-Edmund-
Setelah beristirahat semalaman, kami bangun sangat pagi, bahkan saat matahari belum muncul dari balik pegunungan. Aku mencoba memeriksa luka Luna lagi. Memastikan bahwa lukanya tidak akan mengganggu. Saat melihat luka kecilnya tertutup, dan hatiku pun jauh lebih lega. Merasa lebih baik, kami memulai perjalanan kami mengikuti sungai.
"Baiklah, tujuan kita sekarang adalah kastil Telmar. Kalau dugaanku tepat, kita sudah dekat dengan daerah hutan lain, Lantern Waste. Kita sudah cukup dekat dengan kastil Telmar. Setengah jalan ke sana, mungkin kita dapat menemukan pemukiman."
Luna memandangiku dengan terheran-heran. Ia berkata, "Sepertinya kau paham sekali dengan Lantern Waste. Kau sering berada di sini dulu?"
Aku terkekeh mengingat ia tidak tahu apa-apa soal ini. "Tentu saja... salah satu gelarku adalah Duke of Lantern Waste. Secara teknis, sejak dulu, wilayah itu adalah salah satu wilayah kekuasaanku."
"Itu pun kalau struktur tempat-tempat di Narnia masih sama dengan dulu," ingat Luna tentang kejadian Lucy hampir jatuh dari tebing setelah mengetahui kalau River Rush menyurut. Aku menatapnya dan mengangguk.
Dia benar. Narnia sudah jauh berubah. Aku tidak sempat belajar banyak tentang situasi Narnia saat ini. Aku bahkan tidak tahu apa aku masih Raja atau bukan. "Apa pun itu, kita harus mencoba mencari bantuan. Kita harus mencari Lucy dan Phil secepatnya."
Cukup lama kami berjalan, kami melihat asap keluar dari cerobong asap sebuah rumah. Rumah itu berpenghuni dan satu-satunya rumah di sekitar sini. Luna menghentikan langkahnya. "Mungkin aku terlalu banyak membaca kisah penyihir di tengah hutan, tapi kurasa kita tidak punya pilihan lain."
Ucapannya sempat membuatku berpikir dua kali, namun pada akhirnya, aku mengajak Luna ke rumah itu walau kami sedikit takut kalau-kalau pemilik rumahnya tidak begitu ramah. Kami mengetuk pintunya beberapa kali namun tidak ada jawaban. Kami memutuskan untuk berjalan ke lapang belakang rumah itu. Kami melihat dua orang anak kecil berlari dan bermain bersama ibu mereka. Seorang pria menggandeng tangan anak gadisnya, mereka berjalan dari samping rumah dengan keranjang berisi telur dan sayuran.
Sempat terpikir olehku untuk tidak mengganggu ketenangan keluarga itu, tapi kami membutuhkan bantuan dan aku tidak ingin mengambil resiko memaksa Luna terus berjalan dengan hanya berbekal apel. "Ehem... permisi, maaf kalau kami mengganggu anda. Kami sangat butuh bantuan," jelasku.
Raut wajahnya menggambarkan seseorang yang baru saja menyadari sesuatu. Ia membungkuk padaku dan memanggil keluarganya untuk melakukan hal yang sama. "Kalian, ayo sini. Hormatlah. Beliau adalah Raja Edmund."
Aku terkekeh, "Tidak perlu terlalu formal." Keluarga itu menyadarinya dan mereka semua menunduk kepadaku. "Kalian tahu siapa aku?"
"Tentu saja, Yang Mulia. Aku ada di sana saat kau kembali ke duniamu," jawabnya sang ayah. Ia memperkenalkan keluarga kecilnya kepada kami. Keluarga Mathieu. "Namaku Alistaire , dan istriku, Leanna. Yang sulung ini anak gadisku, Valencia, dan dua kembar bungsuku, Logan dan Luke." Itu bagaimana dia mengenalkan keluarganya kepada kami.
Pria itu mengalihkan pandangannya dariku ke Luna yang sedang menunduk, tersipu malu di belakangku. "Dan tentu saja aku mengenalimu nona Luna. Sebuah kehormatan bertemu dengan anda."
Luna menjawab dengan senyuman lesu diwajahnya yang agak pucat. "Sebuah kehormatan untukku bertemu dengan kalian."
Seorang gadis muda yang terlihat seumuran dengan Luna menghampirinya dan bertanya, "Apa kau baik-baik saja nona? Kau terlihat kurang sehat."
Aku menghampiri Luna dan mencoba memeriksa apa dia terkena demam. Sangat mungkin seseorang yang terluka bisa terkena demam. "Tidak, aku baik-baik saja. Hanya sedikit lelah," jawabnya.
Aku berusaha menjelaskan semuanya kepada keluarga itu. "Dia belum pulih sepenuhnya, aku harap kau bisa membantuku. Mungkin beberapa potong roti dan air bersih. Tujuan kami adalah kastil Telmar. Kami harus menemui Raja Caspian dan menemukan adikku dan tuan Phylarchus."
Sang ibu berkata, "Perjalanan dari sini ke kastil Telmar akan sangat melelahkan. Setidaknya butuh beberapa jam berjalan kaki ke sana. Kalian bisa tinggal di sini untuk sementara. Setidaknya sampai nona Luna pulih."
Aku bertanya apakah mereka keberatan, namun justru mereka begitu terbuka dan menerima kedatangan kami. Hilang semua keraguanku mendengar mereka. Mereka begitu bahagia dan damai. Sempat untuk sesaat, mereka mengingatkanku dengan keluargaku sendiri. Berada jauh dari mereka sudahlah biasa, namun kini rasanya sedikit berbeda, dan aku merindukan mereka.
Kami masuk ke rumah mereka. Rumah sederhana yang mereka gambarkan sebagai 'cukup untuk kami'. Jauh lebih kecil dibandingkan kastil-kastil yang pernah aku tinggali di dunia ini. Fondasi rumahnya hanyalah tumbukan bebatuan dan kayu biasa. Tidak ada relik, namun bebatuan yang beraneka ragam bentuknya memberikan kesan pola yang menarik.
Kami duduk di sebuah meja kayu panjang. Mereka menyiapkan makanan seperti sup, roti dan beberapa buah-buahan. Makanan sederhana. Tidak ada kemewahan sama sekali tapi mereka tampak senang dengan apa yang mereka miliki. Kami berbincang selagi menyantap makanan kami. "Tuan, jika aku boleh tahu, apa saja yang terjadi setelah kami kembali ke dunia kami? Apa ada yang berubah?" tanyaku berusaha mengejar ketertinggalan informasi tentang kerajaanku sendiri.
"Tentu saja banyak yang berubah... dalam hal yang baik," jawabnya sumringah. "Raja Caspian mengirimkan orang-orangnya untuk pergi ke desa-desa tertinggal untuk menggali potensi pengembangannya. Beliau bahkan membentuk kembali dewan baru dan menurunkan pajak yang harus kami bayarkan dan menukar sebagiannya dengan pangan untuk pekerja Kastil."
Aku mengangguk mengerti. Caspian telah menjadi Raja yang lebih baik dari Raja-raja yang datang sebelumnya. Namun rasa penasaranku tidak mereda. Aku bertanya pada tuan Mathieu, "Bagaimana dengan tatanan monarki lainnya?"
Beberapa hari setelah kalian pergi, pemerintah mengumumkan nama bangsawan yang tersisa dalam monarki Narnia. Gelarmu, Yang Mulia, sekarang adalah Raja Tertinggi!" Serunya. "Tuan Phylarchus Di Ilios diberi gelar Knight of Narnia dan nona Luna diberi gelar Dame of Narnia. Sebuah penghargaan tertinggi bagi mereka yang andil dalam peperangan." papar tuan Mathieu.
Aku tidak menyangka bahwa tidak hanya gelarku masih ada, namun gelarku meninggi. Aku tidak bergitu berharap gelarku masih ada sama sekali. Mereka tidak membutuhkan orang yang bisa pergi dan menghilang kapanpun dunia mengirimnya pergi. Bahkan Luna, yang meski kepalanya tak mendongak dari piring yang ada di hadapannya, matanya terbelalak terkaget mendengar gelar yang ia dapatkan. Melihatnya bereaksi seperti itu, aku teringat dengan ayah Luna. Tuan Archie. Ksatria Archenland. Bagaimana negeri itu sekarang?
"Bagaimana dengan Archenland? Aku masih ingat kalau Archenland adalah sekutu terbesar Narnia sedari dulu. Apa ada kabar dari kerajaan itu?" tanyaku penasaran terpikir dengan negeri tetangga yang telah lama tak kudengar namanya.
Tuan Alistaire menjawab dengan agak ragu. "Rumor menyebar dengan sangat cepat. Sejak dulu, keluarga kami tinggal di Archenland. Kami terpaksa meninggalkan rumah lama kami sebelum kami kehilangan semuanya. Raja Nain adalah Raja terakhir Archenland. Beliau meninggal tanpa pewaris takhta ataupun bangsawan sedarah beberapa bulan yang lalu. Pemerintahan mereka diambil alih oleh para dewannya. Archenland seakan-akan tidak memiliki pemimpin, namun para dewannya terus menerus meminta pajak pada rakyat dengan tanpa alasan. Rakyat Archenland lebih berharap seorang monarki dipilih untuk memimpin daripada menyerahkan kuasa itu kepada dewan-dewan mereka. Sangat di sayangkan, dengan ancaman-ancaman yang sering kali mereka dapatkan dari bangsa Calormen, Archenland hanyalah kerajaan yang rapuh. Mereka bisa runtuh kapan pun."
Apa? Bagaimana bisa? Bangsa Calormen itu tidak pernah belajar dari kesalahan lalu mereka? Mereka tidak akan berhenti mencoba menghancurkan kerajaan-kerajaan di sekitarnya.
Luna memegang tanganku yang tanpa kusadari telah mengepal menggenggam garpu. Ia berbisik, "Kau bisa mengurus semuanya saat kita sudah bertemu Caspian. Jangan biarkan amarahmu mengambil alih. Tidak di hadapan orang-orang ini."
Aku menarik nafas. "Aku akan membawa informasi ini ke pemerintahan Narnia. Aku tidak akan melupakan keramahan kalian, orang-oang Archenland. Jika kalian membutuhkan sesuatu, datang saja ke kastil Telmar dan minta bantuan kepada monarki mana pun yang sedang bertugas. Katakan kalau kalian ada di bawah perlindunganku. Aku hanya bisa mengharapkan kesetiaan dan dukungan keluarga kalian terhadap monarki kami. Kalian sudah menjadikan Narnia rumah kalian, dan keluh kesah kalian berhak untuk didengar."
Tuan Alistaire tersenyum dan mengangguk. "Tentu saja, Yang Mulia."
![](https://img.wattpad.com/cover/146922836-288-k146930.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost In Time: Martyrs (BOOK 2 - 2024 Revision On Progress)
FanfictionCOMPLETED (with old format). Buku ke-2 dari seri Lost In Time. Sejak perjalanan terakhir di Narnia, mereka tahu waktu akan menjadi musuh terbesar dalam hidup mereka. Perjalanan baru dimulai, mengungkapkan apa yang hilang dari sejarah dunia Narnia da...