Lima

2.7K 327 77
                                    

-L i m a-

🍁🍁🍁

Perlu sedikit waktu tuk mencinta.
Namun, perlu banyak waktu tuk melupa.

🍁🍁🍁

"Nabi Daud A.S merupakan Nabi yang sangat taat kepada Allah. Sehingga Allah memberikan keistimewaan pada beliau berupa kepercayaan untuk menyebarkan kitab Zabur..."

"Beliau merupakan seorang pemikir dan pembelajar yang baik. Suatu ketika, beliau sedang membaca kitab Zabur sembari duduk tenang dalam suraunya.."

"Tak disangka, ada seekor ulat merah berada di dekatnya. Alhasil, Nabi Daud mengawasi ulat tersebut sambil berpikir dalam hati, "Apa ya, yang Allah harapkan dari ulat kecil ini?" Ulat merah itu pun kemudian berkata kepada Nabi Daud AS: "Wahai nabi Allah! Allah SWT telah mengilhamkan kepadaku untuk selalu membaca tasbih setiap hari sebanyak 1000 kali pada siang hari. Pada malam harinya, Allah SWT mengilhamkanku untuk membaca sholawat sebanyak 1000 kali juga." Kemudian ulat tersebut berkata kepada nabi Daud AS: "Lalu apa yang dapat kau katakan kepadaku agar aku mendapat faedah darimu ya Nabi Allah?" Mendengar perkataan ulat tersebut, Nabi Daud menjadi sadar..."

"Beliau sadar bahwa dirinya khilaf. Dia telah memandang remeh makhluk Allah yang terlihat kecil dan tak bisa apa-apa. Padahal mereka bahkan bisa lebih dahsyat ibadahnya terhadap Allah dengan cara mereka. Alhasil, nabi Daud pun memohon ampun dan berserah diri pada Allah. Begitulah sifat Nabi Daud sebagai pemikir yang bijak. Sejak saat itu dia tidak akan menganggap rendah lagi segala makhluk ciptaan Allah."

Fahira menarik nafasnya setelah menceritakan kisah Nabi Daud kepada Sienna. Gadis kecil itu terlihat menerawang, menatap langit-langit, mencerna segala apa yang baru saja ia dengar dari ibunya.

"Jadi, Cenna tahu gak apa hikmah yang bisa diambil dari kisah Nabi Daud As. tersebut?" Tanya Fahira seraya memposisikan tidurnya menyamping menghadap permata hatinya.

Sienna terlihat masih berpikir. Manik jelitanya bergulir menatap wajah Fahira, "Tidak boleh merendahkan orang lain," cetus Sienna.

"Richtig, sehr klug![1]" seru Fahira sambil mencium pipi Sienna dan mengelus puncak kepalanya. "Jadi, kita tidak boleh merendahkan orang lain. Buktinya, ulat yang kecil itu mendapat izin Allah untuk berbicara."

"Okay. Sekarang, waktunya tidur dan berdoa!" Fahira menarik selimut tebal merah jambu yang menutup tubuh Sienna.

Sienna mengangguk, lalu mulai memejamkan matanya. "Umarme mich![2]"

Fahira tersenyum, tangannya mulai memeluk tubuh kecil Sienna seperti yang ia minta. Padahal tanpa gadis kecil itu minta, Fahira tentu akan memeluknya.

Sienna terlihat mulai terlelap. Fahira beranjak pelan-pelan dari atas tempat tidur. Meredupkan lampu tidur yang terletak tidak jauh dari tempat Sienna berbaring. Dikecupnya kening Sienna lama, lalu membenarkan selimut agar putrinya tertidur nyenyak.

Seperti sudah menjadi kebiasaan jika telah menidurkan Sienna, Fahira akan kembali ke meja kerjanya. Entah itu menyelesaikan desain atau menyelesaikan tugas kuliahnya. Dibukanya binder berwarna biru muda dengan pinggiran renda, mengulang kembali materi yang telah ia pelajari tadi siang.

Fokusnya teralih saat melihat empat orang yang tengah berpose didalam foto yang terselip diantara jilid. Dirinya, Emy, dan dua orang laki-laki yang... tampan. Bibir Fahira menyungging senyum. Senyum yang sulit untuk ia jelaskan pada dunia. Bahwa dirinya pernah ada dalam fase rumitnya cinta.

Naungan Langit Negeri Hitler [On Going]Where stories live. Discover now