Delapan Belas

1.6K 211 113
                                    

-D e l a p a n B e l a s-

🍁🍁🍁

Ku kira namamu sudah sepenuhnya hilang. Namun aku salah, kamu masih jelas terpahat dalam kalbu.

🍁🍁🍁

Gemuruh di dalam dada Fahira semakin begejolak ketika sosok itu tersenyum kearahnya. Apalagi saat laki-laki jangkung berjas dokter itu harus berjalan mendekat mengikuti langkah Sienna.

"Mama ...." seru Sienna seraya merentangkan kedua tangannya untuk memeluk Fahira.

Fahira masih bergeming. Ia sukses membeku layak mumi yang di awetkan beberapa ratus tahun yang lalu. Dengan gamang, Fahira membalas pelukan Sienna. Namun tatapannya belum juga luput dari laki-laki yang juga masih tersenyum.

Nyeri di ulu hatinya kian menyiksa saat tubuh tinggi itu berdiri menjulang di hadapannya. Susah payah Fahira menelan salivanya demi menetralisir degup jantung yang terasa menyesakkan.

"Mama, das ist Doctor Zayn [Ini Dokter Zayn]," terang Sienna menunjuk laki-laki itu.

"Hallo, Sienna's Mother. I'm Adam Zayn Ricolaz, you can call me Doctor Zayn. I am replacing Doctor Patrick to examine the children here for the next few weeks
[Halo, Mamanya Sienna. Saya Adam Zayn Ricolaz, anda bisa panggil saya Dokter Zayn. Saya menggantikan Dokter Patrick untuk memeriksa anak-anak disini selama beberapa minggu kedepan]."

Kalimat itu seakan tidak ada artinya untuk Fahira. Ia hanya fokus pada wajah yang pernah menyapa lembut relung kalbunya.

Dia Adam.

Seseorang yang pernah hadir di hati Fahira kini berada di depannya. Pakaiannya telah berubah, bukan lagi almamater kuning kebanggaan kampus melainkan jas dokter dengan kemeja yang melapisinya. Rambutnya di sisir rapi bergaya short pompadour yang membuatnya terlihat semakin segar. Serta sepatu yang disemir mengkilat layak tak pernah menyentuh tanah.

Adam berdiri tepat dihadapan Fahira seolah mimpi yang nyata. Setelah tujuh tahun menghilang dari kehidupan Fahira.

"Katakan ... ini mimpi ...." lirih Fahira nyaris bergumam. Pelupuk matanya sudah berembun, kemudian digenangi butiran panas yang siap tumpah membasahi pipi.

Tangan Fahira meremas tepian rok yang ia kenakan seolah meminta kekuatan akan kedua lututnya yang hampir luruh diatas rumput. Ia tidak kuat. Rindu yang kini menemukan tuannya namun bukan dalam situasi yang tepat ini ternyata menimbulkan sesak yang bergumul dalam dada.

"Are you okay?"

Oleh suara itu, Fahira kembali tersadar. Ia menatap bola mata coklat yang menatapnya ... khawatir?

"Adam ... Kak ... Adam ...." Air mata yang tertahan akhirnya jatuh menganak sungai. Pertahanan Fahira luruh ketika ia harus menyebut nama yang sudah lama tidak ia lafalkan dengan lantang.

"Mama?" Sienna menggerakkan tangan Fahira yang membeku. Anak itu terlihat terkejut melihat ibunya yang tiba-tiba menangis.

Adam mengeryitkan dahi dengan kedua alisnya yang saling beradu. "What do you mean? [Maksudnya?]" tanyanya terlihat kebingungan.

"I'm Zayn. You have to call me Zayn, not Adam [Saya Zayn. Anda harus memanggil saya Zayn. Bukan Adam]."

Fahira terhenyak dengan penuturan Adam.

Dia berubah, batin Fahira kembali berbisik. Seingatnya dulu, Adam tak mau dipanggil Zayn. Namun sekarang?

"Kak ... aku ...." Fahira ingin memperkenalkan dirinya, siapa tahu Adam lupa. Tapi tertahan tangis yang seakan mengunci lidahnya hingga kelu. "Ya Allah ...." gumam Fahira seraya menekan dadanya yang sesak diikuti air mata yang tak terbendung.

Naungan Langit Negeri Hitler [On Going]Where stories live. Discover now