Tiga Puluh Tiga

1.4K 176 19
                                    


Assalamu'alaikum teman teman ... apa kabar?? Semoga sehat-sehat yaa dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin ....

Alhamdulillah, akhirnya aku bisa kembali ke dunia oren ini dan gak terasa ternyata sudah setahun cerita ini bertengger cantik di Wattpad dan belum juga selesai. Sedih sekali ... tapi aku juga gak tahu kenapa bisa selama ini. Ayo dong sharing, kalian biasanya menyelesaikan cerita berapa lama? doakan biar cepat selesai yaaa.

Mohon maaf atas keterlambatan updatenya yaa man-teman🙏 dan Terima kasih sudah menyempatkan waktunya untuk membaca cerita ini. Ayo baca lagi part sebelumnya yaa.

Happy Reading!💕
Jangan lupa VOTE COMMENT Yaaa😚

-T i g a P u l u h T i g a-

🍁🍁🍁

Aku memilih tetap dalam palung asa yang semu. Menyelam, menjelajah, menerka-nerka berselimut kabut.

🍁🍁🍁

"Kenapa kamu tidak memberitahu saya tentang ini, Zayn?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kenapa kamu tidak memberitahu saya tentang ini, Zayn?"

Adam terperanjat saat mendengar suara Profesor Tommy di ruangan kerjanya sore ini ketika ia hendak beristirahat. Profesor Tommy memutar layar komputer yang menampilkan hasil CT-Scan untuk ia perlihatkan pada Adam yang masih berdiri di depan pintu ruangannya seraya memegang gagang pintu.

"Prof," gumam Adam tertahan. Ia terbelalak melihat layar komputer. Hasil CT-Scan itu sengaja ia sembunyikan dari Profesor Tommy, hanya karena tidak ingin membuat Profesor Tommy khawatir dan menyampaikan hal ini pada ayahnya.

Tetapi hari ini, Profesor Tommy datang keruangannya, memperlihatkan hasil CT-Scan yang sekitar dua minggu yang lalu Adam sembunyikan dan tak pernah ia buka lagi. Adam tidak tahu pasti bagaimana Profesor Tommy mendapatkan file itu.

Adam terduduk di atas sofa panjang, di depannya masih ada Profesor Tommy yang juga masih terdiam.

"Seit wann ist es so geworden? [Sejak kapan jadi begini?]" tanya Profesor Tommy setelah beberapa saat sambil menatap Adam yang hanya menunduk.

"Seit zwei Wochen [sejak dua minggu yang lalu]," jawab Adam tak berani mengangkat kepalanya.

Profesor Tommy menghela napas dalam, ia kecewa sebab Adam tak memberi tahu hal penting seperti ini. "Es ist schlimmer als ich es mir vorgestellt habe und du musst das verstehen, Zayn. Warum? Warum versteckst du das vor mir? [Ini lebih buruk dari yang saya bayangkan dan kamu pasti paham itu Zayn. Kenapa? Kenapa kamu sembunyikan ini dari saya?]"

"Kamu anggap saya apa selama ini, Zayn? Sudah tujuh tahun saya merawatmu, tapi kamu bahkan tidak memberitahu hal urgent seperti ini. Tidak seharusnya kamu menyembunyikan ini dari saya." Profesor Tommy tak pernah semarah ini pada Adam, sekali pun jika Adam tidak mengikuti rangkaian prosedur pengobatan yang ia sarankan.

Naungan Langit Negeri Hitler [On Going]Where stories live. Discover now