Chapter 23: Preparing

365 59 4
                                    

Jamuan sudah selesai, meja sudah mulai dibersihkan tapi tidak ada satu pun dari mereka berdiri dari tempatnya kecuali Luna yang berjalan dan duduk di antara Edmund dan Phil di sisi lain meja. Luna langsung berbisik, "Aku ingin menunjukkan sesuatu." Dia merogoh tasnya yang dari awal perjalanan tidak dia lepaskan lalu mengeluarkan sebuah anting yang diam-diam ia ambil dari orang yang menyerangnya, tapi sebelum dia bisa melanjutkan perkataannya, Caspian berdiri dari duduknya meminta sebagian besar pelayan dan penjaga pergi dari ruangan kecuali Glenstorm, Damien dan Bancroft. Lucy meminta seorang pelayan untuk membawa Eustace kembali ke kamarnya karena tahu kalau Eustace masih terlalu muda untuk mengerti.

"Teman-teman. Sebelum kalian beristirahat, aku ingin mengumumkan sesuatu. Para bangsawan gelisah karena takut kehilangan sekutu. Ya... kepemimpinanku belum berjalan terlalu mulus, dan beberapa dari mereka masih tidak menerima sepenuhnya kepemimpinanku. Itu kenapa akan sangat berpengaruh kalau mereka tahu bahwa Raja dan Ratu Narnia lain sudah ada di sini. Keadaan di kerajaan Archenland sedang tidak stabil, aku yakin duta besar Archenland pun akan datang untuk meminta bantuan. Aku mengerti kalian lelah tapi ada baiknya kalau dalam seminggu, kita mengadakan pesta penyambutan. Semua duta besar akan hadir, bangsawan-bangsawan yang bekerja dengan kita akan hadir. Jadi aku harap kalian bersedia menyiapkan diri untuk itu," pinta Caspian.

"Tentu saja, Caspian. Aku akan membantu menyiapkan semuanya sebisaku," jawab Lucy.

"Dan mungkin kau bisa membantuku mempelajari situasi politik saat ini. Aku tidak pernah suka kalau ada bangsawan yang mempertanyakan pengetahuanku," kata Edmund sambil terkekeh.

Caspian menjawab dengan senyuman, "Tentu saja, Ed... tapi pertama-tama, pesta itu akan menjadi pesta topeng. Kalian bisa berbaur dan bertanya-tanya pada bangsawan, mengetahui situasi sebenarnya tanpa mereka mengetahui identitas kalian. Itu akan sangat berguna untuk mengetahui situasi politik yang sebenarnya. Terkadang mereka suka berpura-pura kalau tahu orang yang mereka ajak bicara adalah Raja... dan tuan Hamid, terima kasih atas bantuannya beberapa hari terakhir ini. Sepertinya kau cukup mengenali kehidupan bangsawan."

Tuan Hamid hanya tersenyum sembari menjawab, "Sama-sama, Yang Mulia... dan... tidak, aku tidak tahu banyak. Aku hanya suka membaca buku tentang kehidupan kerajaan. Aku hanya supir taksi."

Caspian tersenyum kembali. "Aku harap kau bisa ikut bergabung bersama kami."

"Tentu saja Yang Mulia," jawab Halvor.

"Panggil aku Caspian," pinta Caspian halus. "Dan Phil, aku ingin mengingatkan, kami memberikanmu gelar ksatria. Gelar itu tidak tinggi kalau dibandingkan bangsawan lain tapi aku ingin menempatkanmu sebagai pengawal utama untuk Edmund juga menempatkan Luna sebagai dayang utama Lucy. Itu akan cukup kuat untuk membuat para bangsawan dari luar kerajaan bungkam kalau mereka ingin mengusir kalian. Aku tahu seharusnya ini lebih mudah, kalian tamuku. Oh, Aslan. Aku tidak begitu menyukai mereka."

Edmund bertanya, "Tidak menyukai siapa tepatnya?"

Caspian terduduk. "Bangsawan Calormen. Mereka ingin kita menjadi sekutu mereka. Memang, sudah beberapa abad kita tidak punya daftar perang dengan mereka... tapi mereka juga tidak banyak membantu."

Edmund mengeluh sambil terkekeh, "Aku juga punya pengalaman tidak menyenangkan dengan salah satu leluhur mereka. Pangeran Rabadash. Mengancam akan membuat duta Narnia jadi tahanan mereka kalau kami menolaknya untuk menikahi Susan dan berusaha menyerang kastil Anvard milik Archenland. Saat itu Raja Lune berkuasa di Archenland dan aku yakin dia tidak suka bangsa Calormen."

Mereka mendengar Damien berbisik kepada dirinya sendiri, "Aku yakin Archenland juga masih tidak suka dengan bangsa itu."

Edmund mendengarnya dan bertanya, "Kenapa kau bisa yakin?"

Damien maju ke depan dari tempatnya berdiri. Ia hanya seorang pekerja kastil, ia tidak bisa makan di meja penuh bangsawan, namun ia terus mendengarkan. "Dengan penuh hormat, Yang Mulia. Aku lahir dan besar di Archenland. Dulu ayahku bekerja di perpustakaan kastil Anvard. Ia pernah bercerita tentang seorang Ratu yang hilang dari buku-buku sejarah Archenland. Queen Regnant pertama Archenland."

Lucy bertanya, "Queen Regnant? Ratu yang memerintah atas hak dan namanya sendiri?"

Damien mengangguk. "Rakyat dan dewan Archenland menunjuknya jadi Ratu. Tapi tentu saja banyak yang tidak suka melihat seorang wanita menjadi pemimpin. Salah satunya bangsa Calormen. Mereka jadi alasan kenapa sang Ratu tidak lagi ditulis atau bahkan diingat oleh penduduk Archenland. Kecuali orang-orang yang membaca buku itu, tentu saja... tapi bahkan aku hanya pernah melihat luarnya dan tidak pernah membacanya langsung. Ditulis sekitar dua ribu tahun yang lalu, tapi keadaannya masih baik terakhir kuingat... tapi sejak itu, monarki lama Archenland menutupi kejadian itu dan tidak ingin banyak terlibat dengan masalah yang disebabkan oleh bangsa Calormen sampai kebanyakan monarki tak tahu sama sekali mengenai kejadian itu. Hanya sedikit cerita yang terceritakan dari mulut ke mulut."

Edmund terkekeh sinis seakan-akan bangsa Calormen ada di sana. "Jadi bangsa Calormen memang sudah bobrok dari dulu. Bahkan sebelum masa keemasan Narnia. Mungkin mereka sudah banyak berubah tapi lebih baik mempertimbangkannya dulu. Mereka pasti akan meminta lebih dari sekedar perjanjian kerja sama."

Setelah sedikit bercerita, mereka pergi ke kamar mereka masing-masing.

***

TOK TOK TOK

Hari ini tepat sehari sebelum pesta diadakan. Suara pintu terketuk terdengar dari dalam kamar Luna. Pintu itu terbuka dan salah seorang pelayan wanita dengan beberapa orang pelayan lain di belakangnya menunduk. "Nona Luna, kami diminta untuk membantumu bersiap sebelum anda harus membantu Ratu Lucy bersiap." Luna tersenyum dan mempersilahkan mereka masuk.

Setelah siap, mereka menuju kamar Lucy dan membantunya memakai pakaian dan merapikan rambutnya. Luna tahu apa yang harus dia lakukan. Selama di Amerika, dia juga suka membaca buku tentang kerajaan seperti Halvor Hamid. Luna ingin tahu seperti apa kehidupan kerajaan itu dan bagaimana tata krama anggota kerajaan bekerja.

Semua orang sibuk menyiapakan bahan untuk hidangan esok, musisi sudah mulai dipanggil dan berlatih. Ruang pesta dan koridor istana menjadi lautan manusia yang hilir mudik menyelesaikan tugas mereka. Edmund, Caspian dan Lucy menghabiskan beberapa jam di ruang kerja dan perpustakaan kastil. Phil dan Luna lebih banyak membantu dekorasi tapi karena semuanya bisa selesai sebelum sore hari, mereka bisa beristirahat dan menyerahkan tugas menyiapkan hidangan kepada pelayan di dapur besok pagi. Pestanya akan diadakan besok malam.

Edmund berniat untuk menghabiskan sisa sore hari untuk mengajak Luna berjalan di desa atau lebih tepatnya kota. Ibu kota Narnia yang baru. Tapi tidak seperti kota-kota di dunianya, kota-kota di Narnia tidak memiliki gedung pencakar langit melainkan pasar-pasar, kantor dan rumah-rumah warga biasa seperti pedesaan. Tapi karena melihat Luna sedang bersama lucy dan dayang-dayangnya mencari pakaian untuk pesta esok hari, dia mengurungkan niatnya dan pergi bersama Phil dan ditemani Damien dan Bancroft sebagai penjaganya dan tentu saja banyak orang berusaha untuk setidaknya mendapatkan kesempatan untuk melihatnya tapi Edmund merasa lebih aman dan tenang karena Phil ada disebelahnya setiap saat. Mereka menikmati sore hari mereka seperti biasa.

Sepanjang jalan, orang-orang melihat ke arah mereka. Kadang ada bisikan penduduk yang membuat mereka tertawa. Bagaimana tidak? Kedua pria itu memang terlihat saling berlawanan tapi para gadis muda sampai bahkan para pria tidak akan menyangkal kalau mereka berdua terlihat 'berbeda dari yang lain' dan tampan.

Mereka tertarik dengan Phil yang berambut merah pekat karena rata-rata orang di sana memiliki rambut cokelat, pirang atau merah pudar. Matanya berwarna hijau, sangat hijau. Terlihat ramah namun juga gagah dan Edmund... rambut dan matanya berwarna cokelat tua, paling gelap di antara keempat Pevensie bersaudara. Dagu dan hidung yang lancip persis seperti cerita tentang Raja dan Ratu Pevensie yang pernah mereka dengar dibuku-buku 'dongeng' mereka. Menatap matanya saja, orang akan mudah merasa terintimidasi tapi di antara para pria dikeluarganya, dia yang paling pemaaf dan pengertian walau tidak selalu menunjukkannya.

Mereka berusaha menunjukkan bahwa mereka senang walau kadang merasa agak risih. Mungkin ini lebih baik daripada dikelilingi orang yang mencoba menculik mereka.

Lost In Time: Martyrs (BOOK 2 - 2024 Revision On Progress)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang