Tiga

3K 333 93
                                    

-T i g a-

🍁🍁🍁

Tentang asa yang kugantung dalam sebuah mimpi.
Tentang rasa yang kukubur dengan kenangan pahit.

🍁🍁🍁

Gumpalan awan putih yang terlihat tenang dari jendela samping juga sorot mentari yang beranjak tinggi keperaduannya, lalu lama kelamaan bergerak keufuk barat. Menampilkan lukisan indah Maha Kuasa berbentuk goresan senja yang menguning.

Langit gelap dengan taburan bintang, membuat perempuan cantik dengan tatapan teduh itu terlelap. Dipangkuannya, terdapat si kecil Sienna yang lebih dahulu membenamkan wajahnya diatas pangkuan Fahira.

Tangan perempuan itu terus mengelus rambut hitam Sienna meskipun kedua matanya terlelap. Perlakuan itu menandakan bahwa ibu muda itu begitu takut kehilangan dan menyangi putrinya sekalipun dalam tidur.

Butuh waktu sekitar 15 jam untuk landing di Bandara Internasional Frankfürt. Dengan satu kali transit di Abu Dhabi selama satu setengah jam yang digunakan ibu muda itu untuk sekedar makan dan mengikuti kemauan Sienna yang berlarian riang kesana kemari. Penerbangan dari Soekarno Hatta menuju Abu Dhabi membutuhkan waktu 10 jam, kemudian dari Abu Dhabi menuju Frankfürt sekitar 4 jam penerbangan. Jadi total kurang lebih 15 jam.

Bandara Frankfürt yang luar biasa luas itu masih terlihat ramai meski waktu setempat menunjukan pukul sepuluh malam. Hembusan angin malam yang begitu dingin langsung menyapa kulit. Padahal, tadi pagi sebelum berangkat, Fahira sempat membaca perkiraan cuaca di Frankfürt yang diperkirakan akan lebih hangat dari biasanya. Tapi, mungkin setelah lumayan lama berada di Jakarta, membuat Fahira dan Sienna harus kembali sedikit menyesuaikan dengan cuaca negeri hitler ini.

Tangan Fahira sibuk mengeratkan jaket tebal yang melapisi tubuh putri kecilnya yang sidikit mengigil dan juga hidung mungilnya yang memerah akibat dingin yang menerpa. Fahira menggendong Sienna dengan satu tangannya, sedangkan tangan lain ia gunakan untuk menarik koper berukuran sedang yang ia bawa.

"Fa..!" Teriak Emy sahabatnya yang sengaja menjemputnya di bandara. Fahira kadang takut tersesat di bandara luas dengan ratusan gate itu. Maka lebih baik meminta Emy untuk menjemputnya. Toh, perempuan berdarah jawa itu tidak pernah keberatan untuk menjemputnya bahkan kemarin ia memaksa ingin menjemput. Sudah kangen katanya.

Emy memeluk singkat Fahira lalu mengambil alih koper yang sedang Fahira pegang.

"Aiih.. Cenna.. I miss you so much..!"

Emy mencium pipi Sienna meski berkali-kali Sienna menepisnya karena bibir Emy yang dingin mengenai pipinya.

"Thanks ya, udah jemput," ujar Fahira sambil membetulkan posisi gendongannya.

"Santai aja lagi, Fa. Lagian gue juga gabut jam segini di apart karena gak ada lo,"

"Kangen, ya?" canda Fahira yang langsung kena pukul Emy.

"Enggak juga sih. Gue cuma kangen sama anak ini nih. Ibunya mah bodo amat!" Lagi-lagi Emy mencium Sienna gemas. Dua minggu tidak bertemu Sienna rasanya sudah berabad-abad bagi Emy. Perempuan itu begitu menyangi Sienna.

"Mau makan dulu?" Tawar Emy saat mulai melajukan mobilnya.

"Kita udah makan sih sebenarnya tadi. Pas transit,"

"Eh gila, lo pasti transit di Abu Dhabi, kan? Empat jam yang lalu? Gak bisa lo kudu makan dulu. Cenna juga laper kayanya. Isn't it, Cenna?"

Naungan Langit Negeri Hitler [On Going]Where stories live. Discover now