Chapter 5: The Offer

564 108 9
                                    

-Luna-

New York, Amerika Serikat - 1951

Aku menjabat tangannya. Menyambutnya ke dalam daftar kenalanku dengan tangan terbuka. "Ah, salam kenal. Sekarang aku harus melanjutkan pekerjaanku, silahkan nikmati hidangannya. Ku harap kita bisa bertemu lagi."

"Terima kasih. Aku akan selalu ada di sekitar sini," jawab Lucille Belgrave.

Saat aku kembali ke dapur, Audrey menghampiriku dan bertanya, "Luna, pria yang duduk di sana meminta untuk bicara denganmu. Kau punya kenalan lain di sini?"

Aku menggeleng. "Aku hanya kenal kalian sejauh ini," pikirku. "Dan wanita yang barusan aku layani." Walau dengan hati yang berdebar khawatir, aku beranjak untuk menghampiri pria itu.

Max menghentikanku. "Hati-hati, tenang saja, kami di sini, kalau ada apa-apa, kami akan menolongmu."

Aku mengangguk dan berjalan ke meja pria itu. "Permisi tuan, kau ingin bicara denganku?"

Pria itu kelihatannya agak tua, dia membuka topinya tapi aku benar-benar tidak mengenalinya. "Ya, nona. Tolong duduklah bersamaku. Aku ingin menanyakan sesuatu."

Aku tidak bisa menolak dan duduk di kursi di hadapannya. Otakku mulai berpikir yang aneh-aneh. Mungkin dia polisi? Detektif? Apa ia akan mendeportasiku?

Tak lama, ia mulai memelankan suaranya dan berkata, "Aku ingin memberimu tawaran. Jika kau ingin kekasih dan kakakmu selamat, kau harus-"

"Kekasihku?" Aku terkekeh gugup. "Tuan, kau mungkin salah orang, aku tidak punya siapa-siapa di sini." Aku mulai curiga ini mungkin seseorang yang punya masalah dengan Phil dalam pekerjaannya dan mencoba menggertaknya dengan menemuiku.

"Tidak punya siapa-siapa, ya? Aku tahu kau berasal dari keluarga Di Ilios. Kau Luna, dan kakakmu Phylarchus Di ilios juga ada di Amerika." Dia terkekeh dengan nada yang rendah dan membuatku merinding. "Lalu... Kekasihmu? Edmund Pevensie. Kau bahkan tidak tahu kalau dia jauh lebih dekat dari yang kau pikirkan?"

Tubuhku terasa dingin dan nafasku seakan terhenti. Namun aku tahu aku tidak bisa terlihat panik di hadapan banyak orang seperti ini. Aku tidak ingin menciptakan keributan dan kepanikan massa. Aku mengumpulkan keberanian. Mengambil nafas untuk menenangkan diri, lalu bertanya, "Siapa kau?"

"Itu tidak penting. Yang terpenting sekarang adalah jika kau ingin mereka hidup, kau harus beritahuku jalan ke Narnia," desisnya.

Kata itu membuatku terpaku. Banyak pertanyaan yang muncul di kepalaku. Aku tidak yakin berapa banyak orang di dunia tahu soal Narnia. Aku mencoba menutupi. "Tuan, aku tidak tahu banyak jalan di Amerika, aku bahkan tidak tahu apa itu Narnia."

"Jangan berbohong, nona. Kau sangat tahu Narnia. Kami tahu kau pernah ke sana. Kami mencoba menginterogasi mereka berdua, tapi tampaknya mereka agak sulit untuk bekerja sama. Mereka tidak membawa kelemahan mereka kemana-mana. Kelemahan mereka ada di sini." Ia berbicara seakan tidak ada masalah apa pun. Begitu tenang... terlalu tenang sampai membuatku merinding. "Begini saja, aku tidak akan memberitahumu di mana mereka sampai kau menunjukkan bagaimana caranya ke Narnia," ancamnya.

Cukup main-mainnya, aku tidak bisa menutupi kebenarannya jika aku mau tahu di mana mereka. "Tuan, apa yang sebenarnya kau lakukan pada mereka?" tanyaku sedingin mungkin.

"Oh tenang saja, aku hanya menyekap mereka. Mungkin membiarkan mereka sedikit kelaparan." Dia mengeluarkan sebuah potret Phil dan Edmund terduduk di sebuah penjara dengan mulut terbungkam dan tangan terikat. Mereka di penuhi luka sayatan dan memar.

Aki menghela nafas dalam. "Kau tidak memiliki banyak alasan untuk menyekap mereka. Aku bahkan tidak tahu cara kembali ke Narnia."

"Begini saja, jika kau sudah menemukannya, pergilah ke alamat ini dan semuanya bebas," tawarnya sambil menyerahkan kertas kecil berisi kordinat tempat. "Aku tidak suka yang rumit-rumit. Jadi... aku masih bisa menunggu. Aku harap mereka juga masih bisa bersabar," singgungnya.

"Apa kau becanda? Aku berkata jujur. Aku tidak tahu jalan ke Narnia. Tidak ada yang tahu. Aku juga tidak bisa membaca kordinat peta..."

"Oh benarkah? Kau berbohong lagi nona. Aku kenal ayahmu. Dia tidak akan membiarkan anak-anaknya bodoh masalah peta."

"Kau kenal ayahku juga?" jawabku datar, namun rasa panas menjalar ke kepalaku karena menahan amarah.

"Tenang saja, aku akan membiarkannya di Italia, dia tidak penting lagi, bukan? Itu kenapa kau meninggalkannya sendirian di kastil usang itu? Kau lebih khawatir kalau kau tidak akan menemukan kekasihmu. Aku tunggu kau lebih dari yang kau pikir." Ia bangkit dari duduknya sembari memakai kembali topi fedoranya. "Kalau kau tidak datang dalam tiga hari, aku akan mengirimkan kepala kakak dan kekasihmu ke pintu apartemenmu." Ia mengangguk, lalu dia meninggalkanku dengan kertas kordinat itu.

Tubuhku gemetar, aku tidak sanggup berdiri tegak. Audrey dan Max menghampiriku. Aku hanya bisa bilang kalau aku kurang enak badan. Mereka sempat heran. Aku tahu kalau mereka tak yakin aku hanya "kurang sehat" tapi aku diizinkan untuk pulang sedikit lebih cepat. Mereka memberiku izin untuk istirahat beberapa hari. Aku tahu mereka tidak bisa mengambil risiko aku 'menularkan' penyakitku di tempat kecil itu.

Keesokan harinya aku keluar apartemen setelah Audrey berangkat kerja. Aku mengambil risiko tertangkap basah kalau kalau orang kedai tahu aku pergi ke apartemen Phil. Aku bertanya pada resepsionis, "Permisi, aku ingin bertanya apa Phylarchus Di Ilios sedang ada di sini?"

Resepsionis apartemen Phil menjawab, "Oh, tuan Phil? Dia tidak kembali kemarin."

"Apa dia menitip pesan untuk siapa pun?" tanyaku.

"Tidak. Kami tidak menerima pesan apa pun. Apa ada masalah?" jawab resepsionis itu tanpa terdengar seperti benar-benar khawatir.

"Ah... Tidak. Aku kembali lain kali." Dengan itu aku berjalan cepat menerobos kerumunan dengan jaket menutup setengah wajah dan pergi tanpa seorang pun tahu siapa aku. Bagaimana kalau Phil benar-benar disekap di tempat itu? Apa yang harus aku lakukan. Aku tidak tahu.

Sejujurnya aku ingin membenci Narnia jika aku sanggup melakukannya.Dunia itu sudah menghancurkan hidupku.

Lost In Time: Martyrs (BOOK 2 - 2024 Revision On Progress)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang