-Luna-
Edmund turun dari kudanya dan mencoba melepaskan pegangan pria yang menyekapku sesaat setelah ia berhasil melumpuhkan lawannya. "Jika kau melepaskannya sekarang, aku akan membiarkanmu pergi," geramnya sembari mengarahkan ujung pedangnya ke wajah penjahat itu.
Namun, alih-alih merasa terganggu, ia mendesis kepadanya. "Kau pikir siapa dirimu?"
Suara pria ini membuat bulu kudukku berdiri. Sangat mungkin ia tahu siapa yang dia lawan, namun itu tidak menghentikannya mengancam kami. Ia tahu siapa yang ia hadapi dan ia sama sekali tidak peduli. Pegangan pria ini semakin kuat. Aku mulai merasakan kukunya perlahan menusuk dan membuatku sulit bernafas.
Edmund mencoba mengentikannya tanpa membuat pergerakan mendadak. "Aku Edmund. Raja tertinggi Narnia! Biarkan kami lewat!" Ia mencoba mengalihkan perhatian mereka dengan membuat sebuah tawaran. "Sebutkan apa yang kalian mau dan aku akan mempertimbangkannya."
Genggaman pria itu sedikit lebih melonggar, namun tawanya justru mengencang. "Oh, Yang Teramat Agung, Raja Edmund! Dengan segala hormat... kami tidak peduli," hardiknya. Tanpa berbalik, ia berteriak memperingatkan kawannya. "Perintahnya sudah jelas! Tidak ada yang harus kita ambil selain gadis ini!"
CIH...
"Tidak hari ini."
Aku menggigit lengannya yang mencekik leherku, menendang selangkangannya. Memukul tepat di tenggorokannya, membuat ia tersedak-sedak dan spontan melangkah mundur untuk menjauh.
Salah satu dari mereka berusaha menyerangku, namun aku menatapnya tajam. Mengarahkan pistol ke wajahnya. "Terpujilah Narnia yang membiarkanku membawa senjata api."
"Aku tidak menyangka kalau bos kita menyuruh kita menangkap gadis gila," keluh salah satu dari mereka.
Tak ada dari mereka yang membawa senjata api. Namun, bodoh sekali jika tak terpikir olehku siapa yang mengirim mereka. Kuhela nafasku. Membuang semua jengkel yang begitu mengakar. "Mungkin karena bos kalian sama gilanya denganku. Siapa yang tahu." Tak peduli mati, kutempelkan ujung pistolku ke dahinya. "Pergilah... dan sampaikan salamku padanya."
Menyadari bahwa aku tak berniat menarik pelatuk, mereka perlahan mundur.
"Lain kali kalau kita bertemu, ingatkan aku untuk memotong lidahmu," jawabku sambil mecoba mengendalikan nafasku.
Sebelum mereka berlari pergi, pria bertindik yang sebelumnya menyekapku berkata kepada para prajurit. "Kalian rela kalau Raja kalian menikahi wanita itu dan takhta ke-empat Narnia di duduki oleh wanita sekasar dan segila dia?"
Wajah Edmund memerah marah sambil mengacungkan pedang yang dia ambil dari tangan Damien ke arah pria itu. "Jaga ucapanmu, tuan atau kalian semua akan benar-benar kehilangan lidah kalian," ancamnya dingin penuh amarah sambil berdiri di depanku.
Mereka hanya bisa berbalik dan mundur sambil sesekali melihat ke belakang, memastikan apa kami mengikuti mereka atau tidak.
"Maafkan kami, Yang Mulia. Seharusnya kami lebih hati-hati. Kita harus mempercepat pergerakan kita." Centaurus prajurit kami menenangkan dan menghampiri. "Nona Luna, apa anda baik-baik saja?"
Aku mengangguk tanpa berucap, tapi pikiranku kacau balau. Aku melihat senterku tergeletak di tanah dan mengambilnya. Edmund mengembalikan pedang Damien sambil memegang pundaknya dan mengucapkan, "Terima kasih." Lalu kami kembali ke atas kuda-kuda kami dan melanjutkan perjalanan tanpa berpaling.
*****
Suara ringkikan dan derapan kaki kuda terdengar menderu dari arah belakang kami. Ke-empat prajurit yang terlalu khawatir dengan segera berbalik dan bersiaga di posisi mereka. Edmund mengangkat tangan untuk menenangkan mereka. Matanya menyipit, berusaha melihat lebih jelas siapa gerombolan yang datang. Semakin mereka mendekat, semakin ia yakin orang-orang yang ada di atas pelana kuda-kuda itu. "Lucy dan Phil. Aku bisa melihat mereka," jawabnya lega.
Lucy dan Phil menghentikkan kuda-kuda di hadapan mereka dan langsung turun dari kuda mereka. Aku dan Edmund melakukan hal serupa dan memeluk kakak dan adik kami. Walau dengan nafas terenggah-enggah setelah berkuda begitu lama, kami lega bisa menemukan keluarga kami selamat.
Edmund melepas pelukkannya dari Lucy untuk bersalaman dengan Phil. "Terima kasih telah menjaga adikku."
Phil menerima salam itu dan berkata, "Terima kasih juga telah menjaga adikku..." Phil berbalik menunjuk ke arah salah satu penunggang lain. "Tuan Hamid ada di sini."
Halvor Hamid turun dari kudanya dan membungkuk salam. "Yang Mulia." Edmund sempat terkejut mendengar panggilan itu keluar dari mulut tuan Hamid. Namun sebelum dapat bertanya, tuan Hamid berkata, "Aku sudah bertemu dengan Raja Caspian... dan saudaramu, tuan Eustace Scrubb, sudah menunggu di kastil Telmar," jelasnya.
Sebelum keheningan menyelimuti, centaurus Glenstorm bertanya pada centaurus yang berada di gerombolan Luna, "Tuan Bancroft. Kenapa kalian berhenti di sini?"
"Maafkan kami, Jenderal. Kami baru saja diserang oleh sekelompok orang tak dikenal. Mereka tidak menginginkan apa pun kecuali nona Luna. Kami tidak tahu alasannya atau siapa yang menyuruh mereka," jelas Bancroft, si centaurus berambut pirang.
Phil langsung berusaha memastikan kalau Luna baik-baik saja. Luna mengangguk-ngangguk mengiyakan apa pun yang Phil tanya sambil memberi senyuman ragu. "Aku menggigit lengannya."
Lalu Damien menambahkan dengan antusias dan tidak merasa terganggu dengan cara Luna mempertahankan dirinya. "Lalu menendang selangkangannya. Oh ya, dan lalu memukul lehernya. Dan lalu mengancam untuk memong lidah para penjahat itu!"
"Nona Luna adalah seorang pejuang. Bukan sesuatu yang mengherankan," ucap Bancroft. Bancroft melihat ke arahku dan tersenyum. "Seorang Ratu Narnia."
Aku menutup telingaku dan berusaha untuk mengalihkan. "La la la, aku tidak dengar apa pun. Ayo kita pergi ke kastil Telmar!" Ia menyiapkan kudanya dan naik ke atasnya. Ia menggeleng-gelengkan kepala, berusaha mengalihkan pikirannya.
Edmund menunduk malu. Pipinya bersemu merah, dan yang keluar dari mulutnya hanyalah, "Oh."
Aku bisa Phil masih mengira-ngira apa yang sebenarnya telah terjadi di antara mereka berdua. Dan seperti perkiraanku, ia akan berkomentar. "Aku penasaran, apa reaksi ayah kalau dia ada di sini."
"Phil... kau sudah menua. Supaya ada perempuan lain yang bisa kau usik hidupnya. Mungkin kau bisa mencari... calon istri misalnya?"
Phil menghela nafas lebih dalam dan lebih keras dari yang baru saja aku lakukan dan mengeluh, "Aku sedang tidak ingin mendengar siapapun jadi istriku atau orang lain. Terima kasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost In Time: Martyrs (BOOK 2 - 2024 Revision On Progress)
FanfictionCOMPLETED (with old format). Buku ke-2 dari seri Lost In Time. Sejak perjalanan terakhir di Narnia, mereka tahu waktu akan menjadi musuh terbesar dalam hidup mereka. Perjalanan baru dimulai, mengungkapkan apa yang hilang dari sejarah dunia Narnia da...