"Tuan Montreal, kami tidak bisa menemukan nona Luna," ucap seorang prajurit Archenland yang kini wajahnya dipenuhi debu, luka, dan darah.
Mereka berhasil mengamankan kastil. Pasukan Voronin di kastil Telmar telah menyerah. Semua senjata mereka berhasil diamankan. Sebagian kabur, sebagian lagi tak berhasil tertolong enam puluh tujuh orang tersisa dari ratusan pasukan Voronin membuktikan bahwa Luna telah berhasil membimbing pasukannya untuk bertahan dengan cukup baik.
"Aku melihatnya di benteng menara penjaga di atas pagar besi. Mungkin ia masih di sana," jawab Valencia datang dengan Lucille. Mereka terlihat baik-baik saja meski pakaian mereka dipenuhi pasir, lumpur, dan darah yang bukan milik mereka sendiri. Mereka terlihat lemas namun tidak terluka.
Tuan Hamid berjalan mendekat tertatih-tatih setelah terpisah dari Luna. Montreal menyuruh prajuritnya menyebar ke menara-menara penjaga lalu membantu tuan Hamid duduk di salah satu anak tangga terdekat, memanggil prajurit lain untuk membawakan air dan perban. Luna tidak sadar bahwa tuan Hamid terluka saat Montreal mencoba menaklukan pasukan Voronin sebelumnya. Tuan Hamid berusaha untuk tidak meringis kesakitan. Usianya yang tidak muda lagi membuatnya sedikit intoleran dengan rasa sakit. Luka sayatan pedang itu tidak dalam ataupun terlalu parah, namun cukup untuk membuatnya kesulitan untuk berdiri sampai tuan Montreal sudah menutupi lukanya, membantu menahan lukanya dengan perban-perban dan kain.
"Kita harus pergi ke Aslan's How. Seseorang harus menjelaskan pada mereka apa yang telah terjadi," ucap tuan Hamid yang datang bersama Luna.
Luna terduduk dan berkata, "Semua prajurit Voronin harus dimasukkan ke dalam penjara, tapi aku yakin keputusan terbaik ada ditangan Edmund. Aku akan menemuinya."
"Aku akan ikut denganmu." Lucille menawarkan diri. "Aku juga harus menemui ayahku. Mungkin jika kita berangkat sekarang, kita akan sempat menyelesaikan hal ini dengan damai. Mungkin aku bisa meyakinkan ayahku untuk menyerah saja."
"Apa itu tidak terlalu berbahaya? Kau sadar pasukan ayahmu dan suamimulah yang mengirim orang untuk membawamu pergi dan membuatmu terluka?" Luna tentu menjadi sedikit lebih protektif terhadap Lucille setelah melihat perban memerah melilit kaki kiri Lucille.
"Aku akan baik-baik saja. Perjalanan ke sana tidak seberat apa yang kau kira," jawab Lucille. Luna sempat terdiam dan berpikir bahwa Lucille mungkin harapan terakhir mereka menghindari perang yang sebenarnya namun pikirannya langsung teralih kepada suara ringkikan Lazarro.
Tuan Hamid adalah orang yang pertama menyadarinya. Ia langsung berlari ke arah Lazarro dan mengelusnya. Lazarro terlihat baik-baik saja mesik dengan panah menancap disalah satu pahanya. "Satu panah belum cukup untuk membuatku berhenti bernafas, tuanku." Suara Lazarro masih terdengar gagah meski dengan posisi setengah tertidur.
"Aku akan memanggil penyembuh. Kau jangan terlalu banyak bergerak. Ini perintah," pinta tuan Montreal dengan sedikit nada candaan.
Kini Luna-lah yang menghampiri Lazarro. "Apa yang kau lakukan itu sangat berani, Lazarro."
"Aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan, nona."
"Kau tahu... rasanya tidak nyaman saat kau tahu banyak sekali orang yang berusaha melindungi apa yang aku cintai namun mereka harus berakhir terluka. Berjanjilah kau akan baik-baik saja." Matanya berkaca-kaca, sekali dua kali air mata menetes ke pipinya.
"Celakalah aku telah membuat seorang wanita terhormat menangis. Namun aku tidak membuat janji yang belum tentu bisa aku tepati," ucap Lazarro terkekeh. "Tapi aku senang mengetahui bahwa aku mengabdi pada orang yang tepat. Yang mengasihiku sama seperti tuan Montreal. Betapa beruntungnya aku."
"Akulah yang beruntung memiliki kawan sepertimu, Lazarro. Siapa sangka aku tidak membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan teman sepertimu. Jangan buat obrolan ini menjadi perpisahan. Ini juga perintah, Lazarro. Aku yakin para penyembuh Narnia akan melakukan yang terbaik. Jangan khawatir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost In Time: Martyrs (BOOK 2 - 2024 Revision On Progress)
FanfictionCOMPLETED (with old format). Buku ke-2 dari seri Lost In Time. Sejak perjalanan terakhir di Narnia, mereka tahu waktu akan menjadi musuh terbesar dalam hidup mereka. Perjalanan baru dimulai, mengungkapkan apa yang hilang dari sejarah dunia Narnia da...