New York, Amerika Serikat - 1951
Hari Ketiga Pencarian
TOK TOK TOK.
Ketukan pintu membuat Luna terbangun kaget dari tidurnya. Luna mengusap-ngusap dahi dan matanya untuk membangunkan diri. Luna dia tertidur untuk kedua kalinya sejak kemarin, dia sangat lelah mencari cara untuk menyelamatkan kakak dan Edmund. Luna tidak ambil pusing dan langsung berjalan membuka pintu.
"Permisi, apa kau nona Luna Di Ilios?" Seorang tukang pos berdiri di hadapannya sambil memegang sebuah kotak.
"Iya, dengan saya sendiri," jawabnya.
"Anda mendapatkan kiriman dari Italia, Tolong tanda tangan di kertas ini sebagai tanda terima."
Seperti yang Luna duga, kiriman itu berasal dari ayahnya. Luna langsung menanda tangani selembaran tanda terima dan membawa masuk paket itu. Dia langsung membukanya dan yang pertama dilihatnya adalah sebuah surat. Sambil menyelidik isi kotak, Luna mencoba untuk menenangkan diri dan membaca surat tersebut.
Roma, Italia.
Luna, putriku. Bagaimana kabarmu? Ayah di sini baik-baik saja. Kastil ini jauh lebih sepi sejak kau pergi. Harus ayah aku, kadang ayah lupa kalau kau sudah besar dan bisa hidup sendiri tapi ayah ingin mengirimkan beberapa barang yang tidak sempat kau bawa dan mungkin ingin kau simpan. Beberapa buku dan beberapa piringan hitam dari musik-musik kesukaanmu, topi petualangan favoritmu dan beberapa foto lama yang mungkin ingin kau simpan untukmu sendiri. Potret yang kita ambil saat kau masih sangat kecil di rumah professor Diggory. Sepertinya kau sudah lupa, jadi ayah kirim kepadamu.
Banyak hal yang terpikir oleh ayah sejak kalian pergi. Banyak hal yang ingin ayah ceritakan pada kalian tapi ayah belum siap. Mungkin suatu saat nanti. Anakku, ayah harap kau dan Phil baik-baik saja di Amerika. Tulis kembali pada ayah dan ceritakan pengalamanmu di Amerika.
Hal terakhir... Seminggu setelah kalian berangkat, Phil mengirimkan ayah surat, dia menceritakan semua keluh kesahnya tentang bagaimana kau tidak bisa berhenti memikirkan Raja Edmund. Raja itu akan selalu mengalihkan perhatianmu, ayah mengerti. Ayah tidak bisa menyalahkan siapapun. Phil sangat khawatir, tapi dengarkanlah perkataan ayah. Selama kau belum ingin menyerah, jangan dengarkan perkataan siapa pun. Ikutilah kata hatimu dan jika kau memang sudah lelah, kau akan mampu melepaskan semuanya tanpa paksaan. Ayah berjanji kepada ibumu supaya kau bisa mempunyai kisah cinta atas kehendakmu sendiri. Ayah dan ibu mengerti bagaimana sulitnya bertahan di jalan yang ingin kita perjuangkan saat semua orang mencoba menggoyahkanmu, dan ayah yakin ibumu akan mengatakan hal yang sama. Kami menyayangi kalian berdua apa pun keputusan yang kalian buat.
Archontas Di Ilios.
"Andai ayah tahu apa yang terjadi dengan Phil sekarang, apa yang akan ayah lakukan?"
Tanpa sadar, Luna menitihkan air mata. Menyesal dan bertanya-tanya betapa bodohnya dia dimasa-masa seperti ini. Berpikir bahwa menjadi 'kekasih' seorang Raja adalah hal yang mudah, tapi saat kakak dan rajanya terbelenggu di suatu tempat, dia tidak bisa melakukan apa-apa. Namun sesuatu membuatnya ingin memohon kepada Aslan sekali lagi untuk memberinya jalan keluar dan dia seakan-akan tergerak untuk meraih kertas berisi kordinat tempat di mana pria misterius itu menahan mereka berdua.
"Aslan, maafkan aku telah menghina duniamu, tapi aku masih membutuhkanmu. Narnia masih membutuhkanmu. Namun kali ini, aku tidak akan menunggumu. Mungkin itu yang kau inginkan, kan? Sebuah bukti bahwa aku berhak kembali ke duniamu. Biar aku buktikan."
Luna mengganti gaunnya dengan kemeja dan celana, mengambil tas selempang kusam lamanya dan memasukkan sebuah peta, senter, tali, sebuah buku catatan, pensil, kertas kordinat, dan surat dari ayahnya. Berharap bahwa ayahnya sedang berada di sampingnya. Namun sempat ia terhenti saat melihat sebuah bingkai berisi surat mencuat dari tas yang biasa dibawanya bekerja. Surat dari Edmund. "Kau kira aku akan melupakanmu? Kau kan tujuanku." Dan dia mengambil surat berbingkai itu.
Ia membuka laci meja riasnya dan mengambil sesuatu. "Ayah selalu berharap bahwa aku tidak akan pernah menggunakanmu. Apa daya, aku tidak bisa pakai senjata lain, dan aku tidak bisa bawa pedang di depan umum." Luna berdialog dengan pistol yang dia sembunyikan di laci itu, lalu memasukkannya ke dalam tasnya.
Dengan sentuhan terakhir, ia memakai topi 'petualangan'nya. Dia berhenti di depan pintu dan menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya. "Aku sedih, aku marah dan aku takut, tapi jika orang itu berpikir bahwa dia bermain-main dengan seorang anak manja, dia salah. Jika seseorang bermain-main denganku, mereka bermain-main dengan takdir. Dan aku bisa mendengar takdir mengatakan bahwa aku akan menyelamatkan mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost In Time: Martyrs (BOOK 2 - 2024 Revision On Progress)
FanfictionCOMPLETED (with old format). Buku ke-2 dari seri Lost In Time. Sejak perjalanan terakhir di Narnia, mereka tahu waktu akan menjadi musuh terbesar dalam hidup mereka. Perjalanan baru dimulai, mengungkapkan apa yang hilang dari sejarah dunia Narnia da...