Dua Puluh Empat

1.5K 185 115
                                    

-D u a P u l u h E m p a t-

🍁🍁🍁

Bayangmu tak pernah bisa kupeluk, maka biarkan aku menitipkan rindu melalui doa yang terpanjat di sepertiga malam purnama.

🍁🍁🍁


Profesor Tommy membiarkan Adam menghirup dalam-dalam aroma menenangkan dari teh Chamomile yang baru saja disajikan oleh salah satu perawat di klinik Profesor Tommy.

Adam masih terlihat melamun, dan masih enggan berbicara walau sekedar menjawab pertanyaan evaluasi dari Profesor Tommy. Pikirannya masih benar-benar kalut memikirkan tentang kepingan memori yang baru saja ia ingat.

"Geht es dir inzwischen besser? [Apakah kamu merasa lebih baik sekarang?]" tanya Profesor Tommy setelah beberapa saat terdiam.

Adam mengangguk dan tersenyum sebelum kembali menaruh cangkir berisi teh ke atas meja.

"Warum wachst du so schnell auf, Adam Zayn? [Mengapa kamu bangun begitu cepat, Adam Zayn?]"

Adam diam sesaat setelah lebih tenang. "Trauma saya tentang kecelakaan itu sepertinya belum sepenuhnya pulih, Prof. Memori kecelakaan itu masih terasa mengerikan dan tidak ingin saya ingat." Adam memejamkan matanya berusaha mengusir memori kecelakaan tujuh tahun yang lalu yang menyeretnya menjadi pasien amnesia hingga sekarang.

"Baiklah, itu artinya kamu masih perlu melakukan beberapa tahapan terapi selain hipnoterapi. Apalagi? Apalagi yang kamu ingat, Zayn?"

Sejenak Adam berpikir. Otaknya baru saja mengingat hal baru yang mungkin tidak akan pernah ia lupakan.

"Saya yakin perempuan itu bernama Fa. Tapi ...." Adam menggantung ucapannya karena kerongkongannya tercekat dan sulit mengeluarkan suara ketika ia baru saja menyadari satu hal.

"Angga ternyata jatuh cinta pada Fa. Dia mengungkapkannya ketika kami berkemah, tapi entahlah saya belum mengingat tempat itu dengan rinci. Angga juga mengatakan bahwa dia lebih dulu jatuh cinta daripada saya. Apa itu artinya kami mencintai orang yang sama? Jika iya, mungkin Angga orang pertama yang mengatakannya daripada saya dan setelahnya mereka sudah tentu berkencan. Lalu kalau begitu, apa hubungannya dengan saya kalau jelas-jelas mereka saling jatuh cinta dan sekarang sudah berkencan? Untuk apa perempuan itu ada di dalam ingatan saya?" ucap Adam menggebu-gebu seolah ia ingin meluapkan semua emosi yang ... tidak tahu sejak kapan bisa ia rasakan.

Ada rasa sakit dalam hati Adam saat ia harus mengucapkan kalimat terakhir. Ia tahu, jelas paham bahwa sebenarnya tentu ada sebuah memori berisikan alasan mengapa perempuan itu selalu hadir dalam ingatannya. Hanya saja Adam tidak mengingat kejadiannya seperti apa, itulah mengapa ia dengan mudahnya menyimpulkan potongan memori yang baru saja ia ingat.

Profesor Tommy memijat pelipisnya. Adam mengalami perubahan emosi setelah ia mengingat hal baru kali ini. Profesor Tommy tahu bahwa perubahan emosi ini wajar di alami pasien amnesia retrograde apalagi saat pasien tersebut menemukan hal yang tidak ia inginkan. Reaksi mereka bermacam-macam ada yang menangis, marah, atau bahkan tertawa dan senang. Sedangkan Adam, Profesor Tommy bisa melihat dari sorot mata yang Adam pancarkan bahwa laki-laki ini tengah terluka, namun perubahan emosilah yang membawanya menjadi marah dan sedih secara bersamaan.

"Saya pikir mungkin ini sebuah kenangan di masa lalu yang meninggalkan kesan khusus. Kamu pernah memiliki kenangan yang berkesan tentang dia. Otakmu sedang bekerja keras untuk tidak melupakan kenangan ini. Itu sebabnya perempuan itu terus hadir dalam ingatanmu," tutur Profesor Tommy.

Kedua mata Adam terpejam guna mencerna kalimat yang baru saja Profesor Tommy katakan. Hatinya bergejolak antara marah, sakit, lelah, juga rasa keingintahuan akan siapa gerangan sosok yang selama ini membekas dalam ingatannya hingga meninggalkan kesan khusus seperti yang Profesor Tommy katakan.

Naungan Langit Negeri Hitler [On Going]Where stories live. Discover now