"Akhir-akhir ini kau jadi sulit tidur, ya?" Edmund melihat Luna di ujung koridor kosong dan remang-remang. Luna hanya mengangguk. Edmund menghela nafas dan mendekatinya. "Apa yang kau khawatirkan?"
Keheningan sejenak membuatku canggung, namun dia menjawab, "Semuanya. Baru beberapa hari yang lalu aku berpikir kalau aku hanyalah seorang pelayan muda disebuah kafe di Amerika. Tak ada satu pun dari pengunjung yang benar-benar mengetahuiku. Sekarang, seakan-akan semua orang tahu siapa aku." Perkataannya membuatku bingung. Dia berbalik dan menjelaskan, "Semua orang kenal aku karena calon suamiku adalah seorang Raja, mereka tidak akan pernah mengenalku kalau kau tidak ada di sini... tapi bukan itu yang aku khawatirkan. Mereka mengenalku sebagai calon Ratu Narnia. Semua orang akan memiliki ekspektasi yang tinggi kepadaku."
Aku memegang kedua pundaknya yang tak sepenuhnya tertutup gaun tidur dan selendangnya. "Itu kenapa kau ikut misi ini?"
Dia menunduk dan menggeleng. "Rumor... Ed."
"Rumor?"
"Aku mulai berpikir kalau Damien tidak bisa dipercaya," jawabnya cemas, "Dia satu-satunya orang yang kita ketahui yang thau letak buku itu. Misi ini kita jalankan supaya kita bisa tahu situasi Archenland dan harap-harap, mengambil buku itu dari kastil Anvard. Beberapa pelayanku bilang dia punya beberapa lembar perkamen tentang Archenland, tapi dia tidak menunjukkannya pada kita dan lebih memilih membawa kita ke Archenland untuk mencari tahu sendiri. Kenapa?"
"Mungkin dia takut salinan bukunya salah dan informasi didalamnya tidak akurat... dan sejujurnya, beberapa lembar saja tidak akan cukup untuk menemukan fakta."
"Tapi dia bisa saja memperlihatkannya kepada kita. Dia memilih untuk menyembunyikannya." Luna melepaskan peganganku dari pundaknya.
"Dia pasti punya alasan yang bagus untuk ini. Kita akan tahu."
***
Dua malam berlalu dan malam ini adalah malam kedua rencana dijalankan. Itu berarti Luna dan Alistaire sudah mulai berangkat saat kelompok Montreal diberangkatkan sehari sebelumnya.
Di atas kapal, di dalam kabinnya, Montreal mengambil jurnalnya, sebuah pena dan sebotol tinta lalu meletakkannya di atas meja bersamaan dengan sebuah peta. Lord Montreal, Earl of Mount Pire. Biasanya gelar itu diberikan kepada orang yang memiliki wilayah kekuasaan, orang mungkin akan mengira kalau dia adalah pemilik wilayah gunung Pire di Archenland, tapi tidak... gelar itu diberikan kepadanya oleh Raja Nain sebagai penanda bahwa Lord Montreal adalah pemimpin pasukan pelindung pegunungan Pire. Namun sejak Raja Nain meninggal dunia, banyak pelindung yang mengundurkan diri tanpa sebab itu juga alasan kenapa Montreal pergi ke Narnia. Dia ingin tahu apa Narnia adalah penyebab pengunduran diri massal para pelindung Pire.
Dulu pegunungan itu dikuasai oleh para raksasa jahat tapi itu terjadi ratusan tahun yang lalu. Mereka sudah musnah. Sekarang mereka melindungi pegunungan itu dari bangsawan dan pedagang yang licik. Wilayah itu cukup jauh dari kastil utama kerajaan Archenland, cukup strategis untuk menghindari penjaga dan pusat pengecekan barang dagang Archenland. Jalurnya agak curam tapi orang-orang licik itu berani mengambil risiko hanya untuk menyelundupkan barang jual ilegal mereka.
Kebanyakan dari orang itu adalah bangsa Calormen. Sejak berabad-abad lalu, Calormen memang terkenal tidak beradab. Itu kenapa Lord Montreal tidak mau tinggal diam saat dia tahu bahwa bangsa Calormen terlibat dalam 'perang' ini.
Montreal mulai menulis banyak tentang kejadian-kejadian sekecil apa pun sejak Raja Nain meninggal. Dia takut lupa akan hal-hal yang sekiranya dapat mengubah Archenland. Dia menulis setiap nama orang yang dia rasa adalah kunci permasalahan ini dan memberi keterangan mengenai masing-masing dari mereka sebanyak yang ia tahu. Mulai dari deskripsi fisik hingga sedikit latar belakang mereka.
Constance Voronin.
Lucille Voronin.
Phylarchus Di Ilios.
Luna Di Ilios.
Meskipun Lord Montreal tidak ingin menulis kedua nama kakak beradik itu, mereka memiliki hubungan darah dengan Constance Voronin.
Damien mengetuk pintu kabinnya, Lord Montreal membukakan pintu dan Damien berkata, "Tuan... kau harus melihat ini."
Damien mengajaknya berdiri di pinggir kapal dan Lord Drinian memberikannya sebuah teropong. Di balik kabut malam dari kejauhan, dia melihat segerombolan orang-orang bersorban berjaga bersama pasukan-pasukan berbaju zirah di wilayah Archenland. "Bangsa Calormen? Mereka terlibat dengan ini? Tidak mungkin."
Di ujung horizon, tuan Montreal masih bisa melihat adanya bayang-bayang terbang di langit. "Aku harap mereka berhasil."
Damien menghela nafas dan berbisik kepadanya, "Dan aku harap kita berada dipihak yang benar." Lord Montreal melihat ke arah Damien seakan-akan mempertanyakan apa maksudnya. Damien hanya menjawab, "Kau tahu Archenland adalah kerajaan yang rapuh, tuan. Orang-orang itu berhasil membuat Narnia terlihat buruk dimata rakyat Archenland dan Calormen terlihat seakan-akan mereka adalah penyelamat Archenland. Kita tidak tahu berapa banyak rakyat Archenland yang sudi berada di pihak kita. Kita dikelilingi bangsa Narnia. Narnia melawan pasukan Calormen dan Voronin? Belum ditambah pengikut-pengikut baru mereka? Kita akan kalah telak."
Perkataan pria muda itu membuat Montreal berpikir lebih keras dan membuatnya lebih cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost In Time: Martyrs (BOOK 2 - 2024 Revision On Progress)
Fiksi PenggemarCOMPLETED (with old format). Buku ke-2 dari seri Lost In Time. Sejak perjalanan terakhir di Narnia, mereka tahu waktu akan menjadi musuh terbesar dalam hidup mereka. Perjalanan baru dimulai, mengungkapkan apa yang hilang dari sejarah dunia Narnia da...