Tiga Belas

1.9K 248 58
                                    

Assalamualaikum teman-teman😚
Apa kabar? Semoga selalu baik dan dalam lindungan Allah, Insyallah ....

Teman-teman, aku mau mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya buat kalian yang sudah bertahan hingga sejauh ini dengan ku. Membaca cerita amatir aku, memberikan vote, saran, dll.

I really glad to have you guys😭❤ and I'm so grateful❤❤

Dan aku mau mengucapkan 'HAPPY 1K VIEWERS'🎉🎉

Ini bener-bener sudah jauh dari ekspektasi aku yang cuma mikir takut gak ada yg baca atau ah ratusan juga gak papa, aku seneng. Ternyata Allah merealisasikan semua yg sebelumnya cuma angan yg mungkin buat aku mustahil. Tapi ternyata, nothing imposible for Allah, as long as you can try!

Mungkin terasa lebay untuk kalian yang sudah sering mendapatkan viewers/readers yg bejibun, tapi sungguh, aku memang sebahagia ini dan sebersyukur ini mempunyai kalian.

Ucapan terima kasih buat kalian dan rasa syukur aku gak akan cukup kalau kutulis disini. Semoga Allah senantiasa melindungi kalian dan membalas segala kebaikan kalian.

Love love love you so much! Once again, TERIMA KASIH. Tanpa Kalian aku bukan apa-apa😭

HAPPY READING❤

-T i g a B e l a s-

🍁🍁🍁

Lagi-lagi aku perlu menguatkan diri. Siapa tahu aku kembali terjatuh pada lubang dalam bernama cinta. Sebab aku tak ingin kecintaanku pada ciptaan-Nya, melebihi kecintaanku pada pencipta-Nya.

🍁🍁🍁

Setelah dirawat selama satu minggu, Emy sudah mulai membaik. Ia bahkan sudah bisa pergi ke kamar mandi sendiri, setelah sebelumnya harus Fahira antar sebab kakinya belum bisa berjalan normal.

Selama itu pula Fahira diantar-jemput oleh Fabian. Fahira kerap kali menolak karena takut merepotkan, namun Fabian bilang ia merasa tidak direpotkan dan senang bisa membantu Fahira. Padahal untuk sekedar menyetir dari apartemen ke kampus atau ke sekolah Sienna atau ke butik, Fahira tidak perlu bantuan Fabian. Tapi laki-laki itu keukeuh ingin mengantar Fahira kemana pun.

Seperti siang ini, Fabian menelepon Fahira dan mengatakan bahwa dia sudah menjemputnya di depan kampus. Fahira ingin menolak, karena ia ingin mencari buku mode untuk di jadikan referensi mendesain rok balet yang belum ia selesaikan. Kemudian dengan santainya Fabian mengatakan, "kalau begitu saya ikut ke perpustakaan."

Tidak ada alasan bagi Fahira untuk menolak. Entah apa yang menjadi landasan Fabian ingin bersikap seperti ini pada Fahira.

"Pak Fabian benar mau nungguin saya? Gambar saya belum selesai, jadi ... mungkin akan sedikit lebih lama." Fahira mendongak menatap Fabian yang duduk dihadapannya seraya membaca buku.

"No problem. Saya juga sambil baca kok, jadi santai aja," dalih Fabian.

Fahira tersenyum canggung, sesekali melirik Fabian yang ia kira akan bosan menunggunya selama lebih dari satu jam. Tapi nyatanya, Fabian masih menikmati bacaannya.

"Sudah selesai?" Tanya Fabian heran saat Fahira membereskan buku sketch dan juga pensil yang berserakan di atas meja.

"Gurunya Sienna baru saja mengirim pesan kalau Sienna harus saya jemput sekarang, dan ada sedikit hal yang harus kami bicarakan."

Naungan Langit Negeri Hitler [On Going]Where stories live. Discover now