Tiga Puluh Tujuh

1.4K 167 7
                                    

Mohon maaf, karena keterlambatan update, jadi dimohon untuk baca lagi part sebelumnya yaa takutnya pada lupaa:(

Selamat membaca♡

-T i g a P u l u h T u j u h-

🍁🍁🍁

Luka lama tak perlu kau buka lagi jika tak ingin membuat luka baru yang lebih besar.

🍁🍁🍁

Ternyata mengetahui kenyataan yang sebenarnya malah meninggalkan banyak rasa sakit dalam hati Adam. Kenyataan bahwa gadis bernama Fa itu tidak diketahui keberadaannya, kenyataan Angga yang ternyata sudah tiada, dan kenyataan kalau Angga dan Fa pernah menikah.

Kenyataan itulah yang seharusnya Adam ketahui sejak awal ... atau bahkan mungkin tidak usah Adam ketahui saja daripada ia harus menoreh luka baru dalam hatinya.

Adam tidak ingin munafik bahwa segala informasi baru yang ia dapat dari Andre mengenai keberadaan Fa, cukup membuatnya kecewa. Sebab bukan kenyataan itu yang ingin Adam peroleh disini. Akan tetapi Adam perlu kembali meluruskan niat dan perlu kembali meyakinkan hatinya atas doa yang pernah ia panjatkan kepada yang Maha Kuasa.

Adam pernah meminta ingin yang terbaik, Adam juga yang pernah meminta keikhlasan jika ternyata ia tidak bertemu Fa disini. Maka ia harus meyakinkan hatinya jika ini semua adalah jawaban atas segala doa yang pernah dirinya langitkan. Meskipun rasa sakit dan perih telah lebih dahulu menyapa hatinya.

"Gue tahu lo pasti shock denger semuanya. Tapi emang gitu kenyataannya, Dam. Angga udah pergi, dan pertanyaan-pertanyaan tentang Fa yang lo bilang harus ditanyain langsung ke Angga gak akan bisa terjadi."

Andre menatap Adam yang duduk disampingnya dengan tatapan kosong. Seolah mengetahui isi hati sahabatnya, Andre menepuk bahu Adam untuk menguatkan.

"Aku gak pernah membayangkan ini semua, Dre. Aku pikir dengan datang ke Jakarta, aku akan ketemu sama orang-orang yang ada di ingatan aku. Termasuk Fa dan Angga. Tapi aku terlalu bodoh sampai gak memperhitungkan kemungkinan kalau ...."

Adam tidak sanggup menyelesaikan kalimatnya dan hanya mewakilkan perasaannya melalui sebuah helaan napas yang terlampau berat.

Laki-laki itu kemudian menunduk hingga pertahanannya rubuh. Rasa sakit yang mengeras dalam hatinya yang acap kali membuatnya sesak itu tak sanggup lagi Adam tahan. Adam terisak, bahunya bergetar seakan sedang berusaha menahan suara tangis langka seorang laki-laki yang hukumnya tak boleh terdengar dunia.

Sudah sejauh ini Adam melangkah, dan perlu tujuh tahun lamanya Adam memutuskan untuk mengikuti keinginan hati dan pikirannya yang terus berlomba meneriakan nama Fa. Perlu selama itu pula Adam memutuskan untuk bertemu dengan Angga yang Adam yakini menyimpan segala kenangan.

Selain itu, rasa penasaran akan wajah gadis bernama Fa dalam ingatannya juga menjadi alasan kuat untuk Adam hingga berhasil melawan traumanya dan pergi ke Indonesia. Akan tetapi semuanya seolah lebur dan tidak ada lagi harapan bagi Adam untuk mencari apa yang hatinya inginkan.

"Lo bisa tanyain ke gue, Dam. Apapun, apapun yang lo lupa dan mungkin pengen lo ingat lagi. Lo boleh tanya ke gue, siapa tahu gue ingat, gue bakal kasih tahu lo semuanya," tawar Andre dengan suara parau. Ia tahu sahabatnya tengah terluka dan tersiksa akan memori lama yang tak kunjung diingatnya.

Butuh beberapa menit untuk Adam mendongak menatap Andre dengan tatapan yang serius. "Hari ini aku baru sadar, Dre. Kalau aku dan Fa mungkin cuma sebatas teman. Benarkan? Tapi kenapa? Kenapa aku harus merasa sesakit ini ketika tahu kami hanya berteman?"

Naungan Langit Negeri Hitler [On Going]Where stories live. Discover now