Sebelum matahari bersinar sekali pun, Edmund sudah terbangun dari tidurnya yang tidak begitu memuaskan. Ia gugup bukan main. Ia tidak bisa berhenti memukul-mukul meja seperti drum, atau membiarkan kakinya diam di tempat seakan-akan hidup matinya sedang dipertaruhkan. Setelah membuat dirinya sendiri bosan melakukan hal yang sama di dalam kamarnya, ia memanggil dua pelayan pria yang bertugas untuk membantunya bersiap, menunggu hingga waktunya ia membawa Luna berjalan di taman sebelum waktunya sarapan.
Luna terbangun oleh suara ketukan pintu. Ia sempat mengabaikannya namun siapa pun di sisi lain pintu juga tidak menyerah membangunkannya, jadi ia meminta mereka masuk. Seperti yang ia ekspektasikan. "Maaf, nona, tapi seseorang sudah menunggu," ucap Valencia yang datang bersama dua dayang lain untuk membantu Luna bersiap.
Luna meningat janjinya dengan Edmund kemarin untuk berjalan di taman pagi ini. Ia senang dengan ajakan itu. Namun Luna sudah belajar satu dua hal dari teguran yang diberikan para bangsawan wanita Telmar. Luna sering kali mengekspresikan perasaannya dengan bebas, mengingat ia tidak tumbuh dikekang oleh terlalu banyak aturan bersama ayahnya. Namun ia belajar untuk lebih anggun hanya untuk memuaskan ego para bangsawan yang kaku dan membosankan. Tentu ia tidak selalu melakukannya.
Setelah tinggal beberapa bulan di Narnia, semua orang mulai mengenalinya dan berkata bahwa ia mungkin akan menjadi Ratu yang paling tidak bisa ditebak. Satu hari Luna bersikap seperti seorang wanita bangsawan Telmar yang terduduk kaku seperti patung memenuhi ungkapan "Wanita bangsawan hanya ada untuk dilihat dan bukan didengar." Di hari lain ia bisa saja bermain hujan dengan anak-anak desa dan tertawa seperti tidak ada hari esok. Itulah yang membedakan Luna dengan kebanyakan bangsawan. Ia tidak takut gaunnya kotor karena lumpur, atau robek karena paku-paku tak rapi tertanam dalam gerobak-gerobak pedagang di pasar. Ia akan berjalan di antara penggosip jika perlu hanya untuk pergi mengunjungi panti asuhan dan bermain bersama anak-anak seperti yang ia janjikan kepada mereka.
Rakyat biasa menyukainya meski bangsawan meragukannya. Namun seperti pagi ini, sesekali ia menyisihkan tenaganya untuk berekspresi di lain waktu. Jadi ia bangkit dari kasurnya perlahan, berusaha untuk tidak tersandung gaun tidur putihnya. Berusaha bersikap seanggun mungkin mengetahui bahwa dua dayang yang kali ini Valencia bawa adalah yang sering membicarakannya di belakang, dan Valencia pun terpaksa bersikap lebih kaku dan hati-hati. "Di mana Edmund sekarang?" tanya Luna.
Valencia meletakan gaun biru pucat yang akan dipakai Luna di kasurnya. "Aku tidak tahu, nona. Ia tampak bersemangat. Ia sudah melewati lorong utama lebih dari tiga kali."
Luna tertawa kecil. "Hanya karena akan berjalan ditaman?"
"Atau mungkin karena akan menghabiskan waktu denganmu," jawab Valencia.
Mereka menghabiskan waktu cukup lama untuk membantu Luna bersiap. Namun setelah selesai, Luna langsung keluar dan berlari kecil, tidak peduli apa ada dayang yang mengikutinya dari belakang atau tidak. Ia mencari Edmund dan menemukannya dipintu utama, bersandar ke tembok sambil sesekali mengernyitkan dahinya saat melihat sesuatu yang aneh di antara penghuni kastil yang sedang bergosip di kejauhan.
"Hentikan itu, Ed. Kau mungkin akan menyinggung salah satu dari mereka kalau mereka lihat," ucap Luna.
Edmund tertawa dan mencium tangan Luna. "Aku tahu. Tapi kadang aku tidak bisa menahan dorongan untuk menyindir."
Tanpa melepaskan tangan Luna dari genggamannya, ia mengisyaratkan para pelayan untuk pergi dan membiarkan mereka berjalan di taman sendiri. Tentu saja mereka tidak benar-benar sendiri, beberapa penjaga dan pelayan masih berjaga di sudut terluar taman jikalau keduanya membutuhkan sesuatu, namun mereka berada disudut yang tersembunyi dari pandangan.
Taman itu terbuka dan bunganya pun berbagai macam warna. Sejak perang Telmar lima tahun yang lalu, Caspian memutuskan untuk menanam lebih banyak tumbuhan di sekitar kastil sebagai langkah awal untuk mengembalikan kehijauan Narnia yang lampau, dan Luna harus mengakui bahwa taman ini menambah kenyamanannya selama berada di sini. Itu kenapa Edmund mengajaknya ke taman sesekali. Namun kali ini, Edmund merencanakan lebih dari sekedar berjalan dan mengobrol. Matahari belum terbit tinggi, udara masih segar dan sedikit berkabut. Taman ini memang berada disudut kastil paling tenang. Tidak bersebelahan dengan tembok berjendela terbuka. Mereka mendapatkan privasi yang mereka harapkan di tempat ini. Atau itu yang Edmund kira.
Mereka saling melingkarkan tangan dan berjalan jauh lebih lambat dari biasanya. Mereka tenang tak terganggu. Mereka saling bertanya apa yang mereka lakukan dan temukan beberapa minggu terakhir, sesekali becanda tentang bagaimana menjengkelkannya kebanyakan dari bangsawan yang ada di sini. "Kau pasti merasa bosan di sini. Aku dan Phil sibuk karena dewan Telmar dan dewan Archenland terus meminta hal yang merepotkan. Aku sering melihat kau berjalan berkeliling kastil sendirian. Kadang aku tidak melihatmu sama sekali," ungkap Edmund.
"Sedikit. Kadang aku menemukan sesuatu yang bisa mengalihkan perhatianku. Valencia selalu di sisiku. Mungkin Lucille juga akan mengikutiku jika para dewan tidak menekannya untuk terus bekerja memperbaiki kesalahan ayahnya. Tapi aku baik-baik saja," jawab Luna.
Edmund tentu tahu kalau itu tidak sepenuhnya benar. Apalagi setelah apa yang Luna katakan semalam. "Katakan padaku, Luna. Apa ada hal di sini yang membuatmu ingin tinggal?"
Luna berhenti berjalan karena pertanyaan itu, ia terdiam untuk berpikir lalu mengangguk. "Beberapa hal di sini mengingatkanku pada rumahku di Roma. Tapi memang jauh dari pemandangan perkotaan New York. Aku rindu Brooklyn. Teman-temanku di kafe... Audrey dan Max. Tapi kau ada di sini, mungkin itu alasan yang cukup baik untuk berada di sini juga."
"Hmm... harus kuakui, aku juga rindu dunia itu. Tapi setidaknya aku menemukan teman baru di sini. Sebagian besar memoriku tentang dunia itu lima tahun terakhir adalah... aksi petak umpet antara aku dan Lucille. Kau tidak tahu seberapa sering aku bersembunyi darinya. Aku tidak yakin aku merindukan bagian itu." Edmund terkekeh gugup. Luna menyadari bahwa ia masih tidak begitu nyaman berada di dekat Lucille setelah apa yang terjadi di antara mereka.
Luna mengelus lengan Edmund dan berkata, "Kau benar. Aku tidak akan bertemu Valencia jika aku tidak ada di sini... mungkin aku terlalu egois. Kadang aku lupa kalau kau pun berusaha untuk menyesuaikan diri."
"Tidak terlalu sulit bagiku hanya untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan kerajaan. Aku pernah tinggal di sini cukup lama. Yang aku khawatirkan adalah kau. Aku sempat bertanya pada Valencia tentang apa yang sering membuatmu tidak nyaman di sini. Kekhawatiranmu itu masuk akal. Kau tahu..." Edmund menyingkirkan helaian rambut Luna yang terjatuh dari ikatannya. Ia tidak bisa berhenti menggerakan kakinya.
"Ed... aku tahu apa yang kau lakukan kalau kau gugup, tapi... kenapa? Ada apa?" tanya Luna.
Edmund menghela nafas dan menarik Luna untuk duduk di kursi yang berada tepat di tengah taman. Mereka duduk bersandar dengan Luna mengenggam tangan Edmund sekencang Edmund mengenggam tangannya. Luna tak pernah melihatnya segugup ini. Ia tak berhenti mengelus kepalan tangan mereka. Berdiam tanpa memaksa Edmund untuk menjelaskan, namun Edmund sudah punya rencana lain.
"Aku takut..." ucap Edmund berbisik.
Matanya berkaca-kaca, namun tak meneteskan setetes air mata pun. "Takut? Kau gugup karena takut? Apa yang membuatmu begitu takut, Ed?"
"Aku takut kau akan meninggalkanku lagi. Atau sebaliknya. Aku tidak punya siapa pun di sini kecuali kau. Dan aku juga memikirkan bagaimana jika benar yang kau katakan, kalau suatu hari aku akan pergi kembali ke dunia tempatku terlahir-"
"Aku tidak tahu kau akan jadi setakut itu, Ed. Maafkan aku. Aku tidak seharusnya bicar-"
"Tidak apa. Justru aku membutuhkan itu untuk meyakinkanku jikalau itu terjadi, aku ingin menghabiskan lebih banyak waktuku bersamamu. Itu pun jika kau mau," jawabnya.
Luna berlutut di depan Edmund yang duduk membungkuk. "Tentu saja aku mau. Aku membawa suratmu ke mana pun aku pergi selama ini. Aku tidak akan melakukannya jika aku tidak ingin menghabiskan waktu denganmu."
Edmund mengangkat Luna dan membuatnya terduduk kembali disebelahnya. "Kau tahu, aku juga benci dengan penggosip, apalagi jika mereka membicarakan hal-hal buruk tentang kita. Mungkin aku bisa membungkam mereka sejenak. Tapi yang satu ini adalah permintaan yang egois, Luna."
Luna menemukan ketenangan dimata cokelat Edmund. Luna tertawa dan tersenyum berpikir mereka akan melakukan hal yang akan mengagetkan banyak orang. "Dan apa itu?"
"Aku tahu seisi kastil, bahkan mungkin seisi Narnia, Archenland, dan bahkan mungkin Calormen sudah membicarakan ini cukup lama. Aku hanya ingin memastikan dan bertanya... secara resmi... jika kau mencintaiku karena aku. Bukan karena aku seorang Raja Narnia, dan bukan karena kau seorang Putri Archenland, bukan untuk Narnia, bukan untuk Archenland, hanya untukku sendiri terlepas dari apa yang akan datang setelah itu. Jika ada sedikit rasa nyaman dan aman saat kau berada di sisiku terlepas dari bangsawan yang berusaha mengatur hidup kita. Aku ingin bertanya... apa kau bersedia menjadi istriku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost In Time: Martyrs (BOOK 2 - 2024 Revision On Progress)
FanfictionCOMPLETED (with old format). Buku ke-2 dari seri Lost In Time. Sejak perjalanan terakhir di Narnia, mereka tahu waktu akan menjadi musuh terbesar dalam hidup mereka. Perjalanan baru dimulai, mengungkapkan apa yang hilang dari sejarah dunia Narnia da...