Sepuluh

2.1K 260 56
                                    

Halo teman-teman..
Mohon maaf atas keterlambatan update😔
Janjinya sore, tapi malah up malem-malem. Maafkaaan aku ....

Diriku sedang sybuc Haha.

Cus, ah. Langsung baca😁 tandai typo yaa.

Happy Reading!❤

-S e p u l u h-

🍁🍁🍁

Terkadang kau perlu sedikit krikil tuk membuat jalan lebih indah.

🍁🍁🍁


Fahira setengah berlari saat memasuki ruangan luas serba putih dengan tirai-tirai pembatas antara brankar satu dengan brankar lainnya. Entah berapa kali ia berkata maaf pada setiap pasien ketika salah membuka tirai pembatas. Ia panik. Dalam benaknya hanya ada Emy dan Cristine.

"May I help you? (Barangkali saya bisa membantu anda?)" Tanya seorang perawat yang sedari tadi memperhatikan Fahira.

Fahira baru tersadar, bahwa seharusnya ia bertanya pada perawat jaga tentang keberadaan Emy dan Cristine. Bukan malah mencarinya sendiri di dalam ruangan luas ini. Pikirannya benar-benar tidak bisa berpikir jernih disaat panik seperti ini.

Setelah mendapatkan informasi mengenai Emy dan Cristine, barulah Fahira bergegas menuju ruangan yang ditunjuk oleh perawat tadi.

"Cristine," panggil Fahira saat melihat perempuan berambut pirang yang duduk di atas kursi roda didepan ruangan tindakan.

"Kakak," balas Cristine. Fahira berhambur memeluk Cristine yang menangis.

"Kamu gak papa kan? Apa yang luka? Emy mana?" Cerca Fahira seraya mengelus puncak kepala Cristine.

"Aku gak papa, Kak. Hanya memar-memar dan sedikit goresan karena pecahan kaca. Kak Emy... Kak Emy yang parah," lirih Cristine. Ia kembali tersedu.

Lutut Fahira terasa ditekuk. Ketakutan kembali menelusup relung dadanya. Sesak sekali. Pandangannya berkabut karena air mata.

Emy begitu berarti untuk Fahira. Dialah yang membuatnya berada di Jerman saat keadaannya serba sulit dulu. Dia yang menjadi motivasi Fahira hingga lulus di universitas mode bergengsi. Emy jugalah tempat Fahira mengeluhkan segala rasa, sampai tak ada lagi rahasia dalam hidupnya dan Emy.

"Mama." Sienna membuyarkan lamunannya.

Fahira mengerjap, ia bahkan lupa membawa Sienna kesini meskipun sedari tadi tangan anak itu selalu dalam genggamannya.

"Tunggu sebentar ya, sayang. Mama ke dalam dulu," ujar Fahira saat pintu ruang tindakan terbuka.

Tiga orang dokter keluar dari sana untuk menginformasikan keadaan Emy.

"Danke shön," ucap Fahira ketika dokter selesai menjelaskan.

Ada rasa lega saat dokter menjelaskan keadaan Emy yang telah ditangani. Buru-buru Fahira masuk ke dalam ruangan.

Melihat Emy yang terpejam di atas brankar membuat hati Fahira terasa hancur. Wajah sumringah Emy, kini tergantikan dengan luka memar di dahi serta rahangnya. Lalu perban yang menutupi luka di pipinya. Dokter juga mengatakan ada beberapa pecahan kaca yang menusuk kedalam paha kanan Emy juga tangan kanannya yang menyebabkan Emy harus di operasi tadi.

Setidaknya Emy selamat. Maka Fahira tentu harus kembali bersyukur.

***

"My..." Fahira berdiri menghampiri Emy yang berusaha bangun ketika telah siuman. "Jangan dulu bergerak," saran Fahira kemudian.

Naungan Langit Negeri Hitler [On Going]Where stories live. Discover now