Dua Puluh Satu

1.5K 185 74
                                    

Jangan lupa klik ☆ di bawah pojok kiri😊

Happy Reading!♡

-D u a P u l u h S a t u-

🍁🍁🍁

Aku kesepian namun yakin akan cinta-Mu yang tak akan membiarkanku tersesat.

🍁🍁🍁

Gedung kantor Hamburg Textile Factory yang berada di Frankfurt sudah ramai sejak siang. Karpet merah juga sudah di gelar di depan pintu masuk menuju lobi. Banyak sekali wartawan yang sedang mempersiapkan tripod, kamera, dan beberapa perlengkapan untuk meliput acara ulang tahun ke-20 perusahaan itu.

Acara ulang tahun akan dimulai pada pukul 18.00 sampai dengan selesai. Tamu undangan acara ini juga bukan hanya dari kalangan pengusaha Jerman dan internasional saja, melainkan artis-artis Hollywood yang turut akan menghadiri acara ini. Itulah mengapa banyak sekali wartawan yang akan meliput berita ini.

Fahira dan Emy berdiri saat mobil SUV mewah berhenti di depan gedung apartemen mereka. Mobil ini sengaja Fabian kirim khusus untuk mereka. Fahira awalnya menolak untuk di jemput. Namun, Fabian yang memaksa dengan alasan dia tidak ingin membiarkan mereka berangkat sendirian, mengingat dirinya yang tidak bisa menjemput karena harus menyambut tamu.

"Welcome, girls! Enjoy the party," seru Fabian saat mereka baru saja tiba di ruangan utama gedung ini.

"Hi, young lady!" sapa Fabian menyapa Sienna yang berdiri merapat di samping Fahira.

"Say hi, sayang." Sienna enggan menjawab meski Fahira menyuruhnya. Anak itu lebih memilih mengeratkan genggaman tangannya pada Fahira seraya menyembunyikan separuh wajahnya di belakang Fahira.

Fabian menarik lembut pergelangan tangan Fahira setelah mempersilahkan timnya untuk segera menempati tempat yang sudah di sediakan.

"Kamu ikut sama aku," ujar Fabian agak keras demi mengalahkan suara musik.

"Tempat duduk aku di sebelah sana, kan?" tanya Fahira memastikan sambil menunjuk meja dimana teman-temannya berada.

"Aku gak suka kamu duduk di belakang aku, karena kamu bukan bawahan ku. Duduk disini, disamping aku."

Fahira tersenyum canggung. Tidak enak rasanya duduk melingkari meja bertuliskan VVIP. Sedangkan teman-temannya duduk agak jauh di belakang meja ini. Fahira bukan pejabat perusahaan, bukan pula tamu penting yang sederajat dengan Fabian untuk duduk disampingnya.

"Aku gak enak sama teman-teman ku, Fabian. Lagi pula-"

"Stop negative thinking. Mereka pasti maklum kok," jawab Fabian meyakinkan sambil tersenyum simpul.

Bukan masalah maklum atau tidak. Tapi Fahira tidak nyaman duduk di sini dengan begitu banyak kamera yang Fahira rasa sedang menyorot kearahnya dan Fabian.

"Cenna mau duduk sama Om Fabian?" Fabian menepuk pahanya untuk Sienna duduki. Sienna menggeleng dan malah menyamankan dirinya di pangkuan Fahira meski ada kursi lain yang masih kosong.

Seluruh tamu undangan berdiri menyambut kedatangan pemilik sah perusahaan ini. Panji Siregar berjalan tegap bersama jajarannya. Di sampingnya terdapat seorang perempuan yang seumur dengannya, namun terlihat muda dan segar dengan pakaian glamor khas ibu-ibu sosialita.

Fabian membuang napasnya kasar dan berusaha menampilkan senyumnya sebelum berhadapan dengan ayahnya itu.

"Willkomen Papa und Mama![1] Terima kasih udah datang. Bian senang sekali," ujar Fabian kemudian memeluk kedua orang tuanya bergantian. Kilatan kamera seolah berlomba mengabadikan momen luar biasa antara pemilik perusahaan dan pewaris sahnya.

Naungan Langit Negeri Hitler [On Going]Where stories live. Discover now