Dua Belas

2K 238 89
                                    

-D u a B e l a s-

🍁🍁🍁

Bahwa cinta bukan hanya tentang rasa, namun tentang seberapa siap kamu terluka.

🍁🍁🍁

Sepersekian menit Fahira hanya bisa diam saat satu kalimat terakhir pesan Fabian terbaca oleh netranya. Untuk apa Fabian mengkhawatirkannya hingga tidak bisa tidur semalaman? Bukankah yang kecelakaan itu Emy?

Setelah Fahira membalas pesan Fabian dan mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja, hanya membutuhkan kurang lebih lima belas detik, ponsel Fahira kembali menampilkan pesan masuk.

Pak Fabian
|Syukurlah kalau gitu. Saya boleh ke situ sekarang?

Fahira kembali membelalakan mata siapa tahu salah membaca. Ini pukul 02.30, bahkan langit Frankfurt masih benar-benar gelap. Sekhawatir itukah Fabian?

Buru-buru Fahira mengetik, mengatakan bahwa tidak usah datang ke rumah sakit sekarang.

Fabian akhirnya mengerti, tidak seharusnya juga ia hanya mengikuti egonya untuk menemui Fahira sepagi ini. Lagipula atas dasar apa dirinya ingin bertemu Fahira yang notabene hubungan mereka tak lebih dari sekedar pelanggan.

"Fa ...."

Fahira mendongak menatap Emy yang memanggilnya.

Diraihnya tangan Emy. "Kenapa? Lo butuh sesuatu?"

Emy menggeleng. "Kok lo gak tidur?"

"Tidur kok. Barusan cuma kebetulan lagi lihat jam aja, kenapa?"

"Setiap gue kebangun, lo masih aja ngelamun. Kenapa? Gue gak mau lo jadi ikutan sakit setelah ini," lirih Emy menatap mata sayu sahabatnya.

Fahira meluruskan punggungnya yang semula menunduk. Rasanya percuma berbohong pada Emy. Gadis itu tahu segalanya tentang Fahira, termasuk gerak-geriknya ketika ia menyembunyikan sesuatu. Pun sekarang.

Fahira ingin bercerita, bahwa ada laki-laki yang mirip dengan Adam yang mengganggu pikirannya. Tapi, Fahira urungkan. Ia takut Emy akan memikirkan masalah ini dengan kondisinya yang sama sekali belum maksimal.

"Cerita ke gue. Kenapa gak bisa tidur?"

Fahira tersenyum seraya menepuk kepala Emy. "Gue baik-baik aja, My. Kalaupun gue gak bisa tidur, kan lo tahu sendiri gue emang susah buat tidur ditempat baru."

Emy mengangguk pasrah, ia tidak ingin menuntut banyak pada Fahira untuk menceritakan segalanya sekarang.

"Gue tinggal ke mushola gak papa? Bentar lagi subuh," imbuh Fahira.

***

Cukup lama Fahira duduk di mushola setelah murojaah Al-Quran. Ada setitik pengharapan siapa tahu sosok dokter yang suaranya mirip dengan seseorang yang Fahira kenal di masa lalu itu kembali datang. Namun nyatanya tak ada siapapun yang Fahira kenal disini.

Ah, mungkin ia salah dengar kemarin. Lagian mana mungkin.

Setelah sampai di depan pintu ruangan Emy, Fahira terdiam sebentar. Ternyata ada perempuan paruh baya yang duduk disamping Emy. Dalam menit selanjutnya Fahira baru ingat bahwa perempuan itu adalah Tante Hani, ibunya Yoga, yang dulu pernah Emy perlihatkan fotonya pada Fahira.

Naungan Langit Negeri Hitler [On Going]Where stories live. Discover now