Sembilan Belas

1.7K 192 49
                                    

(*foto di multimedia ☝ itu gambaran EF Modehaus/ EF Boutique milik Fahira dan Emy)

-S e m b i l a n B e l a s-

🍁🍁🍁

Siapa yang tidak mau denganmu.
Fajar mau. senja mau. Bahkan ratu pun mungkin mau denganmu.

🍁🍁🍁

Acara ulang tahun Hamburg Textile Factory sudah tinggal menghitung hari, maka dari itu Butik EF sedang ramai hari ini. Ada acara fitting baju dari tim balet yang dibagi menjadi beberapa sesi. Sampai pukul 10 malam pun acara fitting belum selesai karena ada beberapa orang yang kembali harus menyesuaikan ukurannya.

Fahira dan timnya terpaksa harus bongkar pasang jahitan jika ada yang tidak sesuai. Emy ikut membantu meski masih menggunakan tongkatnya, meskipun beberapa kali Fahira larang. Begitupun Cristine yang tiba-tiba datang dan ingin membantu Fahira hari ini.

"Ist es jetzt bequemer? [Apakah sekarang sudah lebih nyaman?]" tanya Fahira pada salah satu penari yang sedang memutar-mutar tubuhnya di depan cermin demi menyamankan diri dengan kostumnya.

"Ja. Das ist sehr bequem [Ya. Ini nyaman sekali]."

"Wie wäre es mit diesen Spitzenschuhen? [Bagaimana dengan pointe shoesnya?]"

Penari itu mengangguk. Ia menggerak-gerakkan kakinya merasa puas dengan kostumnya.

Ada kepuasan tersendiri saat Fahira menatap orang-orang yang ada disini dengan senyum semringah dan memakai pakaian hasil rancangannya. Kepuasan inilah yang sedikit banyak melupakan kegundahan di hatinya karena mendadak bertemu Adam tempo hari.

Emy merebahkan diri diatas sofa di lantai dua setelah para kliennya pulang. Kakinya sudah berasa copot katanya karena dipaksa untuk bergerak kesana kemari. Sedangkan Fahira, Cristine, dan beberapa orang timnya masih membereskan ruangan fitting. Akibat ke-hectic-an barusan, membuat ruangan sedikit berantakan.

Butik sudah tutup, tirai kaca depan pun sudah ditutup, serta lampu etalase telah dimatikan salah seorang pekerja. Tim Fahira juga sebagian sudah duduk istirahat. Tapi bel dekat pintu kaca butik terus saja berdenting membuat Fahira bergegas untuk membuka pintu tersebut. Siapa gerangan yang bertamu malam-malam, jelas-jelas kata 'Close' sudah tergantung di depan pintu.

"Assalamualaikum, Fahira," ucap sang tamu sambil tersenyum.

Fahira mengerutkan kening, tak lama kemudian disusul senyum yang terbit di wajah lelahnya.

"Pak Fabian?"

"Salam aku gak dijawab?"

"Oh iya, wa'alaikumussalam. Kok datang malam-malam? Butik udah tutup loh." Fahira masih berdiri keheranan didepan pintu. Apalagi saat Fabian mengangkat lima kotak pizza, satu set minuman kaleng bersoda, dan dua kotak besar ayam goreng.

"Aku boleh masuk gak? Pegel nih megang ini. Berat lagi."

Fahira refleks menawarkan bantuan, tapi Fabian menjauhkan bawaannya. "Gak usah. Yuk masuk," ajak Fabian mendahului Fahira masuk kedalam butik.

Fahira menyapukan pandangan ke luar butik sebelum akhirnya menutup dan kembali mengunci pintu. Seperti biasa keadaan di luar masih sangat ramai.

Emy terlihat bangun dari posisi rebahannya saat melihat Fahira datang dari arah tangga yang diikuti Fabian. Begitu juga beberapa karyawan lainnya yang terkejut karena kehadiran laki-laki ke lantai dua atau area karyawan. Maklum, pekerja di butik ini hanya perempuan, jadi agak sedikit aneh kalau ada laki-laki ke lantai dua.

Naungan Langit Negeri Hitler [On Going]Where stories live. Discover now