Tujuh Belas

1.7K 215 83
                                    

Assalamualaikum teman-teman🙌

Sebelumnya, aku mau mengucapkan SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA. Mohon maaf lahir & batin 🙏🙏

Kalian apa kabar? Semoga sehat selalu dan dalam lindungan Allah SWT. Aamiin

Masih ada yang nunggu cerita ini gak sih?😢 Kalau ada, mohon maaf lama updatenya karena ada sedikit kendala megenai ideku ini.

Di sarankan untuk membaca kembali part sebelumnya agar lebih nyambung. Terima kasih sudah mau menunggu aku dan membaca ceritaku. Jangan lupa klik ☆ yaa.

Happy Reading❤

-T u j u h B e l a s-

🍁🍁🍁

Kala nyata tak ubah laksana mimpi indah yang tak ingin ku akhiri. Gamang, aku berada di atas awan kesembilan saat ku tatap iris coklatnya.

🍁🍁🍁

Rencana 'kencan' Fabian terpaksa harus gagal. Ia yang semula ingin mengajak Sienna berkeliling di Kindermuseum dan menonton opera di Alte Opera, akhirnya berakhir disebuah bioskop dan menonton film kartun yang Sienna pilih.

Di luar sedang hujan disertai badai. Cuaca ekstrim dengan suhu minus delapan derajat celcius itu lah yang membuat Fahira memutuskan untuk pergi ke bioskop saja. Daripada tidak sama sekali, kan kasihan Fabian. Begitu pikirnya.

Fabian terlihat beberapa kali menguap bahkan semenjak lampu bioskop baru saja diredupkan. Penghangat ruangan, lampu yang padam, juga kursi empuk bioskop seakan mendukung rasa lelah Fabian setelah tadi pagi mengambil penerbangan pertama menuju Frankfurt demi kencan yang berakhir nonton film kartun. Lucu bukan?

Sienna terlihat begitu menikmati film kartun yang sedang bernyanyi lucu dilayar sana. Lain dengan Fahira, perempuan itu tengah menatap Fabian lekat.

Wajah Fabian dari samping begitu mirip dengan Angga. Kali ini ia ingin menguatkan hatinya, membuang jauh-jauh rasa takut untuk kembali membuka hati, membuat ruang baru untuk Fabian. Tak seharusnya ia terus-menerus merindukan kenangan lama yang sulit membuatnya bangkit.

"Kenapa? Ada yang aneh sama wajah saya?" bisik Fabian ketika mendapati Fahira yang masih setia menatapnya.

Fahira tentu terkejut. Buru-buru ia memalingkan wajah kearah layar yang menampilkan kartun yang sedang berkejaran. Fabian tersenyum lalu berbisik pada Sienna.

"Wajah Om keliatan aneh, ya?"

Sienna mendelik, merasa terganggu.

"Mama Cenna liatin Om terus," adunya lagi pada Sienna. Anak itu cemberut, ia tak suka dengan apa yang Fabian katakan. Sienna melirik Fahira dalam diam dan dibalas Fahira dengan gelengan kepala seolah tidak membenarkan ucapan Fabian.

"Mama jangan lihat ke Om Fabian, lihatnya kesana," tunjuk Sienna kearah layar tapi masih dengan wajah cemberutnya.

Fabian menahan tawa, merasa menang karena membuat Fahira salah tingkah.

Selesai menonton film, Fabian memutuskan mengajak mereka untuk makan. Meskipun sebenarnya Sienna sudah merengek ingin pulang setelah film berakhir. Tapi Fabian masih ingin bersama demi memastikan mereka aman bersamanya atau mereka akan aman selama dalam jangkauan pandangan matanya.

Naungan Langit Negeri Hitler [On Going]Where stories live. Discover now