. "Yaaaahhh... sebenarnya dia tidak perlu punya banyak alasan untuk membenciku. Dia dilahirkan untuk membenciku."
Luna melingkarkan tangannya di leher Edmund. "Dia hanya anak-anak, Ed. Jangan dipedulikan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost In Time: Martyrs (BOOK 2 - 2024 Revision On Progress)
FanfictionCOMPLETED (with old format). Buku ke-2 dari seri Lost In Time. Sejak perjalanan terakhir di Narnia, mereka tahu waktu akan menjadi musuh terbesar dalam hidup mereka. Perjalanan baru dimulai, mengungkapkan apa yang hilang dari sejarah dunia Narnia da...