Dua

3.2K 386 116
                                    

-D u a-

🍁🍁🍁

Ditinggalkan dan luka adalah satu. Sebab luka kan hadir setelahnya tanpa permisi.

🍁🍁🍁

"Kenapa kamu tidak tinggal disini lebih lama lagi, Fa? Ayah ingin mengenal lebih jauh tentang cucu ayah ini," Denis membelai rambut Sienna yang duduk merapat dengan Fahira. Gadis itu ketakutan saat orang yang tidak ia kenali menyentuh rambutnya.

Fahira melepas cekalan tangan Sienna lembut mengalihkannya pada kedua orang tua yang menatapnya penuh harap. "Ini Opa sama Oma, Cenna dulu suka digendong sama mereka, ingat?"

Sienna menggeleng membuat tatapan orang tua itu terluka. Gadis kecil yang menyerupai bentuk wajah putranya itu mengingatkan pada sosok yang mereka rindukan. Sosok yang sudah bersemayam dalam damai dua tahun yang lalu.

"Sienna duduk sama Oma sini," Lily menepuk sebelah sofa yang kosong. Mengajak Sienna untuk duduk didekatnya.

"Sienna sulit beradaptasi dengan suasana baru, Ma. Apalagi.." Fahira menggantung ucapannya, takut melukai perasaan mertuanya. "Orang yang baru Sienna kenal."

Lily tidak menampik begitupun Denis. Mereka paham. Ini ulahnya, mengapa dulu Lily begitu tega mengusir Fahira dan Sienna disaat perempuan itu juga tengah berduka?

Fahira menggelengkan kepala seolah ingin menghapus kepingan memori yang tiba-tiba bergulir diingatan. Bagaimana Lily meneriakinya, memakinya, juga mengusirnya malam itu setelah acara tahlilan.

"Kamu...! Silahkan pergi dari rumah ini. Hubungan kita sudah selesai, bukan begitu?" murka Lily tepat tiga hari setelah kepergian putranya.

"Bawa anakmu itu! Dasar perempuan tidak tahu diri yang tidak bisa mengurus suaminya dengan baik! Bisa-bisanya suaminya dibiarkan kesakitan dengan penyakit yang dideritanya!" Lagi-lagi kalimat tak pantas terucap dari mulut ibu mertuanya harus Fahira dengar.

Jika Fahira boleh jujur, itulah salah satu alasan mengapa ia dengan mantap tanpa berpikir panjang pergi ke Jerman.

"Maaf Nak Fahira, Pak Hasan, Bu Yumi. Kalau tidak keberatan kami ingin merawat Sienna dan membahagiakannya. Demi menebus kesalahan kami pada putra kami." Penyataan Denis membuat Hasan dan Yumi mendongak. Sedangkan Fahira diam. Tangannya meremas pelan jari kecil Sienna.

Tidak tahu malu. Mungkin itu denifisi dan gambaran yang harus mertuanya emban. Setelah mengusir, menyalahkan, berkata tak pantas, sekarang ingin mengambil Sienna dengan ucapan manisnya? Tidak. Sienna hanya milik Fahira. Hanya gadis kecil ini yang Fahira miliki sekarang. Dia kekuatan Fahira untuk tetap bertahan sejauh ini.

"Ayah dan Mama silahkan pergi jika itu tujuannya. Sienna sudah bahagia sama Fa. Ayah dan mama gak usah khawatir," pungkas Fahira terbawa emosi, sambil menarik pelan tangan Sienna untuk menjauh dari ruang tamu yang berubah menjadi menegangkan.

"Tolong jangan egois, Fa. Dengan sikap Sienna yang seperti itu kamu anggap anak itu telah bahagia?" Ucapan Lily tak ubah seperti belati yang menusuk tepat ulu hati Fahira. Perempuan itu menghentikan langkah, hatinya sakit luar biasa. Ia merasa gagal menjadi seorang ibu kala mertuanya sendiri mematahkan semangatnya untuk membuat putri kecil itu kembali ceria.

"Posisi Bu Lily dan Pak Denis sama dengan posisi saya dan Yumi. Kita tidak bisa memaksakan keinginan Fahira selaku orang tua kandung Sienna. Lagi pula anak itu sulit untuk bergaul dengan orang lain selain Fahira. Jadi, mungkin berada dilingkungan baru akan menambah luka di psikisnya anak. Jadi mohon dimengerti. Kalaupun nanti jika Sienna sudah besar, kami tidak akan pernah menghalangi dia untuk bertemu Bu Lily dan Pak Denis. Jika itu yang kalian khawatirkan," jelas Hasan bijak.

Naungan Langit Negeri Hitler [On Going]Where stories live. Discover now