Chapter 20: Trust No Calm Water

337 60 6
                                    

Matahari sudah tak sabar bersinar menyinari hari baru. Edmund membantu keluarga Mathieu menyiapkan kayu bakar di pagi buta untuk mereka pakai memasak. Di saat yang sama, seekor serigala berjalan keluar dari balik hutan lebat. Serigala itu gagah. Lebih gagah dibandingkan serigala-serigala yang biasa ia temukan.

Saat mata mereka bertemu, serigala itu menghentikan langkahnya. Edmund yang sedang memegang kapak di tangannya sempat menggenggam lebih erat gagang kapak tersebut. Terbayang-bayang bagaimana di perjalanan sebelumnya, ia bertarung mati-matian melawan manusia serigala pengikut sekte sesat Penyihir Putih. Serigala yang satu ini sedikit berbeda. Ia tidak berdiri di atas kedua kakinya. Taring dan cakarnya tidak ia tunjukkan. Bahkan ia tidak menggeram selayaknya serigala yang waspada. Tidak seperti serigala yang hampir membunuhnya, serigala ini tak berjubah dan tak memendam amarah di matanya.

Saat serigala itu membungkuk. Edmund menyadarinya. Pegangannya pada kapak itu mulai merenggang. Edmund menurunkan kapaknya dan serigala itu bernafas lega. "Yang mulia! Syukurlah kau baik-baik saja."

Edmund mendekat dengan hati-hati. "Siapa yang mengirimmu?"

"Rajaku, Caspian, yang mengirimku."

Edmund bisa saja menolak percaya, namun Centaurus yang muncul dari balik pepohonan di belakang serigala itu membuatnya percaya. Tak ada Centaurus yang pernah bertarung untuk pihak musuh. Setidaknya sebagian besar dari mereka yang pernah ia kenal tak pernah berusaha menyakitinya dengan sengaja.

*****

Keesokan harinya, ada empat prajurit sampai untuk menjemput mereka berdua dan mengantar mereka ke kastil Telmar. Tangan Edmund menggengam erat tangan tuan Mathieu. "Aku sangat berterima kasih atas bantuan kalian. Jika kalian butuh sesuatu, langsung saja datang ke kastil Telmar. Kunjungi kami sesekali." Edmund menjabat tangan tuan Alistaire Mathieu.

"Dengan senang hati, Yang Mulia," jawab tuan Mathieu.

Luna memeluk Valencia, ibu dan adik-adik kecil-nya. "Aku merasa sangat beruntung telah bertemu kalian," ungkap Luna. Ia beralih memandangi Edmund yang tengah berbincang dengan tuan Mathieu. "Aku yakin sebenarnya ia kalang kabut dengan kondisiku sebelumnya."

Valencia berbisik ke arah Luna, "Aku tunggu undangan pernikahannya."

Wajah Luna terlihat memerah meski dengan kulit zaitun yang tidak begitu cerah ataupun gelap.

Edmund meliriknya dan bertanya, "Apa kau baik-baik saja?"

Dengan canggung ia terkekeh dan menjawab sebisanya, "Yaaaaaa... aku baik-baik sajaaaaa." Sambil berjalan cepat keluar dari rumah Mathieu.

Edmund tahu itu pasti ulah salah satu dari mereka. Namun ia yakin hanya satu di antara keluarga kecil itu yang berani becanda dengan Luna. "Nona Valencia, apa yang kau katakan padanya?"

Valencia hanya menjawab sambil tersenyum jahil. "Emm... masalah... wanita." Edmund yakin ia telah mengatakan sesuatu, tapi ia memilih untuk membiarkannya, mengangguk-ngangguk dan berjalan keluar.

"Yang Mulia, kita bisa pergi sekarang," ucap salah satu prajurit. Edmund mengangguk lalu membantu Luna naik ke atas salah satu kuda lalu Edmund naik ke kudanya sendiri. Dan dengan satu anggukan darinya, kelompok kecil itu memulai perjalanan mereka ke kastil Telmar, meninggalkan keluarga Mathieu.

Mereka tidak terburu-buru. Mencoba menjaga stamina kuda-kuda mereka agar dapat menempuh jarak yang lebih jauh tanpa berhenti. Melihat Luna terjaga oleh dua prajurit berkuda di depan mereka dan satu di belakang mereka bersama seorang centaurus, akhirnya ia dapat bernafas jauh lebih lega.

"Aku tidak percaya bisa diberi tugas untuk menjemput Raja tertinggi Narnia," ucap salah satu prajurit yang berkuda di belakang mereka. Terdengar dari suaranya yang agak memekik, ia rasa prajurit itu jauh lebih muda di bandingkan prajurit yang lain. Luna sempat melirik Edmund saat ia mendengar prajurit itu berbicara, namun Edmund tetap menjaga pandangannya ke depan. Edmund tidak menoleh, namun ia tak bisa menahan diri untuk tersenyum. "Senang bertemu denganmu juga," ungkapnya.

Prajurit itu berdeham dan menjawab dengan kelabakan. "Ehem... sebuah kehormatan bisa bertemu denganmu, Raja Edmund."

Edmund mengintip dari pundaknya sembari bertanya, "Siapa namamu?"

"Da- Damien, Yang Mulia," jawabnya gugup.

"Halo, Damien. Namaku Edmund," ia memperkenalkan diri meski semua orang di antara mereka mengetahui siapa dia. Ia mengangkat tangannya ke arah Luna. "-dan ini nona Luna."

Luna menengok ke arahnya dan tersenyum. "Senang bertemu denganmu, Damien," jawab Luna. "Sepertinya rakyat-rakyatmu sangat senang salah satu Raja mereka masih bisa kembali ke sini. Tunggu sampai mereka tahu kalau Lucy dan Phil juga sudah kembali."

"Sebenarnya, seisi kastil Telmar sudah tahu akan ada yang datang, nona," ucap Damien.

Centaurus prajurit yang ada di belakang Edmund menjelaskan, "Seseorang menemukan barang-barang yang kami duga berasal dari dunia lain di pinggir pantai di dekat reruntuhan Cair Paravel. Ia melapor pada Raja Caspian, namun kami tidak berhasil menemukan pemiliknya. Kami sendiri tidak yakin apa itu milik Ratu Lucy ataupun tuan Phylarchus, tapi kami yakin mereka baik-baik saja."

Luna dan Edmund bernafas lega walau masih merasa cemas. "Siapa yang akan mencari mereka?" tanya Luna khawatir.

Centaurus itu menjawab, "Jenderal Glenstorm dan tuan Hamid sedang mencari mereka."

"Tuan Hamid? Halvor Hamid?" Luna tidak menyangka tuan Hamid bisa melewati portal apa pun yang membawa mereka ke sana.

"Betul, nona," jawab sang centaurus pria berambut pirang itu.

Edmund menghela nafas. "Ternyata situasi di dunia ini lebih rumit dibanding yang aku kira. Kerajaan tetangga yang tidak memiliki Raja, keluarga-keluarga kehilangan harta mereka atas nama penguasa, tuan Hamid ikut terlibat dan masuk ke dunia ini."

Damien berbicara lagi. "Yang Mulia... seseorang yang mengaku sebagai saudaramu, tuan Eustace Scrubb juga ada di sini."

Membuat Edmund menarik nafasnya lebih dalam lagi lalu dia meraih tangan kanan Luna yang berkuda disebelah kirinya dengan erat dan menciumnya. Berbisik, "Tapi semua akan baik-baik saja karena sekarang kau ada di sini bersamaku."

Luna yakin Edmund tertekan karena harus mengikuti semua perubahan yang ada di kerajaannya setelah lima tahun berjalan di tahun Narnia. Luna menyadari bahwa selama menetap di rumah keluarga Mathieu, setiap malam Edmund akan keluar dari rumah itu dan berjalan-jalan di hutan sekitar rumah Mathieu. Awalnya Luna membiarkannya tapi di malam sebelumnya, ia diam-diam mengikuti Edmund dan bersembunyi di balik pohon melihatnya terduduk di bawah pohon sambil termenung berpikir sambil menitihkan air mata sesekali.

"Tentu saja, Ed," jawab Luna dengan tenang, melanjutkan perjalanan yang sunyi.

Namun ketenangan itu tidak bertahan terlalu lama sampai mereka mulai mendengar suara-suara asing entah dari mana asalnya.

"Tunggu..." ucapnya.

Luna berhenti dan menengok ke arah asal suara, merogoh dan mengambil apa pun yang bisa ia gunakkan dari dalam tas selempangnya. Ia mengambil sebuah senter yang ia bawa sejak awal. Ia tidak membutuhkannya untuk menyorot apa pun karena terang matahari masih ada di atas mereka, menyorot melalui pepohonan, namun ia lemparkan ke arah semak-semak di sisi kirinya.

"TANGKAP GADIS ITU!" Seseorang berteriak dari kejauhan.

Kuda Luna meringkik kaget melihat seseorang lompat keluar dari semak-semak itu dengan pedang di tangannya. Damien berhasil menangkis serangan orang itu dan dua orang lain menyerang dua orang prajurit yang ada di depan mereka. Sebelum Edmund bisa ikut menyerang, sang centaurus membantu Damien menghadang mereka dan memerintahkan kedua prajurit untuk membuat jalan supaya kuda Luna dan Edmund bisa lewat. "Damien! Bawa nona Luna dan Raja Edmund pergi! Sekarang! Prajurit, bukakan jalan!"

Tapi sebelum siapa pun bisa pergi, seseorang menarik baju Luna. Ia berusaha melemparkan tinju ke arah orang yang menariknya jatuh dari kuda, namun ia tidak berhasil. Ia menyikut pria yang menggenggamnya erat dari belakang, membuatnya mengerang dan hampir melepaskan genggamannya. Pria memutar Luna supaya bisa melihat lebih jelas wajahnya. Luna berusaha menendang-nendang, melihat ke sekitarnya hanya untuk menemukan yang lain sibuk dengan siapa pun yang sedang mereka hadapi. Saat Luna memberanikan diri melihat ke arah pria yang memegangnya, matanya tertuju pada telinga pria itu menyadari bahwa ia memiliki tindik. Anting cincin perak yang memiliki sebuah tulisan terukir. Ia mengenali aksara yang terukir tindiknya.

Oh tidak...

Lost In Time: Martyrs (BOOK 2 - 2024 Revision On Progress)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang